Gagdet, Menjauhkan yang Dekat
Sunday, January 20, 2013
0
comments
Semua
orang setuju kalau dikatakan bahwa zaman sekarang itu zamannya informasi bebas.
Di mana dengan kemajuan teknologi dewasa ini semua bisa kita tahu hanya dengan
sekali klik, dan tidak harus menunggu waktu yang lama. Bahkan kurang dari satu
menit pun kita bisa tahu apa yang sedang terjadi di pojokan “Suriname” sana.
Rasanya
sulit dipercaya kalau ada di antara kita yang tangannya masih kosong dari
gadget. Semua orang memegang “batangan besi” idiot tersebut, dengan segala
macam merek, bentuk dan manfaatnya. Ya minimal sebuah ponsel pasti lah
dimiliki, walaupun yang kelasnya baru bisa sms dan telepon saja.
Dunia
ini rasanya sudah tidak mempunyai tembok penghalang lagi, semua serba mudah.
Orang di Indonesia dengan mudah bisa berbincang dan saling memandang dengan ia
yang ada nun jauh di seberang samudera sana, semuanya teknologi yang membantu.
“Connecting without walls” begitu istilahnya; bisa berkomunikasi tanpa ada
tembok penghalang.
Yang
hebatnya lagi bahwa kemajuan ini benar-benar masif dan masuk ke daerah-daerah
terpencil, gang-gang sempit, serta jalan-jalan becek. Artinya memang semua
kalangan sudah bisa mengakses fasilitas itu semua. Tanpa harus melihat umur,
status sosial, apalagi status martial. Entah itu melalui sebuah papan besi berukuran
14, 12 dan 10 inch, atau juga melalui batangan besi yang bertombol (ponsel
pintar). Semua benar-benar mudah!
“Mendekatkan
yang jauh”, begitu kata orang-orang! Ya karena memang semua jarak menjadi nihil
dengan adanya ini semua! Tapi sadar atau tidak, justru semua kemajuan teknologi
ini bisa (dan memang sudah terjadi) MENJAUHKAN YANG DEKAT.
Ditempat-tempat
umum kita bisa dengan mudah menemukan itu semua. Di busway kan, kereta, bus,
bahkan angkot pun, semua yang dekat menjadi jauh. Dua orang yang duduk bersampingan
saling sibuk berjempol ria dan khusyu’ memandang layar berukuran 3-5 inch nya
sambil tersenyum dan terkadang juga terbahak-bahak, tapi tidak jarang juga yang
memasang tampang “sewot”. Dan dia sudah benar-benar tidak peduli siapa dan apa
yang di samping kiri dan kanannya.
Di
kelas-kelas belajar pun demikian, di jam istirahat ataupun ketika sang
guru/dosen tak hadir. Semua peserta didik layaknya orang yang baru masuk kelas
di hari pertama, semua tidak saling kenal dan tanpa sapa. Sebab mereka tenggelam
dalam buaian laptop dan gadget mereka tanpa peduli ada teman-temannya di satu
ruangan itu.
Keadaan
yang terjadi di rumah-rumah pun tak jauh berbeda. Sibuk dengan dunia maya-nya,
seorang pemuda tak tahu kalau tetangganya baru meninggal dunia malam hari, dia
baru kaget ketika paginya banyak tamu di rumah tetangganya. Bukan cuma
tetangga, bahkan orang tua nya pun seakan menjadi orang asing yang berada dalam
satu rumah.
Ya
benar-benar mendekatkan yang jauh, tapi buruknya, ia juga MENJAUHKAN YANG
DEKAT.
Semaju
apapun teknologi sekarang ini, status kita tetaplah sebagai seorang muslim yang
punya ikatan kuat dengan syariah, dan itu tak mungkin terlepas. Syariat ini
memang menganjurkan kita untuk terus menyambung silaturahim, tapi melakukan
sebuah syariat bukan berarti harus mengabaikan kewajiban yang lain.
Sibuk
dengan yang jauh tanpa tahu siapa yang ada di kiri dan kanan, itu bukan sikap
ideal seorang muslim. Saling sapa dan lempar senyuman itu mestinya haruslah
dilakukan kepada ia yang berada di samping bukan malah sibuk bersiul ria dengan
mereka yang tidak nyata di dunia maya.
Sudah
saatnya kita bersalaman dan memberi salam juga mengenal siapa yang duduk di
kiri dan kanan kita.
Wallahu a’lam.
Sumber: dakwatuna.com
0 comments:
Post a Comment