Sedekah Yang Paling Afdhol
Saturday, January 5, 2013
0
comments
Dalam sebuah
hadits terdapat penjelasan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai
aktifitas bersedekah yang paling utama alias afdhol.
Tidak semua
bentuk bersedekah bernilai afdhol. Bagi orang yang berusia muda dan sedang
energik tentunya bersedekah memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah daripada
bersedekahnya seorang yang telah lanjut usia, sakit-sakitan, dan sudah
menjelang meninggal dunia.
Untuk itulah
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya mengenai
sedekah yang paling afdhol.
“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu
’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau
menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau
sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh
sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan
untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli
waris).” (HR Bukhary)
Coba lihat
betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan ciri orang yang
paling afdhol dalam bersedekah. Sekurangnya kita temukan ada empat kriteria:
(1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi;
(2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir
menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan
bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa
ditinggalkannya.
Pertama,
orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat
lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi.
Artinya, ia
masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi dan perencanaan
untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya atau bisinisnya.
Dalam
keadaan seperti ini biasanya seseorang akan merasakan kesulitan dan keengganan
bersedekah karena segenap potensi harta yang ia miliki pastinya ingin ia
pusatkan dan curahkan untuk modal menyukseskan berbagai perencanaan dan
proyeknya.
Dengan dalih
masih dalam tahap investasi, maka ia akan selalu menunda dan menunda niat
bersedekahnya dari sebagian harta yang ia miliki. Karena setiap ia memiliki
kelebihan harta sedikit saja, ia akan segera menyalurkannya ke pos
investasinya.
Setiap uang
yang ia miliki segera ia tanam ke dalam bisnisnya dan ia katakan ke dalam
dirinya bahwa jika ia bersedekah dalam tahap tersebut maka sedekahnya akan
terlalu sedikit, lebih baik ditunda bersedekah ketika nanti sudah sukses
sehingga bisa bersedekah dalam jumlah ”signifikan” alias berjumlah banyak.
Akhirnya ia tidak kunjung pernah mengeluarkan sedekah selama masih dalam masa
investasi tersebut.
Kedua,
bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya. Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa orang yang dalam
keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya kurang bernilai
dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi kaya. Sebab bila
seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah berarti ia bukanlah tipe
orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk dirinya sendiri.
Ia sejak
masih bercita-cita menjadi kaya sudah mengembangkan sifat dan karakter
dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya benar-benar
menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu sadar ada hak kaum
yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.
Sekaligus
kebiasaan bersedekah yang dikembangkan sejak seseorang baru pada tahap awal
merintis bisnisnya, maka hal itu mengindikasikan bahwa si pelaku bisnis itu
sadar sekali bahwa rezeki yang ia peroleh seluruhnya berasal dari Yang Maha
Pemberi Rezeki, Allah Ar-Razzaq.
Hal ini
sangat berbeda dengan orang kaya dari kaum kafir seperti Qarun, misalnya. Qarun
adalah tokoh kaya di zaman dahulu yang di dalam meraih keberhasilan bisnisnya
menyangka bahwa kekayaan yang ia peroleh merupakan buah dari kepiawaiannya
dalam berbisnis semata.
Ia tidak
pernah mengkaitkan kesuksesan dirinya dengan Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah
swt.
“Qarun
berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku".(QS Al-Qshshash ayat 78)
Ketiga,
sedekah menjadi afdhol bila si pemberi sedekah berada dalam keadaan khawatir
menjadi miskin. Walaupun ia dalam keadaan khawatir menjadi miskin, namun hal
ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia tetap berkeyakinan bahwa bersedekah dalam
keadaan seperti itu merupakan bukti ke-tawakkal-annya kepada Allah.
Ia sadar
bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi kaya atau
menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun yang dialaminya
tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.
Ia sudah
menjadikan bersedekah sebagai salah satu karakter penting di dalam keseluruhan
sifat dirinya. Persis gambarannya seperti orang bertaqwa di dalam Al-Qur’an:
”… yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang
yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali Imran
ayat 133-134)
Keempat,
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai
seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga
digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat
menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta miliknya
yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan.
Ini bukanlah
bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah
ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah
dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.
Bila
seseorang bersedekah dalam keadaan ia bebas memilih antara mengeluarkan sedekah
atau tidak, berarti ia lebih bermakna daripada seseorang yang bersedekah ketika
tidak ada pilihan lainnya kecuali harus bersedekah.
Itulah
sebabnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menghargai orang yang masih
muda lagi sehat bersedekah daripada orang yang sudah tua dan menjelang ajal
baru berfikir untuk bersedekah.
Ya Allah,
masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedekah yang
paling afdhol. Terimalah, ya Allah, segenap infaq dan sedekah kami di jalanMu.
Amin.-
Sumber: eramuslim.com
0 comments:
Post a Comment