[Seri Dakwah 1] Tujuan Dakwah: Kualitas atau Kuantitas?
Wednesday, January 9, 2013
0
comments

Ya ibarat
gajah, bengkak dipompa. Kita akan semakin susah jalan dan terseok-seok, mudah
dihantam.
Awal dakwah
Nabi menjadi contoh bagaimana kualitas lebih ditekankan ketimbang kuantitas.
Sahabat-sahabat awal sebagai kader yang terbina, kokoh secara keimanan dan kuat
dalam berkomitmen telah menjadi modal pada dakwah selanjutnya. Bahkan mampu
meneruskan dakwah sepeninggal Nabi. Begitu juga semestinya kita menggarap kader
dakwah yang ada. Jangan terpancang dengan banyaknya jumlah jika efektifitas
dari kegiatan dakwah yang dilakukan minim. Lebih baik mengawali dengan
lingkup-lingkup kecil. Memang keiatan yang
bersifat show of force sesekali perlu dilakukan sebagai syiar. Mengetarkan
lawan. Ingat sebagai syiar? Ini target minimal sampai setengah maksimal. Karena
kita tidak memiliki orator ulung seperti Nabi yang sanggup ‘membius umatnya
selama berjam-jam dari ba’da shubuh hingga maghrib Sehingga materi yang
disampaikan mengena. Dan umatpun dengan penuh hikmat mendengarkan.
Berapa sih
daya tahan umat dengan format pengajian besar (sengaja tidak menggunakan kata
Akbar –karena itu nama Allah- ada yang bilang itu tidak boleh). Baru setengah jam pembicara menyampaikan
materi sudah banyak yang ‘ongap-angop, lenthak-lenthuk, atau ngobrol sendiri
yang terkadang malah menggunjing ustadznya. Nah, loh)
Tapi untuk
tujuan dakwah yang lebih terperinci buatlah kajian-kaijan intensif dengan
peserta terbatas.
Loh, kalau
begitu laju dakwah akan lambat dan lama dong? Cara mengatasinya gampang, Ya
buat kajian intensif bukan hanya satu tapi banyak, syukur-syukur di tiap
jamaah. He..he..
Lalu pilih
yang mana? Kualitas atau kuantitas? Bingung? Kalau saya pribadi justru kalau
bisa harus bagus secara kualitas dan jumlahnya banyak. He. He. (ngarep.net)
Seperti bola
salju. Awalnya kecil tapi begitu menggelinding akan semakin bertambah besar.
Dan begitu seterusnya. [eko]
0 comments:
Post a Comment