Yunahar Ilyas: Ulil Amri Tidak Hanya Pemerintah
Sunday, August 4, 2013
0
comments
Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas saat
ditemui redaksi website muhammadiyah.or.id memaklumi pernyataan Wakil Menteri
Agama RI, Nasarudin Umar perihal
pernyataannya di salah satu televisi swasta nasional terkait Ulil Amri
kemarin (7/7).
Yunahar Ilyas memaparkan bahwa Ulil Amri
tidak perlu menjadi pengalihan isu dalam perbedaan penetapan 1 Ramadhan dan 1
Syawal ini. “Urusan khilafiyah atau urusan perbedaan metode keyakinan dalam
ibadah dan urusan penentuan 1 Ramadhan dan 1 syawal bukan wewenangnya
pemerintah, pemerintah itu memang bagian dari ulil amri, tapi ulil amri itu
tidak hanya pemerintah saja. Ulil Amri itu Umara’ (penguasa), ulama-ulama, dan
Ruasa' (pemimpin), pemimpin itu bisa pemimpin ormas Islam, Ketua RT, Pimpinan
Redaksi pun bagian dari Ulil Amri, namun dalam urusan kemasyarakatan ketika
ulil amri semua itu sepakat itu disebut Ijtimaknya. Maka sejak dulu
Muhammadiyah mengusulkan kepada pemerintah supaya mengurusi di luar aspek keagamaan. Misalnya
menetapkan libur syawal berapa hari, masuk kerja dalam bulan ramadhan berapa
jam,” papar Guru Besar FAI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Yunahar menambahkan bahwa di negara timur
tengah Ulil Amri disebut Mufti yang dipilih dengan kriteria keulamaan, Mufti mewakili para ulama bukan menteri Agama
seperti di Indonesia. “Indonesia, jabatanatau posisi Menteri Agama merupakan
jabatan politik bukan jabatan keagamaan, bukan dipilih berdasarkan kriteria
ulama, namun hak preogratif Presiden dalam memilih menteri” ujarnya.
Menurut Yunahar, bahwa pemerintah
seharusnya menjadi wasit untuk menjadi penengah dalam masalah ini, namun
kenyataannya posisi pemerintah menjadi pemain sendiri, menjadi wasit sendiri
dan membuat aturan sendiri, sehingga terjadi ketidakprofesionalan atau
fairplay.
PP Muhammadiyah menghimbau kepada warga
Muhammadiyah, agar perbedaan ini tidak perlu dipersoalkan lagi karena rutin
tiap tahun selalu terjadi, “laksanakanlah ibadah puasa Ramadhan sesuai
keputusan PP Muhammadiyah, janganlah merendahkan, menafikan, atau melecehkan
orang yang belum berpuasa besok (9/7), hormatilah mereka, dan tidak perlu
gelisah kalau ada yang mempersoalkan mengapa kita puasa lebih awal,” tutupnya.
Sumber: muhammadiyah.or.id
0 comments:
Post a Comment