Membuka Pintu Muhammadiyah-NU Bersatu

Posted by KahfiMedia Sunday, December 15, 2013 0 comments


Resiko menyatukan Muhammadiyah dan NU adalah dikucilkan!

Gerimis begitu awet malam itu. Hawa dingin menyergap tanpa ampun. Sebuah perpaduan manis jika pun raga terbaring di atas pembaringan. Berhangat di balik selimut. Tapi itu tak menjadi pilihan kawan-kawan KOKAM.

Agak terlambat saya sampai di markaz GDT, untuk bersama menghadiri pertemuan rutin KOKAM Daerah Kabupaten Sleman. Kali ini berlokasi di STIKES Aisyiah Yogyakarta kampus terpadu di Gamping. Naik mobil inventaris milik juragan rambak, Pak Indra. Malam ini spesial karena mobilnya bisa terisi padat, delapan orang. Bahkan nyaris sembilan jika saja Mas ABR tidak telat.

Di jalan sempat melihat kawan-kawan Banser dari NU bertugas di sebuah pengajian. Ketika kami pulang pun mereka masih di sana. Lalu sempat terlontar obrolan, bahwa mereka juga saudara kita. Sudah saatnya kita bersatu. Muhammadiyah dan NU bersatu? Mungkin ada yang merasa heran. Tetapi kesatuan Muhammadiyah-NU bukan sebuah kemustahilan. Di Kecamatan Minggir, meski belum maksimal, telah lahir badan usaha NUMANI, akronim dari NU-Muhammadiyah Niaga. Usaha bersama yang digagas Muhammadiyah-NU demi persatuan umat.

Saya jadi teringat ketika silaturahmi ke rumah Mas Arman CEO Sidji Batik. Mas Arman menceritakan dan memiliki pandangan jauh ke depan tentang cita-cita menyatukan Muhammadiyah-NU. Orang yang berpikiran demikian memang harus siap dikucilkan, karena akan diselisihi oleh ormasnya masing-masing. Di Yogyakarta telah dirintis oleh mas Hanafi Rais (putra pak Amin Rais) dan Gus Miftah (salah satu tokoh Banser). Mereka berupaya mencairkan kebekuan Muhammadiyah-NU khususnya dengan sasaran kaum muda.

Kolaborasi keduanya tidak hanya dalam bidang dakwah lisan, melainkan juga merambah ke bidang kesenian. Dengan dukungan dana yang lumayan, maka sampai saat ini mereka terus bertahan dan berupaya mewujudkan Muhammadiyah-NU yang akur. Memang tidak sedikit yang mencemooh, baik dari kalangan Muhammadiyah maupun NU.

Pemikiran yang sering muncul bahwa NU adalah musuh Muhammadiyah dan sebaliknya, sudah saatnya untuk disingkirkan. Perbedaan yang ada di keduanya tentu tak sepenuhnya bisa disatukan. Tetapi saya percaya keduanya punya kesamaan dan potensi yang lebih layak untuk ditonjolkan. Saling berbagi dalam kemanfaatan. Jika di kalangan penggedhe (para pimpinan) masih enggan untuk berangkul erat, tidak ada salahnya jika keakraban itu kita mulai dari kroco-kroco yang ada di akar rumput.
Mari membuka pintu, untuk Muhammadiyah-NU bersatu.

ESP untuk catatan senin pagi PCPM Minggir.
Penulis adalah anggota Ranting Pemuda Muhammadiyah Sendangagung

0 comments:

Post a Comment

Terbanyak Dibaca

Sosok

Risalah

Catatan

Kabar

Halaman Dilihat