Komisi, Komnas dan Babak Belurnya Kepentingan Islam

Posted by KahfiMedia Monday, January 20, 2014 0 comments


Seribu orang boleh berpendapat menolak aksi brutal pembunuhan atas terduga teroris yang dituding mengabaikan asas praduga tak bersalah dan melanggar HAM. Tapi pendapat itu tak akan sekuat pernyataan seorang anggota Komnas HAM. Sejuta orang bisa membuat semacam petisi untuk menghentikan acara tivi yang tak berbobot dan cenderung membodohkan bangsa. Namun petisi itu tak akan sebanding dengan keputusan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sebab merekalah yang berhak menegur atau memberi sangsi atas tayangan tivi.

Sabtu-Ahad, 18-19/1/2014, kemarin bersyukur saya bisa bertemu dengan para pengelola situs Islam, para penulis, dan pegiat di berbagai komunitas, di antaranya dari ITJ (Indonesia Tanpa JIL). Dua hari yang berarti, meskipun saya tidak bisa full mengikuti. Pematerinya pun cukup berkelas, di antaranya Ustadz Muidinullah Basri dan Dr. Adian Husaini. Menurut sebagian peserta, inilah acara pertama kali yang bisa mempertemukan para pengelola media Islam semisal, An-Najah.net, muslimdaily, Islampos dan lainnya. Dengan berbagai keahliah yang mereka miliki, dari menerjemahkan berita dari bahasa Arab dan Inggris ke bahasa Indonesia, membuat video yang kemudian diupload ke youtube hingga memanfaatkan media sosial untuk berdakwah.

Dari sebuah sumber terpercaya, disebutkan beberapa waktu lalu para aktivis yang berjuang lewat parlemen maupun di luar parlemen menggelar dialog. Tujuannya agar bisa menyelaraskan langkah memanfaatkan pemilu 2014 sebagai salah satu cara menguatkan peran umat Islam. Dalam pertemuan itu hadir juga perwakilan dari HTI yang selama ini dikenal anti demokrasi dan sering ‘menyerang’ kaum muslimin yang berjuang lewat parlemen. Setelah melalui dialog akhirnya ditarik kesimpulan, masing-masing akan saling menghormati, setidaknya tidak saling menyalahkan mereka yang berjuang lewat parlemen maupun yang berjuang di luar parlemen.

Peran DPR yang sering terlupakan ialah mereka punya wewenang untuk memilih para pejabat negara maupun anggota/komisioner di berbagai komisi. Sebut saja, KPK, Komnas HAM, KPI, Komisi Perlindungan Anak, dan banyak lagi komisi lainnya di berbagai bidang. Maka bisa dibayangkan jika para komisioner yang terpilih di sana tidak mencerminkan keterwakilan suara umat Islam, bisa dipastikan kepentingan umat Islam akan terabaikan. Maka mengherankan kiranya, jika kita tidak berusaha memilih wakil rakyat yang berkualitas terutama dari partai berbasis Islam lantaran terpengaruh media yang memojokan partai-partai berbasis masa Islam, namun kita menghendaki orang-orang yang duduk di berbagai komnas dan komisi sesuai dengan kepentingan umat Islam.


Musuh-musuh Islam tak henti-hentinya menyusun kekuatan dan siasat untuk melumpuhkan kekuatan Islam. Lihat saja bagaimana kompaknya para waria dan kaum gay/lesbian yang mendukung salah satu calon presiden yang menjadi anak emas media. Sementara di antara umat Islam justru saling jegal dan mengumbar aib sesamnya. Sekali lagi, perjuangan melalui parlemen hanya salah satu cara di antara banyak jalan menyalakan kebangkitan Islam. Bila ada yang memilih cara lain, itu tak masalah. Sepanjang tidak saling menyerang dan melemahkan. Agar kita bersama-sama bisa melihat, Indonesia yang berislam, tak sekedar bersyariat.

0 comments:

Post a Comment

Terbanyak Dibaca

Sosok

Risalah

Catatan

Kabar

Halaman Dilihat