Yasinan Model Baru: Kisah Pak AR Memimpin Yasinan
Sunday, November 4, 2012
0
comments
Peristiwanya terjadi di
Palembang, di Ulak Paceh. Ketika Pak AR ditugaskan di sana, ada seorang ulama
yang sangat dikenal dan dihormati di desa itu. Sayang ulama itu sangat benci
dengan Muhammadiyah.
Pasa masa itu Muhammadiyah
masih termasuk baru. Mungkin beliau itu sudah terpengaruh isu-isu buruk yang
ditujukan kepada Muhammadiyah. Karena itu setiap orang Muhammadiyah selalu
disikapi secara sinis. Apalagi Pak AR orang baru, datang dari Jawa (Yogyakarta)
dan langsung bertugas di sekolah Muhammadiyah. Karena itu Pak AR juga selalu
disikapi dengan acuh, dingin dan kadang-kadang masam. Kebetulan, kalau Pak AR
mau mengajar selalu lewat di depan rumahnya.
Sebagai orang muda (pada waktu itu masih sekitar 18 tahun), kalau ulama itu ada di depan rumahnya selalu diberi salam. Akan tetapi salam itu tidak dijawab dan disikapi dingin dan acuh. Meskipun demikian, Pak AR tidak pernah bosan. Setiap ketemu selalu memberi salam. Lama-lama ulama itu mau menjawab walaupun tidak lengkap.
Misalnya ketika diberi salam
"Assalamu'alaikum" beliau hanya menjawab "salam" atau
"lam". Dan Pak AR terus saja setiap ketemu selalu memberi salam.
Akhirnya, pada suatu hari
ulama itu menjawab salam dengan lengkap "Wa'alaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh" disertai senyum manis.
Karena jawabannya lengkap
Pak AR berhenti dan menjabat tangan ulama itu sambil tersenyum.
Diluar dugaaan pembicaraan
menjadi panjang dan pada akhirnya ulama itu bertanya:
"Apa Guru ini orang
Muhammadiyah" (Pak AR di Ulak Paceh biasa dipanggil guru).
Jawab Pak AR; "Ya, saya
orang Muhammadiyah. Dulu belajar di Darul Ulum Muhammadiyah Yogya"
"Jadi Guru ini
benar-benar orang Muhammadiyah?" tanya ulama itu lagi sambil menatap
dengan tajam.
"Ya, saya orang
Muhammadiyah" kata Pak AR.
"Lho kok baik"
kata ulama itu.
Pak AR tersenyum sambil
bertanya:
"Apa orang Muhammadiyah
itu jelek? Kata siapa?"
Jawab ulama itu; "Ya,
kata orang-orang, Muhammadiyah itu wahabi, suka mengubah agama dan suka
mengkafirkan orang lain" kata ulama itu.
"Lha itu kan kata
orang, tetapi sekarang Angku sudah melihat sendiri, saya ini orang
Muhammadiyah, bukan hanya kata orang-orang" kata Pak AR.
"Iya-ya, kalau begitu
orang-orang itu tidak benar" kata ulama itu.
"Begitulah" kata
Pak AR.
"Kalau begitu,
begini"; kata ulama itu lebih lanjut. "Besuk malam Jum'at, Guru saya
undang untuk yasinan."
"Baik, insya
Allah", kata Pak AR, meskipun beliau merasa bingung juga bagaimana yasinan
itu, karena Pak AR tidak pernah diajari yasinan.
Selama beberapa hari,
menjelang malam Jum'at Pak AR berpikir keras bagaimana kalau tiba-tiba diminta
memimpin yasinan, padahal belum pernah ikut yasinan dan tidak tahu bagaimana
cara yasinan itu.
Namun akhirnya ketemu juga
kiat, kalau diminta tampil dalam yasinan itu.
Pada malam Jum'at yang
dijanjikan berangkatlah Pak AR menghadiri undangan ulama itu. Dan benar juga
dugaan beliau, bahwa beliau akan diminta tampil dalam yasinan itu. Maka ketika
kesempatan diberikan pada Pak AR, Pak AR bertanya apakah hadirin sudah sering
ikut yasinan?
Dijawab oleh mereka
serempak: "Sudah Guru".
"Selama ini yasinannya
seperti apa?" tanya Pak AR.
"Ya, seperti
biasa," jawab mereka.
"Jadi bapak-bapak sudah
bisa semua, sudah hafal semua?" tanya Pak AR lagi.
"Ya, sudah hafal"
jawab mereka bersama-sama.
"Bagaimana kalau
sekarang kita yasinan model baru, supaya bapak-bapak punya pengetahuan lebih
luas dan punya pengalaman lain? setuju?" tanya Pak AR.
"Setuju", jawab
mereka serempak.
Kemudian kata Pak AR;
"Sekarang kita baca Surat Yasin satu ayat demi satu ayat".
Lalu dibacalah ayat pertama,
kemudian diminta salah seorang mengartikan. Kalau tidak bisa Pak AR membantu.
Setelah selesai diartikan, kemudian oleh Pak AR dijelaskan apa itu Surat Yasin
yang sering dibaca itu.
Meskipun malam itu hanya
memperoleh dua tiga ayat rupanya hadirin cukup puas. Bahkan ada permintaan
dapat dilanjutkan pada yasinan yang akan datang.
Kata Pak AR, "Kalau
saya, sebagai orang muda, saya terserah saja pada hadirin sekalian. Tetapi yang
paling penting tergantung pada Al Mukarom Angku Ula, orang tua kita itu".
Diluar dugaan, ulama itu
menyetujuinya. Meskipun demikian Pak AR tidak serta merta minta mengisi setiap
malam Jum'at, tetapi supaya berselang-seling.
Malam Jum'at, malam gasal
yasinan model lama yang mimpin Angku Ulama, dan pada malam Jum'at malam genap
yasinan model baru yang ngisi Pak AR.
Lama-lama Angku Ulama itu
menyerahkan pimpinan yasinan itu kepada Pak AR dan jadilah yasinan itu menjadi
pengajian tafsir Al Qur'an.
Begitulah, rupanya dulu Pak
AR juga sudah melaksanakan dakwah kultural.
Sumber: myquran.org
0 comments:
Post a Comment