Boikot Coca-cola Beralih ke Mecca Cola
Sunday, January 27, 2013
0
comments
Cara
AS menyudutkan dan menyerang beberapa negara Islam, ternyata bisa melahirkan
perang baru bernama “Perang Cola”. “Perang Cola” yang ditunjukkan terhadap
pemboikotan terhadap segala produk AS dan Yahudi memang bukan isapan jempol
belaka. Sampai hari ini, perang baru tersebut terus meluas ke seluruh
negara-negara muslim. Anda Tertarik ?
Amerika
mungkin menyerang Irak Dan membantu israel di Gaza. Namun perang ini akan
melahirkan perang baru bernama “Perang Cola” yang semakin meluas ke seluruh
dataran Timur Tengah dan negara-negara muslim.
Di
Iran misalnya, telah lahir ‘Zam Zam Cola’ yang menyaingi Pepsi dan Coca-Cola
buatan Yahudi. Sepuluh juta botol Zam Zam Cola telah diekspor ke Saudi dan
negara Timur Tengah hampir empat bulan ini. Pegawai Zam Zam Cola yang
kebanyakan orang Iran dikabarkan terus bekerja lembur siang dan malam untuk
mengisi dan mengangkut botol-botol yang akan dipersiapkan menjelang bulan haji
depan.
Menurut
rencana, Tawfiq Mathlutsi, seorang muslim berkebangsaan Perancis, meluncurkan
Mecca Cola di Paris akhir bulan ini. Menurut Mathlutsi, 10 persen keuntungan
dari Mecca Cola ini, kelak akan disumbangkan pada anak-anak Palestina yang
menderita akibat ditindas Israel.
Mathlutsi
mulai meluncurkan Mecca Cola awal bulan Ramadan ini sekaligus menandai
dimulainya program boikot produk AS. Perusahaan AS semisal McDonald’s,
Starbucks, Nike, dan Coca-cola sendiri mengaku telah mengalami penurunan akibat
kampanye boikot yang dilakukan sebagian muslim di seluruh dunia beberapa bulan
lalu. Coca-Cola mengalami penurunan penjualan antara 20 sampai 40 persen di
beberapa negara.
Di
Maroko, pejabat pemerintah mengkalkulasi bila penjualan Pepsi dan Coca-cola
jatuh hampir separuh dari penjualan biasanya, termasuk di Uni Emirat Arab turun
hingga 40 persen selama tiga bulan. Menurut banyak pengamat, ini merupakan cara
paling tepat bagi kaum muslimin untuk menekan George W Bush.
Iklan
utama produk Islam Cola ini mengkampanyekan gambaran seranganbaru berupa
cengkeraman Amerika pada counter makanan siap saji, minuman ringan, pakaian,
dan produk rokok.
Rita
Clifton, Direktur Interbrand, sebuah lembaga konsultan merk dunia mengatakan,
“Ini merupakan alternatif yang lazim untuk protes dengan mengatakan: jangan
makan atau minum produk AS. Ini merupakan pesan yang amat memiliki kekuatan…”.
Zam
Zam diambil dari nama air suci dari bekas sumur Nabi Ismail di Mekkah.
Penjualan Zam zam Cola melampaui perkiraan semula, dengan kemampuan penjualan
empat juta kaleng di minggu pertama. Setelah sukses memproduksi cola, Zam Zam
kini datang dengan rasa baru, orange, lemon dan rasa jeruk.
Perusahaan
Zam Zam juga telah memproduksi minuman non-alkohol yang disebut dengan istilah
“bir islam”. Zam Zam kini telah memiliki tidak kurang 7 ribu pegawai di 17
pabriknya di Iran. Rencananya, akan dibangun pula di seluruh Timur Tengah.
Sampai hari ini, Zam Zam Cola telah diekspor ke Saudi Arabia, Bahrain, Qatar,
Uni Emirat Arab, Kuwait, Afghanistan dan Iraq. Lalu akan menyusul ke Lebanon,
Syria dan Denmark —yang merupakan jaringan pertama di kawasan Eropa— Prancis,
Kanada, Belanda, Jerman, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Bangladesh dan beberapa
negara di Afrika.
Perusahaan
minuman ringan Coca Cola menyatakan kekhawatirannya atas seruan boikot terhadap
produk minuman tersebut dan produk-produk AS lainnya yang dilakukan oleh
organisasi-organisasi Muslim di Malaysia, menyusul serangan brutal Israel ke
Jalur Gaza.
Pihak
Coca Cola mengatakan, seruan boikot itu bisa mengganggu perekonomian Malaysia
dan warga negeri Jiran itu sendiri. “Seperti semua orang, kami sangat prihatin
dengan situasi kemanusiaan di Timur Tengah,” kata Kadri Taib, humas dan
direktur komunikasi perusahaan Coca Cola Malaysia dalam pernyataannya.
Dalam
pernyataannya, Taib mengatakan bahwa Coca Cola Malaysia mempekerjakan sekitar
1.700 warga Malaysia dan 60 persen dari pegawainya adalah Muslim.
Organisasi-organisasi
Muslim di Malaysia menyerukan boikot terhadap produk-produk AS, termasuk Coca
Cola dan franchise kedai kopi Starbucks dalam aksi protes yang mereka gelar di
Masjid Nasional di Kuala Lumpur.
Seruan
boikot itu disambut oleh Asosiasi Konsumen Islam Malaysia dan Asosiasi
Pengelola Restoran Muslim Malaysia. Mereka tidak lagi menyediakan minuman Coca
Cola dalam menu di restoran-restoran mereka yang jumlahnya ribuan.
Sayangnya,
di Indonesia gerakan boikot ini belum menggema. Para pengusaha dan tokoh-tokoh
di Indonesia belum ada yang berani secara terbuka menyerukan boikot terhadap
produk-produk AS pendukung Zionis Israel.
Sumber: dakta.com
0 comments:
Post a Comment