Gunakan Dinar Sekarang Atau Amerika Akan Menggunakannya Esok Hari!
Sunday, January 20, 2013
0
comments
Oleh
: Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi
“Gunakanlah
mata uang emas atau dinar karena Israel dan Amerika akan menggunakan emas
sebagai mata uang esok hari,”
Ucapan
di atas saya ambil dari ceramah Syekh Imran Hossein di Mesjid Raya Bogor, 11
Juni 2011. Dengan membawakan tema “The Future of Islam”, pakar konspirasi dan
akhir zaman asal Trinidad dan Tobago itu, mengingatkan jama’ah atas nasib umat
muslim dewasa ini. Ia mengatakan bahwa umat Islam telah menjadi pecundang yang
menyedihkan di negerinya sendiri. Menurutnya penggunaan uang kertas oleh kita
adalah keladi dari kemiskinan yang merata di seluruh Indonesia.
“Karena
uang kertas itu jugalah Singapura menjadi negara yang sangat kaya raya,”
ujarnya kesal.
Baginya
ini sangat memalukan, sungguh bahkan. Padahal Islam telah memiliki sistem
keuangan yang murni, orisinal, dan menyejahterakan. Namun sistem Ekonomi Islam
yang telah diwarisi oleh Nabi Muhammad SAW dicampakkan begitu saja.
“Memalukan,
sesuatu yang sangat memalukan bagi umat Muhammad saw., yang tidak dapat
mengenali uang kertas ini sebagai penipuan. Penipuan adalah sesuatu yang haram
dan uang kertas adalah instrumen untuk melegalisasi pencurian. Kita adalah
pecundang yang menyedihkan,” lirih penulis buku The Gold Dinar and Silver
Dirham itu dilumuri kekecewaan. Muka para jama’ah juga mengamininya.
Namun
di balik itu semua, kalimat “Israel dan Amerika akan menggunakan mata uang emas
kedepannya” betul-betul harus kita garis-bawahi. Invasi Amerika ke Papua untuk
mengeruk sumberdaya emas bangsa ini betul-betul pada titik nadir. Bukan
mustahil langkah tersebut adalah jalan bagi Amerika beserta sekutunya yang
telah memprediksi kejatuhan ekonomi mereka dan beralih dari Dollar (US$) menuju
emas bercahaya.
Menurut
Muhaimin Iqbal, praktisi Dinar di Indonesia, perilaku US$ selalu bergerak
berlawanan arah dengan harga emas. Kalau US$ yang diindikasikan dengan US$
Index naik, maka harga emas yang turun. Sebaliknya jika index US$ turun, maka
harga emas yang akan naik. Tentu banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya
US$ ini. Tidak terbatas pada faktor ekonomi saja, isu-isu politik, keamanan dan
lain sebagainya ikut mempengaruhi fluktuasi US$.
Menurutnya,
salah satu isu untuk melihat fluktuasi dapat kita ambil dari tren ekonomi
Amerika Serikat. Untuk memahami akan kemana ekonomi Amerika, maka kita bisa
menggunakan dua buah data, yakni perumahan dan pengangguran.
Data
dari pasar perumahan efeknya riil seperti krisis sub-prime mortgage yang sudah
terjadi selama hampir dua tahun terakhir, awalnya adalah krisis di kredit
perumahan, namun dampaknya kemana-mana. Di samping data mengenai perumahan,
tentu data pengangguran juga bisa kita gunakan karena melalui data ini kita
akan sangat mudah menggambarkan kondisi ekonomi suatu negara, termasuk Amerika.
Dari
sisi perumahan, data kwartalan terakhir House Price Index yang dikeluarkan
Case-Shiller menunjukkan penurunan hingga 14.1%. Ini merupakan penurunan yang
paling tajam sepanjang sejarah, bahkan lebih tajam dibandingkan dengan
penurunan pada masa great depression tahun 1930-an.
Menurunnya
data penjualan rumah serta indeks harga rumah AS mengindikasikan bahwa
kontraksi ekonomi global masih terus berlangsung. Dibutuhkan suatu langkah yang
konkret untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat
pengangguran.
Pada
sisi pengangguran juga begitu. Di tahun 2008 saja pengangguran di Amerika telah
mencapai angka di atas 5%. Angka itu melonjak drastis pada tiga tahun
setelahnya (September 2011) di mana Depnaker AS mengatakan tingkat pengangguran
di 20 negara bagiannya berada di atas angka nasional 9,1 persen, dengan tingkat
tertinggi berada di Nevada yang mencapai 13,4 persen.
Pada
tahun 2012 angkanya pun tidak mengalami perubahan berarti. Di New York City
kini tingkat kemiskinan naik secara signifikan ke rekor tertinggi dibanding
tahun 2010 seperti dirilis oleh City’s Center for Economic Opportunity. Bahkan
menurut laporan The New York Times menemukan bahwa jumlah warga New York yang
tergolong miskin pada tahun ini meningkat hampir 100.000 orang sejak tahun
2009. Persentase tingkat kemiskinan pun naik 1,3 % menjadi 2,1%.
Data
pemerintah menunjukkan 12,7 juta warga Amerika kini menjadi pengangguran. Empat
dari 10 di antaranya tidak bisa mendapat pekerjaan selama 27 minggu atau lebih.
Menurut ekonom, pertambahan lapangan kerja dibutuhkan untuk memberi konsumen
kepercayaan yang mereka perlukan untuk melakukan pembelian, dan mendorong
perusahaan melakukan investasi yang mengarah pada perekrutan baru.
Maka
itu menarik jika menyimak perkataan Alen Gresspan, mantan chairman dari Federal
Reserve AS (1987-2006), yang mengatakan, “Bila dibiarkan inflasi terus tumbuh,
pertumbuhan akan turun, rakyat akan menderita dengan penurunan taraf hidup dan
Amerika sangat mungkin menghadapi stagflation.”
Realitas
ini akan berpeluang untuk memberi jalan hancurnya dollar AS yang pada saat
bersamaan meruntuhkan hegemoni ekonomi kapitalis Amerika. Pada titik ini pula
maka nilai emas akan semakin melonjak naik.
Data
dari Bloomberg.com, misalnya, harga emas di bulan Oktober 2011 telah mengalami
peningkatan terpanjang dalam 2 bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh
kejatuhan Dollar yang memicu peningkatan permintaan logam mulia tersebut
sebagai aset alternatif.
Dollar
mencetak rekor penurunan terbesar terhadap Yen dan mundur terhadap Euro,
setelah para pemimpin Uni-Eropa setuju untuk memperbesar dana bantuan menjadi
empat atau lima kali lebih besar, menjadi sekitar 1 trilyun euro ($1.4 milyar).
Sedangkan Emas telah meningkat sebesar 23% sepanjang tahun 2011. Sebaliknya
dollar malah menurun sebesar 5.7% terhadap Euro.
Grafiknya
tidak jauh beda pada tahun 2012. Harga emas terus naik sekitar 1,790 dollar AS
pada bulan Februari, tingkat tertinggi sejak tahun 2012, setelah Fed pada waktu
itu mengatakan akan terus mengarahkan suku bunga mendekati nol sampai
setidaknya pada akhir 2014. Sedangkan di Comex, harga emas berjangka untuk
penyerahan September 2012 ditutup pada level harga 1.684,6 dollar AS per troy
ons atau menguat sebesar 31,1 dollar AS per troy ons.
Tampaknya
AS menyadari gejala ini. Meminjam bahasa Syekh Imran, mereka akan melakukan
segala daya upaya agar keuangan mereka tetap stabil. Salah satunya beralih ke
emas.
Gejala
itu memang sudah tampak. Sejumlah kalangan di Negeri Paman Sam begitu gencar
mengusulkan penggunaan koin emas dan perak sebagai alat transaksi. Negara
bagian Utah menjadi pelopornya. Belum lama ini, sejumlah wakil rakyat di sana
menyusun rancangan undang-undang terkait hal tersebut. RUU itu telah lolos
hingga ke tingkat Kongres melalui pemungutan suara. Jika RUU itu nanti disahkan
maka koin emas dan koin perak akan menjadi alat tukar alternatif bagi rakyat
Utah selain uang kertas dolar.
Ternyata
Utah dan Virginia tidak sendiri. Dikabarkan negara bagian mulai melirik koin
emas dan perak untuk alat transaksi. Ide ini bertumbuh di Idaho, South Carolina,
New Hampshire, Tennesse, Indiana, Iowa, Oklahoma, Vermont, Georgia, Missouri
dan Washington.
Maka
tidak heran bahwa kunjungan Hilary Clinton baru-baru ini adalah upaya untuk
mengukuhkan tangan AS di Papua sebagai upaya menstabilkan ekonomi AS melalui
tambang emas di Papua. Terlebih di akhir pemerintahannya Barack Obama jika
tidak mampu mendongkrak perekenomian Amerika dengan mewarisi hutang sebesar
US$16 triliun; jumlah yang dua kali lebih banyak daripada saat Bush masih
menjabat. Bahwa kapitalisme telah gagal.
Jadi
mungkin betul perkataan Syekh Imran, kelak Amerika akan mengganti dollar dengan
emas sebagai mata uangnya. Lalu bagaimana dengan kita? Masihkah kita bergeming
untuk beralih ke dinar?
“(Juallah)
emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan
sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama
dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu
jika dilakukan secara tunai ” (Shahih Muslim).
Sumber: eramuslim.com
0 comments:
Post a Comment