Rating dan Uang Lebih Laku Dibanding Kebenaran
Wednesday, January 30, 2013
0
comments
Fungsi
media massa seharusnya memberitakan berita-berita kebenaran terbaru yang disuguhkan kepada
penonton. Disisi lain dalam meningkatkan kompetensi dan persaingan dalam media
pemberitaan dibutuhkan pemasukan untuk media massa. Sebagaimana di ketahui,
iklan adalah sumber pemasukan terbesar dalam bisnis di dunia media massa.
Kembali
ke masa Kemenangan-kemenangan dan kejayaan perjuangan Nabi Muhammad s.a.w.
menegakkan masyarakat Islam di Madinah, adalah tegak di atas kesetiaan
sahabat-sahabatnya dan kebencian musuh-musuhnya. Orang besar selalu diuji oleh
pujaan dan celaan. Di samping orang-orang sebagai Abu Bakar as-Shiddiq, Umar
bin Khathab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib yang menyediakan
jiwa-raganya dan harta benda biar sama hilang sama timbul dengan Nabi, ada juga
musuh-musuh besar yang dalam memusuhi itu pun mereka “besar” pula.
Musuh
demikian dihadapi Nabi ketika beliau di Makkah, di antaranya ialah Abu Jahal
yang terkenal menentang Nabi terang-terangan secara jantan. Tetapi setelah Nabi
s.a.w. pindah ke Madinah, dan masyarakat Islam mulai berdiri, beliau menghadapi
musuh yang bukan satria, orang berjiwa kecil yang hanya berani membuat fitnah,
menghasut, menggunjing, berbicara di belakang, sedang pada lahirnya dia
bermulut manis menyatakan setuju. Dan apabila ada jalan buat memasukkan jarum
dengki dan bencinya, dimulainyalah memainkan jarum itu, walaupun di balik
pembelakangan. Itulah yang dinamai golongan munafiqin yang dipimpin oleh
seorang yang mengaku kawan padahal lawan, yaitu Abdullah bin Ubay.
Kalau
ada musuh hendak melawan Islam, dibantunya dari belakang secara diam-diam
tetapi kalau musuh itu sudah dapat dikalahkan oleh Nabi, dia pun mencuci tangan
dan musuh yang kalah itu ditinggalkannya, dan dia pergi mengambil muka kepada
Muslimin yang menang. Kalau dia menampak agak sedikit pintu hasutan, untuk
memecahkan front Muslimin di antara Muhajirin dengan Anshar, dilaluinyalah
lobang yang kecil itu, sehingga kalau kurang hati-hati pimpinan, pesatuan Islam
bisa pecah berantakan. Tetapi Nabi s.a.w. dan sahabat-sahabatnya tetap waspada,
sehingga segala usahanya tetap tidak pemah berhasil.
Kita
mungkin bisa merasakan betapa kecewa dan marahnya umat Islam ketika mengetahui
berita saudaranya di Rohingya, Suriah,
Palestina dan umat islam diseluruh dunia mendapati berita yang tidak
sesuai fakta keadaan mereka sebenarnya. Contoh yang terjadi pada kasus Sampang
yang terlibat langsung konflik dengan aliran sesat Syiah ketika itu, melihat
pemberitaan-pemberitaan media massa pada saat itu ternyata tidak sesuai dengan
fakta di lapangan. Para wartawan media massa datang bertanya tentang kronologis
konflik sampang tersebut, namun kemudian yang
diberitakan justru sebaliknya menyimpang jauh dari arah pemberitaan yang
seharusnya. Bagaimana mungkin bisa terjadi, konflik yang jelas-jelas dipicu
dari ulah sekte Syiah sesat, direkayasa jauh melenceng merujuk ke topik asmara
sepasang kekasih, Wanita dan cinta segitiga.
Memang
saat ini berita-berita yang memuat kebenaran tidak lebih laku daripada
berita-berita lainnya yang lebih bisa mendatangkan rating yang tinggi dan uang
besar. Memang sudah dibuktikan bahwa tema-tema asmara, rebutan wanita,
perselingkuhan atau cinta segitiga memang lebih lebih diminati oleh kebanyakan
orang. Itu sebabbya infotainment dapat tumbuh subuh di negeri ini mengalahkan
acara-acara pengajian. Meski telah difatwa haram oleh para ulama pun tidak
mengurangi signifikansi jumlah penonton infotainment.
Media
massa itu tidak terlalu ambil pusing apakah syiah itu sesat atau tidak. Mereka
juga tidak terlalu peduli mana yang benar diantara kedua pihak konflik
tersebut, apakah sunni atau syiah. Mereka juga tidak tertarik untuk mencari
tahu kebenaran yang dipegang orang-orang macam Abu Bakar Baasyir atau Imam
Samudra dkk, apakah mereka benar-benar bersalah atau tidak. Yang mereka paham
adalah mereka adalah objek berita. Yang bisa mendatangkan uang dan rating yang
tinggi. Semakin krusial permasalahan itu diangkat maka semakin banyak diminati
para pemirsa. Mereka tidak peduli, semakin menyebalkan media mencitrakan
orang-orang shaleh itu, maka semakin banyak orang yang benci kepada mereka
tanpa tahu dimana letak kesalahan dan dimana letak kebenaran yang sebenarnya
terjadi. Nggak peduli baik buruk yang penting rating naik!
Bagi
kita di zaman moden hal ini pun menjadi perbandingan pula. Kita menegakkan
demokrasi , kebebasan menyatakan perasaan dan fikiran. Tetapi demokrasi yang
menjamin keselamatan dunia adalah demokrasi yang timbul dari budi luhur. Hasad,
dengki, benci dan dendam yang ada dalam batin yang kotor, bisa juga memakai
alasan “demokrasi” untuk melepaskan hawanafsu bencinya menyinggung kehormatan
seseorang. Maka penguasa pun berhak membungkam kebenaran dengan hawa nafsunya
karena ada kepentingan pribadinya.
“Seketika
kamu sambut berita itu dengan lidahmu, dan kamu katakan dengan mulutmu, perkara
yang sebenarnya tidak kamu ketahui kedudukannya, dan kamu sangka bahwa itu
perkara kecil, padahal di sisi Allah dia perkara besar.” (An-Nur : ayat 15).
Orang
yang beriman, lidahnya berbicara dengan penuh tanggungjawab. Dia mempunyai
kepercayaan bahwa pendengaran, penglihatan dan hati sanubari, semuanya akan
bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Semua perbuatan dan perkataannya tercatat
oleh kedua Malaikat, Raqib dan ‘Atid.
“Mengapa
ketika kamu menerima berita itu tidak kamu katakan saja: “Tiada sepatutnya bagi
kami akan turut memperkatakan hal itu. Amat Suci Engkau Tuhan, ini adalah suatu
kebohongan besar.” (An-Nur : ayat 16)
Contoh
kasus pada pekan lalu Banyak stasiun TV swasta di Indonesia yang memfitnah
organisasi islam tiba-tiba membuat liputan khusus tentang Kepedulian Palestina.
Stasiun TV itu menceritakan secara detail sekali bagaimana kondisi awal
Palestina dari awal penjajahan Israel hingga saat ini. Kondisi Ini sangat
merusak cara pandang para penonton untuk menentukan sikap yang benar. Sehingga
antara Haq dan Batil bercampur baur. Sangat dirasakan sekali keberpihakan
stasiun TV swasta itu kepada perjuangan Palestina. TV yang sebelumnya memfitnah
dakwah Islam di Masjid, organisasi islam sebagai tumbuhnya terorisme, namun
saat ini mereka memberitakan Palestina sedemikian baiknya.
Yang
mereka lakukan itu semuanya demi rating! Mereka menayangkan liputan khusus
tentang Palestina karena disaat yang sama ada puluhan bahkan ratusan ribu orang
di negeri ini sedang membicarakan isu tentang Palestina. Semua orang
bersimpati. Maka menayangkan isu Palestina ‘sebaik’ itu bukan karena ingin
memberitakan kebenaran (Al-haq). Tapi bisa dipastikan sebabnya karena ratingnya
sedang tinggi!
“Tuhan
memberi pengajaran bagi kamu, supaya jangan mengulangi lagi perbuatan seperti
itu buat selama-selamanya. Kalau betul kamu mengakui beriman. ” (ayat 17).
Cukuplah
hal yang sekali ini buat menjadi pengalaman bagi kita. Janganlah terulang lagi
yang kedua kali dan yang seterusnya. Karena perbuatan begini tidak mungkin
timbul dari orang yang beriman, kalau tidak karena bodoh dan tololnya. Orang
yang beriman tidaklah akan termakan oleh propokasi. Penyiar kabar nista tidak
mungkin orang yang beriman. Penyiar kabar dusta sudah pasti orang yang munafik
atau busuk hati, karena maksud yang tertentu, dan yang sanggup menerimanya
hanyalah orang yang goyang imannya.
Kita
senantiasa wajib waspada, karena kesatuan imanmu tidak mungkin dirusakkan dari
luar, tetapi hendak diruntuhkan dari dalam. Kaum munafikin tidak senang hati
melihat gemilang jaya Nabi Muhammad dengan perjuangannya. Segala persekongkolan
diciptakan untuk menentang Nabi telah mereka upayakan. Semuanya gagal. Dan
Jalan satu-satunya buat melepaskan sakit hati ialah mengganggu perasaannya.
Semoga Allah Subhana WaTa’ala senantiasa menjaga niat kita agar selalu istiqomah dijalanNYA. (DYP)
Sumber: eramuslim.com
0 comments:
Post a Comment