Syarifuddin Khalifah, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang
Monday, January 14, 2013
0
comments
Judul buku :
Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin
Khalifah
Penulis :
Mujahidin Nur
Penerbit :
Zaytuna, PT. Ufuk Publishing House
Cetakan ke :
VIII
Tahun Terbit
: November 2012
Dimensi :
120 hlm
ISBN :
978-602-18351-2-8
Mungkin Anda
terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman
modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal Al Qur’an dan
bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun,
dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi
begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah
tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syarifuddin
Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania
adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35
persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya
beragam kepercayaan terutama animism. Namun, kota Arusha tempat kelahiran
Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua
adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.
Seperti
kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama
Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis
Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan
keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi.
Sebagaimana
pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan
ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke Gereja
untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja.
Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan
suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama
usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan
baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya,
Muhammad). Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin
bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan
untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya.
Awal Maret
1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak
disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika
tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran
Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada
penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau
minum ASI dari ibunya setelah dua bulan. “Apakah karena ibunya adalah seorang
Kristiani? Ataukah ini merupakan fase keunikan-keunikan yang selanjutnya akan
banyak mengiringi kehiduan anak ini sampai dia dikenal jutaan manusia di
seluruh dunia sebagai anak ajaib?” Tanya penulis pada halaman 47.
Di tengah
kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma”
atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai
mengeluarkan lafal-lafal “aneh.” Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan
Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan
berbunyi:”Fatuubuu ilaa Rabbikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum
‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwat tawwabur rahiim.”
Orang-orang
yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam
keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca
Syarifuddin Khalifah adalah QS. Al Baqarah ayat 54.
Domisia
khawatir anaknya kerasukan syetan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap
saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi
kerasukan syetan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal
di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat
itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat
bayi itu.
“Francis dan
Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan syetan. Apa yang dibacanya
adalah ayat-ayat Al Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah…”
kata Abu Ayub.
Beberapa
waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan
kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua
butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya
mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka
memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”.
Keajaiban
berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu
melakukan shalat serta menghafal Al Qur’an dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun,
ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan
safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya,
lebih dari seribu orang masuk Islam.
Cerita
lengkap dan detail tentang Syarifuddin Khalifah bisa Anda dapatkan di buku
“Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin
Khalifah” ini. Isinya yang menarik dengan bahasa yang mengalir serta agaknya
membuat buku ini menjadi megabestseller, seperti dikampanyekan dalam cover
depannya. Tercatat, dalam rentang empat bulan saja buku karya Mujahidin Nur ini
telah naik cetak sebanyak delapan kali. [Muchlisin]
Sumber: bersamadakwah.com
0 comments:
Post a Comment