Kaya Tapi Zuhud
Tuesday, February 5, 2013
0
comments
Suatu
hari Imam Ahmad bin Hanbal mendapatkan pertanyaan mengenai seorang yang
memiliki uang sebanyak seribu dinar [1 dinar=4,25 gr emas], apakah dia bisa
menjadi orang yang zuhud?
Jawaban
beliau, “Bisa dengan dua syarat yaitu tidak gembira jika hartanya bertambah dan
tidak sedih jika hartanya berkurang” [Uddah ash Shabirin karya Ibnul Qoyyim hal
226].
Terkadang
dijumpai ada seorang yang memiliki harta yang sangat banyak akan tetapi jika
berkurang dia tidak terpengaruh, makan tetap terasa enak dan tidurnya nyenyak seakan
tidak ada masalah. Sebaliknya jika hartanya bertambah banyak dia pun tidak
gembira karena pertambahan hartanya. Bertambah dan berkurangnya harta baginya
itu sama saja karena perhatiannya tertuju akherat. Harta itu hanya ada di
tangannya yang kemudian dia pergunakan untuk hal hal yang manfaat di akherat.
Ini
adalah hal penting yang tidak dipahami oleh banyak orang. Banyak orang
beranggapan bahwa zuhud adalah meninggalkan harta dan meninggalkan nikmat dunia
yang bisa memberikan manfaat di akherat.
Suatu
ketika al Hasan al Bashri mendapatkan pertanyaan, “Siapakah itu orang yang
zuhud?”
Jawaban
beliau, “Orang yang zuhud adalah seorang yang berjumpa dengan seseorang maka
dia berkata di dalam hatinya bahwa orang ini lebih baik dari pada dirinya”
[Baihaqi dalam Syuabul Iman 6/301].
Inilah
penjelasan berharga yang disampaikan oleh al Hasan al Bashri. Orang yang zuhud
itu manakala berjumpa dengan seorang muslim maka dia berprasangka bahwa orang
tersebut lebih baik dari pada dirinya di sisi Allah. Artinya dia tidaklah
peduli dengan dunia, merasa hina di sisi Allah dan tidak sombong terhadap
sesama. Hal ini hanya terjadi pada seorang yang mendapatkan anugrah dari Allah
sehingga dia isi hatinya dengan merindukan akherat dan menghindari
ketergantungan dengan dunia.
Bisa
disimpulkan bahwa zuhud itu bukanlah kemiskinan, bukan pula bermakna
meninggalkan harta. Zuhud yang haqiqi terdapat dalam hati dengan tergantungnya
hati dengan akherat dan menjauhi serta jaga jarak dengan dunia. Orang yang
zuhud menyikapi dunia dengan status hanya sekedar di tangan, bukan di hatinya.
Sehingga semua aktivitasnya dia niatkan agar memberikan manfaat di akherat.
Ketika
dia sibuk berbisnis maka bisnis tersebut dia manfaatkan untuk mendukung
kebaikan dan hal hal yang memberikan manfaat di akherat.
Sumber: pengusahamuslim.com
0 comments:
Post a Comment