Bersama Membangun Bangsa
Friday, August 2, 2013
0
comments
Oleh: PROF.
DR. H DIN SYAMSUDDIN
Sebagai
gerakan pencerahan bangsa, Muhammadiyah telah diakui di dunia internasional
sebagai The largest modernis Islamic organitations. Organisasi modern Islam terbesar
di dunia, oleh karenanya sudah pasti menjadi organisasi terbesar di Indonesia.
Dengan
modal sejarah yang sangat besar itu Muhammadiyah bertekad untuk ikut
berpartisipasi dalam memajukan kehidupan bangsa Indonesia, terutama di masa
kini. Muhammadiyah menengarai masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh
bangsa
Indonesia. Kita memang patut bersyukur dan berbangga, banyak kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai bangsa ini. Tapi kita harus juga terbuka dan mengakui bahwa
masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini dimasa yang
sekarang.
Permasalahan
mendasar bagi bangsa, menurut Muhammadiyah adalah masih merajalelanya buta
aksara moral, moral iliterasi masih melanda sebagian dari kehidupan bangsa Indonesia.
Buta aksara moral, lebih bahaya. Berbahaya dari buta
aksara
baik huruf latin maupun arab. Karena buta aksara moral tidak hanya melanda dari
masyarakat bawah, yang mungkin tidak memiliki pendidikan tinggi, tetapi buta
aksara moral, moral iliterasi ini juga menghinggapi para elit dan mereka kaum
terdidik. Inilah yang kemudian menampilkan gejala dan fakta korupsi. Menampilkan
gejala dan fakta makelar kasus, makelar peradilan dan masih banyak
persoalan-persoalan lain yang dihadapi oleh bangsa ini.
Untuk
itu, Muhammadiyah mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah marilah kita
bekerja sama, marilah kita bahu membahu untuk membangun bangsa ini. Untuk
membangun bangsa ini, kita memerlukan kerjasama dan kemitraan strategis yang
sejati dengan semua pihak. Karena tidak ada yang bisa berpretensi kapan bisa
menyelesaikan masalah bangsa ini dengan sendirinya. Kami yakin, pemerintah juga
tidak berpretensi demikian. Muhammadiyah pun demikian dan seluruh kelompok
masyarakat pun demikian. Maka harus ada kerjasama, kemitraan strategis yang
sejati dan Muhammadiyah siap untuk bekerjasama dengan pemerintah.
Tetapi,
sebagaimana yang sering saya sampaikan dan saya nyatakan dari hati yang dalam,
ketika saya menerima amanat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, pada penutupan Muktamar
Malang tahun 2005, dihadapan wakil pemerintah- wakil
presiden
Jusuf Kalla waktu itu, saya sampaikan kepada warga Muhammadiyah bahwa hubungan
Muhammadiyah dengan negara, hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah, akan tetap
baik dan bersifat proporsional. Maksudnya, kalau pemerintah baik dan benar,
maka Muhammadiyah tidak akan segan-segan berada di garda terdepan mendukung
pemerintah. Tetapi kalau pemerintah menyimpang dan menyeleweng dari konstitusi,
menyeleweng dari UU termasuk dari nilai-nilai agama, maka Muhammadiyah tidak sungkan-sungkan
untuk melakukan koreksi.
Bagi
Muhammadiyah, sikap seperti itu adalah sikap yang bersifat loyal kritis. Kita
tetap kritis terhadap pemerintah, loyalitas Muhammadiyah kepada pemerintah
tidak perlu diragukan. Justru, kami berpendapat sahabat sejati adalah sahabat
yang mau memberi koreksi. Sahabat sejati bukan sahabat yang suka memuji penuh berbasa-basi.
Oleh karena itu, amar ma’ruf nahi munkar Muhammadiyah tidak akan berhenti.
Amar
ma’ruf nahi munkar merupakan bukti kecintaan kami kepada bangsa dan negara, dan
kecintaan kami kepada pemerintah. Oleh karena itulah, kami berharap untuk masa
yang akan datang, silaturahim kebangsaan diantara seluruh komponen bangsa
silaturahim diantara pemerintah dan Muhammadiyah akan bisa berkembang secara
lebih baik lebih maju lagi.
Kami
berkeyakinan berkah dari Al-Madinah Al-Munawarah akan menyertai kita semua.
Mudah-mudahan Bapak Presiden ketika shalat di masjid Nabawi tadi, telah dapat
menyelipkan do’a untuk kemajuan Muhammadiyah di masa yang akan datang.
Begitu
pula kami ucapkan, terima kasih semua pihak yang telah mendukung
penyelenggaraan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah ini.
Ke Jogja
kita kembali, abad kedua kita mulai, tekad membaja dalam hati walau jalan
mendaki. Ayo bergandengan tangan, hadapi segala tantangan, gerakkan lasykar
zaman jayalah masa depan.
Masa
depan Muhammadiyah, masa depan bangsa dan negara yang kita cintai ini.
_______________________________________________________
Disarikan
Dari Pidato Iftitah Pada Pembukaan Muktamar Satu
Abad
Muhammadiyah Muktamar Muhammadiyah Ke 46 Di
Stadion
Mandala Krida, 3 Juli 2010.
Sumber:
Majalah Suara Muhammadiyah
edisi 18
/ 95 | 16 - 30 SEPTEMBER 2010
0 comments:
Post a Comment