Penghembus Napas Kebencian Antar Gerakan
Saturday, August 30, 2014
0
comments
Mengapa
dua bangsa bisa bertikai? Pasti ada aktor penyebabnya. Kenapa dua gerakan
saling bergesekan? Pasti ada penebar kebencian. Seperti kisah dua wayang, yang
berperang menurut sang dalang.
Menjadi
pemimpin tidaklah mudah, kata, sikap dan pemikirannya akan menjalar, menyebar
dan ditiru oleh kader. Maka sekali ia mengucap salah, kalimatnya akan
menyejarah. Sekali ia berperilaku keliru, tindakannya akan ditiru. Bahkan mungkin
terduplikasi secara berantai, sampai akar rumput.
Langit
cerah ketika itu, tak ada awan tak ada hujan. Sebuah kalimat penghakiman
meluncur dari lidah bertuan. “Kamu ikhwanul muslimin?” Pertanyaan selidik yang
mengisyarat ketaksukaan, untuk menghaluskan rasa kebencian. Ya. Terkadang, kita
lebih alergi kepada muslim yang beda wadah meski satu akidah. Ketimbang, kepada
umat agama lain yang jelas beda yakin.
Dalam
sebuah kesempatan bertahun silam, saya pernah menuliskan, kekaguman kepada
saudara kita di NU yang begitu gigih mengkaji ilmu. Saya juga simpati kepada
saudara di HTI yang memperjuangkan khilafah sepenuh hati. Saya terpikat dengan
kawan di Jamaah Tabligh, tak kenal lelah dan berdakwah dengan gigih. Begitu pun
saya harus memberi hormat kepada saudara di Hidayatullah, yang terus menebarkan
kebaikan Islam di Pelosok Negeri. Kepada kawan Tarbiyah, saya mengagumi gerak
langkah dan pengkaderan yang tertata.
Tapi
bukankah mereka mengancam gerakan Muhammadiyah? Bukankah mereka mungkin juga
menebarkan kebencian kepada kita? Bagi saya, inilah saatnya kita
mengaplikasikan semboyan dan semangat fastabiqul khairat. Jika mereka
menggunakan cara-cara curang, kita bisa melawannya dengan langkah elegan. Tak perlu
panik tak perlu ikut curang, sebab kita akan menjadi serupa. Apalagi jika kita
menebar benci di dunia maya. Itu justru merendahkan gerakan kita.
Dulu
KH. Ahmad Dahlan sadar betul bahwa musuh utama adalah misionaris yang melakukan
pemurtadan melalui pendidikan dan kesehatan. Maka dibuatlah wadah untuk
perjuangan. Beliau tak memutus hubungan dengan pesantren apalagi mencoba
mengalahkan. Sebab pesantren NU meski banyak perbedaan, mereka juga Islam.
Kini,
ketika pemimpin gerakan ini menjadi alergi, dengan beda gerakan meski satu
agama. Mereka menebar aroma benci, lalu diikuti oleh segenap kader pelosok
negeri. Siapa yang akan menanggung dosa dari kebencian antar gerakan ini?
Entahlah, tapi tentu telah tersimpan catatan yang paling teliti. Meski saya tak
selalu sependapat dengan saudara di NU, tetapi banyak kebaikan dari mereka yang
patutu ditiru. Meski saya tak selalu sepaham dengan HTI, saya tetap mencoba
menelaah pemikiran mereka lewat Majalah Al Wa’ie. Begitupun kekaguman saya
kepada Hidayatullah, lewat lembaran-lembaran majalah yang mereka terbitkan.
Tidak
ada gerakan yang sempurna. Maka tak patut mengumbar cela. Muhammadiyah hanya
satu jalan, bukan tujuan. Muhammadiyah buatan manusia, tak ada jaminan akan
kekal selamanya. Mari salaing menghargai, mari saling bersinergi. Merasa paling,
membuat banyak orang yang akan berpaling. Gerakan ini harus maju dan berkembang,
tapi bukan untuk mencari siapa yang menang. Melainkan demi Islam yang gemilang.
0 comments:
Post a Comment