Mengobarkan Gairah Berburu Ilmu
Tuesday, January 1, 2013
0
comments
Islam pernah menciptakan masa lampau yang sangat berwibawa di bidang ilmu,
filsafat, sastra, arsitektur, sistim
hukum, pemikiran politik, tasawuf, dan bidang lain. Akan tetapi Islam juga
pernah mengalami kebangkrutan yang luar biasa dan dapat kita saksikan
sisa-sisanya hingga kini. Islam yang mahsyur tiba-tiba surut menjadi umat yang
terbelakang karena kehilangan gairah dalam menyelami kedalaman ilmu
pengetahuan.
Sejatinya
Allah telah menunjukkan jalan yang menuntun umat Islam ini berada di tempat
yang mulia. Keimanan yang terpatri dalam jiwa umat Islam jika dibarengi dengan
ilmu maka akan melahirkan kenikmatan dan kedahsyatan yang luar biasa. Alloh
berfirman; “Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al Mujaadilah
11). Inilah yang menjadi ruh kejayaan
Islam pada zaman keemasan dulu.
Umat Islam
kini menjauhi ruh itu. Lihatlah fenomena memprihatinkan di negeri ini. Meskipun
masyarakatnya beragama namun masih banyak orang mudah melakukan tindak
kekerasan atas nama apapun. Jamak kita melihat tawuran antar pelajar, antar
mahasiswa, antar kampung dll. Berita kericuhan, bentrok, dan amukan massa
menjadi tontonan yang makin terasa lumrah.
Belum lagi
generasi muda yang dihegemoni oleh budaya pop. Mereka tidak sadar sedang dalam
kubang kepalsuan. Mengikui tren mengejar eksistensi semu, cepat terkenal dan
cepat pula tenggelam. Budaya pop perlahan tapi pasti menggerogoti moralitas dan
kualitas anak bangsa. Menurut Yasraf
A.Piliang, Budaya populer cenderung berbentuk pemujaan terhadap budaya
permukaan dan tidak mendorong kreatifitas dan inisiatif.
Budaya
“permukaan” tidak peduli “kedalaman”, mementingkan penampilan lahiriah dan
melupakan hakikat/ esensi. Hanya mereka yang berilmulah yang sanggup
menghindari hegemoni budaya permukaan dan tindakan yang irasional.
Orang yang
sekolah semakin banyak, golongan pelajar dan mahasiswa bertambah, tapi sedikit
yang mempunyai gairah mengejar ilmu, minim yang mempunyai tradisi belajar yang
kuat.
Gairah
berburu ilmu perlu dikobarkan layaknya antusiasme sahabat yang bernama Ibnu
Abbas. Ia adalah sosok muda yang patut menjadi teladan karena gairahnya dalam
menuntut ilmu.
Suatu hari
Rasulullah bertanya kepadanya. "Maukah kau mendengar beberapa kalimat yang
sangat berguna? Jagalah (ajaran-ajaran) Allah, niscaya kamu akan
mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah (larangan-larangan) Allah, maka kamu
akan mendapati-Nya selalu dekat di hadapanmu. Kenalilah Allah dalam sukamu,
maka Allah akan mengenalimu dalam duka. Bila kamu meminta, mintalah kepada-Nya.
Jika kamu butuh pertolongan, memohonlah kepada-Nya. Semua hal telah selesai
ditulis."
Suatu
ketika, benaknya dipenuhi rasa ingin tahu bagaimana cara Rasulullah shalat. Ia
sengaja menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harits, istri Rasulullah.
Sepanjang malam ia berjaga, sampai terdengar olehnya Rasulullah bangun untuk
menunaikan shalat. Ia segera mengambil air untuk bekal wudhu Rasulullah. Pada
tengah malam buta itu, betapa terkejutnya Rasulullah menemukan Ibnu Abbas masih
terjaga dan menyediakan air wudhu untuknya.
Rasa bangga
dan kagum menyatu dalam dada Rasulullah. Beliau menghampiri Ibnu Abbas, dan
dengan lembut dielusnya kepala bocah belia itu. "Ya Allah, berikan dia
keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu.” Demikian doa Rasulullah.
Ibnu Abbas
lahir tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Saat Rasulullah wafat, ia masih
sangat belia, 13 tahun umurnya. Semasa hidupnya, Rasulullah benar-benar akrab
dengan mereka yang hampir seusia dengan Abdullah bin Abbas. Ada Ali bin Abi
Thalib, Usamah bin Zaid dan sahabat-sahabat kecil lainnya.
Saat
Rasulullah wafat, Ibnu Abbas benar-benar merasa kehilangan sosok yang menjadi
panutannya. Walau demikian, ia tak mau berlama-lama tenggelam dalam kedukaan.
Ibnu Abbas segera bangkit dan mulai melakukan perburuan ilmu.
Didatanginya
para sahabat senior. Ia bertanya pada mereka tentang apa saja yang perlu
ditimbanya. Tak hanya itu, ia juga mengajak sahabat-sahabat yang seusianya
untuk belajar pula. Tapi sayang, tak banyak yang mengikuti jejak Ibnu Abbas.
Mereka merasa tidak yakin, apakah para sahabat senior itu mau memerhatikan
mereka yang masih anak-anak.
Ibnu Abbas
tak patah arang. Ia ketuk satu pintu dan berpindah ke pintu lain, dari
rumah-rumah para sahabat Rasulullah. Tak jarang ia harus tidur di depan rumah
mereka, karena para sahabat tengah istirahat. Namun betapa terkejutnya mereka
begitu melihat Ibnu Abbas tidur di depan pintu rumah.
"Wahai
keponakan Rasulullah, kenapa tidak kami saja yang menemuimu?" kata para
sahabat yang menemukan Ibnu Abbas di depan rumah mereka. "Tidak, akulah
yang mesti mendatangi anda," jawabnya.
Demikianlah
kehidupan Ibnu Abbas, hingga ia benar-benar menjadi seorang pemuda dengan ilmu
dan pengetahuan yang tinggi. Karena tingginya dan tak berimbang dengan usianya,
ada yang bertanya tentangnya. "Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini, wahai
Ibnu Abbas?"
"Dengan
lidah dan gemar bertanya, dengan akal yang suka berpikir," demikian
jawabnya.
Karena
ketinggian ilmunya itulah, ia kerap menjadi kawan dan lawan diskusi para
sahabat senior. Umar bin Al-Kathab misalnya, selalu memanggil Ibnu Abbas untuk
duduk bersama dalam sebuah musyawarah. Pendapat-pendapatnya selalu didengar
karena keilmuannya. Ibnu Abbas menjadi tempat bertanya karena kegemarannya
bertanya. Ibnu Abbas tempat mencari ilmu karena kegemarannya terhadap ilmu.
Umat Islam
sering menjadi sombong dan mapan oleh pendapat “ketika Barat masih mencari
kebenaran, Timur sudah mendapatkan kebenaran itu.” Umat Islam merasa paling
benar, lantas bermalas-malasan untuk kembali belajar dan membuktikan kebenaran
yang ada. Ramadhan dikenal sebagai Syahrul Qur’an, bulan diturunkanya
Al-Qur’an. Puasa diwajibkan pada bulan Ramadhan karena pada bulan itu Alloh
menurunkan Al Qur’an. Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kembali
menumbuhkan gairah membaca dan menghayati ayat-ayat Allah. Puasa akan
menyucikan jiwa. Ilmu adalah cahaya Illahi. Cahaya Ilahi akan mudah diraih oleh
manusia yng suci jiwanya.
Sungguh
Islam menghendaki umatnya agar menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, hingga nabi
Muhammad SAW pun dituntun Alloh untuk berdoa seperti termaktub dalam surat
Thaha 114; “Ya Alloh, tambahkanlah ilmu kepadaku.” --Sucipto, M.Pd (Sekretaris
MPI PWM DI.Yogyakarta)--
sumber: muhammadiyahdiy.or.id
0 comments:
Post a Comment