Homoseksual dan Kehancuran Peradaban di Barat
Tuesday, August 6, 2013
0
comments
Tentu saja, sikap resmi Paus Fransiskus
diprediksi akan mengubah paradigma Gereja Katolik sedunia yang selama ini belum
sepakat mengenai hukum homoseks
Oleh: Kholili Hasib
DALAM Paus Benediktus XVI mengeluarkan
pernyataan kontroversial di kalangan gereja, bahwa kaum Gay harus diberi hak
setara dengan manusia lainnya. Dalam pernyataan terbaru ia mengatakan, “Tidak
seharusnya kelompok gay terpinggirkan. Mereka justru harus diintegrasikan
dengan masyarakat,” demikian kata Paus Fransiskus seperti dikutip tempo.com
pada 29 Juli 2013.
Menurut Paus Fransiskus, tidak ada
otoritas yang berhak menghakimi perilaku kaum gay, otoritas Gereja sekalipun.
Melihat pernyataan pemimpin umat Katolik
sedunia ini, setidaknya menunjukkan, peradaban bangsa Barat saat ini makin
terancam. Yang lebih mengenaaskan, penyakit homoseksual dan lesbian justru
mendapat legitimasi langsung dari pemimpin agama nomor satu di Katolik.
Ada kabar, bahwa kaum gay telah melakukan
lobi-lobi kepada Vatikan. Setelah sekian lama melobi otoritas tertinggi kaum
Katolik seduania itu, kaum gay akhirnya mendatkan angin dari Paus Fransiskus.
Fransiskus cenderung berpikir sekular. Karena itu, ia merasa tidak memiliki hak
untuk menilai kaum gay. Jika seseorang berorientasi gay, mencari Allah, dan
memiliki niat baik, apa saya punya hak untuk menghakimi mereka,” tuturnya lagi.
Tentu saja, sikap resmi Paus Fransiskus
diprediksi akan mengubah paradigma Gereja Katolik sedunia yang selama ini belum
sepakat mengenai hukum homoseks. Beberapa waktu lalu pendeta di AS dan Eropa
menyatakan diri sebagai penganut gay. Paus Benediktus VXI menyatakan perkawinan
sejenis pendeta terlarang. Namu kini diprediksi keadaan akan lain. Ironi
kalangan pendeta Katolik liberal sedang dimainkan. Ternyata mereka memilih
kumpul kebo dengan pasangan sejenis, daripada nikah secara agama. Sebab,
otoritas Gereja ‘mengharamkan’ abdi gerja itu untuk menikah. Menikah dengan pasangan lain jenis‘haram’, tapi
homoseks ‘halal’. Begitulah kira-kira pikiran Paus.
Padahal, Paus Benediktus menandatangani
sebuah dokumen pada tahun 2005 yang mengatakan pria dengan kecenderungan
homoseksual tidak boleh menjadi imam. Namun, Paus Franciskus mengatakan,
pendeta gay harus diampuni dosanya. Mereka juga berhak menjadi imam.
Selama ini otoritas Gereja dianggap
penghalang bagi kaum gay. Namun kini di era Paus Franciskus, sekularisasi di
lingkungan gereja diprediksi akan berada pada tingkat akut.
Di kalangan ilmuan Barat sendiri,
penyakit homo dan lesbi pernah diperdebatkan. Perdebatan dimulai pada tahun
1970. dengan terbitnya tulisan Dr. Simon LeVay’s dalam majalah science. Artikel
ini mendapat publikasi yang luar biasa karena ia menulis tentang asal usul biologi
(teori genetik) homoseksual, sehingga menutupi kajian-kajian lainnya yang
menafikannya.
Jeffrey Satinover dalam bukunya
Homosexuality and the Politics of Truth, menyebutkan 3 hujah pendukung “gay
politics”. Homoseksual adalah diturunkan secara biologis, homoseksual tidak
dapat diubah secara psikologi, homoseksual adalah hal yang normal secara
sosiologi.
Melalui lobi sosio-politik akhirnya
mereka berhasil mendesak dan mempengaruhi APA (American Psychiatric
Association) agar membuang homoseksual DSM (Dianostic and Statistical Manual of
Mental Disorders) yang menyebutkan bahwa homoseksual adalah penyakit yang dapat
dirawat oleh psikiatris.
Kajian dua ilmuan itulah yang menyebabkan
makin tersebarnya penganut gay dan lesbian. Karena mereka merasa ‘save’ bahwa
perilaku mereka dianggap normal oleh ilmuan, maka sejak tahun delapan puluhan
perilaku gay dan lesbi mulai marak di Barat.
Para pemuda-pemudinya enggan nikah secara
normal. Mereka cukup mencari kepuasan seksual dengan pasangan sejenis. Fenomena
ini mengakibatkan menurunnya jumlah kelahiran di Negara-negara Barat. Tentu saja, fenomena ini merupakan ancaman
bagi peradaban modern.
Teori Satinover itu kemudian dibantah
para saintis Barat. Dalam penelitian terbaru ternyata mereka menemukan bahwa
gay dan lesbi adalah penyakit. C. Mann dalam artikel mengenai “Genes and
Behavior” dalam majalah Science bahwa faktor utama Homoseksual adalah faktor
lingkungan dan data-data yang digunakan untuk mengukuhkan teori genetik juga
menunjukan betapa besarnya faktor yang bukan genetik. Byne, seorang psikiatris yang memiliki ijazah
kedokteran dalam Biologi, dan Parson pada tahun 1993 menganalisa segala kajian
biologi terhadap homoseksual dan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang
mendukung teori genetik tersebut.
Terlepas dari perdebatan para ilmuan
Barat, ternyata kajian mereka sepertinya ditutup oleh pemikiran liberal Paus
Fransiskus. Bisa diprediksi, kekacauan hebat akan menimpa Barat, jika pendapat
sang Paus benar-benar akan diikuti kaum Katolik sedunia. Disamping akan
tersebarnya penyakit seksual, berhentinya regenerasi manusia akan menghancurkan
peradaban sekuler Barat.
Mohammad Asad (Leopold Weiss) telah
mengingatkan terhadap gaya peradaban Barat yang bersifat destruktif itu ancaman
manusia. Ia menyatakan bahwa bahaya terbesar bagi eksistensi umat manusia, baik
Muslim mapun sekular, adalah kecenderungan pola pikir Barat yang anti-Tuhan,
membuang agama, dan materialistis.
Menurut Asad, karakteristik Barat yang
tidak mengenal pertimbangan akhirat, semangat berpikirnya menundukkan agama
dalam dinamika sejarah, meniadakan nilai tetap, dan semua nilai harus tunduk
kepada dinamika budaya manusia inilah yang faktor utama yang menghancurkan
peradaban manusia. Pernyataan Paus Fransiskus yang berupa larangan menghakimi kaum
gay tidak lain adalah produk dari paradigma pemikiran anti-nilai, bebas dari
aturan agama.
Dalam Islam, perilaku gay dan lesbi
diatur agar manusia terhindar dari bencana dan penyakit itu. Perilaku tersebut
dikutuk dan merupakan dosa besar. Hukum ini tetap, tidak akan berubah sampai
hari kiamat. Rasulullah Salallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang
paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth.”(HR. Ibnu
Majah). Dalam hadis yang lain, Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw
bersabda: “Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth,
(beliau mengulanginya sebanyak tiga kali).” (HR: Nasa’i).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan
(ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya; ‘Kenapa kalian melakukan
perbuatan keji itu sedang kalian bisa berpikir? Mengapa kalian berhubungan
dengan sesama lelaki untuk melampiaskan syahwat dan menelantarkan perempuan?
Sebenarnya kalian adalah kaum yang bodoh’.” (QS.Al-Naml: 55).*
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com,
aktiv di InPAS Surabaya
Sumber: hidayatullah.com
0 comments:
Post a Comment