PCPM dan KOKAM Minggir Bezuk Marwan
Friday, November 30, 2012
0
comments
Pengurus
PCPM dan KOKAM Minggir berkesempatan bersilaturahim ke rumah Saudara Marwan di
Bleber Sumberrejo Prambanan Sleman, Jumat (30/11/2012). Lima orang utusan dari
PCPM dan KOKAM tersebut ialah Masykuri (Ketua PCPM), Indra Mulyani (KOKAM),
Sunu Triwidada (PCPM), Hermanto (PCPM) dan penulis.
Dalam
kesempatan itu rombongan menyerahkan bantuan yang dihimpun dari anggota
Muhammadiyah Minggir berupa kebutuhan pokok dan uang. Kondisi Saudara Marwan,
pasca pengobatan di PKU Muhammadiyah, sudah membaik. Bisa makan nasi dan bangun
dari tempat tidur. Pak Yono, kakak dari saudara Marwan mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi perhatian dan bantuan baik
moral maupun material.
Banyak
pelajaran dari peristiwa yang dialami saudara Marwan ini, terutama bagi
pembelajaran di intern Muhammadiyah. Membangunkan kembali jiwa sosial yang
mulai terkikis sikap materialistik. Merajut ukhuwah yang lambat laun hanya
menjadi lautan busa di atas mimbar dalam ceramah-ceramah.
Menurut
keluarga, hari-hari sebelumnya juga datang rombongan dari kader-kader
Muhammadiyah antara lain dari Kasihan Bantul, dari Semin Gunung Kidul dan
lainnya.
Ketika Aghniya Duduk
di Balik Meja Menunggu Dhuafa
Pulang
dari rumah Marwan, rombongan mampir shalat Magrib dan bersilaturahim ke rumah
ketua Komandan KOKAM Sleman, Muhammad Abror. Dalam perbincangan yang hangat,
dibahas beberapa hal cukup menarik sekaligus menjadi ironi di balik ‘kenekatan’
KOKAM membawa Marwan ke rumah sakit sekaligus menanggung segala biaya pengobatannya.
Peristiwa
ini seolah menjadi testing, mengukur kepedulian Muhammadiyah terhadap kadernya.
Juga perlakuan Muhammadiyah dan Ortom kepada KOKAM. Dalam salah satu bagian
perbincangan, M. Abror mengungkapkan, bahwa seharusnya seorang bersikap
proaktif untuk menolong saudaranya, tidak hanya duduk di balik meja dan
menunggu kaum dhuafa datang meminta pertolongan.
Perlu
digarisbawahi bahwa biaya pengobatan Marwan di PKU Muhammadiyah tidak mendapat
keringanan sepeserpun, karena menginap di kelas satu. Sebuah alasan yang
menurut penulis menafikan rasa kemanusiaan. Bukankan PKU dulunya sebagai Penolong Kesengsaraan Oemoem? Meskipun demikian
dengan segala bantuan dari berbagai pihak, biaya tersebut telah dibayar lunas
dan saat ini KOKAM sedang menyiapkan lapangan pekerjaan/usaha yang bisa
dijalankan Marwan agar bisa mandiri menghidupi istri dan empat anaknya yang
masih kecil.
Semoga
kita bisa memetik pelajaran dari peristiwa ini, untuk perbaikan diri dan
Muhammadiyah.
0 comments:
Post a Comment