1 ONS bukan 100 Gram – Pendidikan yang Menjadi Boomerang
Tuesday, October 1, 2013
0
comments
Seorang teman saya
yang bekerja pada sebuah perusahaan asing, di PHK akhir
tahun lalu.
Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan dosis pengolahan
limbah, yang telah
berlangsung bertahun-tahun. Kesalahan ini terkuak
ketika seorang pakar
limbah dari suatu negara Eropa mengawasi secara
langsung proses
pengolahan limbah yang selama itu dianggap selalu gagal.
Pasalnya adalah,
takaran timbang yang dipakai dalam buku petunjuknya
menggunakan satuan
pound dan ounce. Kesalahan fatal muncul karena yang
bersangkutan
mengartikan 1 pound = 0,5 kg. dan 1 ounce (ons) = 100 gram,
sesuai pelajaran
yang ia terima dari sekolah. Sebelum PHK dijatuhkan,
teman saya diberi
tenggang waktu 7 hari untuk membela diri dgn. cara
menunjukkanacuan
ilmiah yang menyatakan 1 ounce (ons) = 100 g. Usaha maksimum yang dilakukan
hanya bisa menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
mengartikan ons
(bukan ditulis ounce) adalah satuan berat senilai 1/10
kilogram. Acuan lain
termasuk tabel-tabel konversi yang berlaku sah atau
dikenal secara
internasional tidak bisa ditemukan.
SALAH KAPRAH YANG
TURUN-TEMURUN.
Prihatin dan
penasaran atas kasus diatas, saya mencoba menanyakan hal ini
kepada lembaga yang
paling berwenang atas sistem takar-timbang dan ukur di
Indonesia, yaitu
Direktorat Metrologi . Ternyata, pihak Dir. Metrologi-pun
telah lama melarang
pemakaian satuan ons untuk ekivalen 100 gram. Mereka
justru mengharuskan
pemakaian satuan yang termasuk dalam Sistem
Internasional
(metrik) yang diberlakukan resmi di Indonesia. Untuk ukuran
berat, satuannya
adalah gram dan kelipatannya. Satuan Ons bukanlah bagian
dari sistem metrik
ini dan untuk menghilangkan kebiasaan memakai satuan
ons ini, Direktorat
Metrologi sejak lama telah memusnahkan semua anak
timbangan (bandul
atau timbal) yang bertulisan “ons” dan “pound”.
Lepas dari adanya
kebiasaan kita mengatakan 1 ons = 100 gram dan 1 pound =
500 gram,ternyata
tidak pernah ada acuan sistem takar-timbang legal atau
pengakuan
internasional atas satuan ons yang nilainya setara dengan 100
gram. Dan dalam
sistem timbangan legal yang diakui dunia internasional,
tidak pernah dikenal
adanya satuan ONS khusus Indonesia. Jadi, hal ini
adalah suatu
kesalahan yang diwariskan turun-temurun. Sampai kapan mau
dipertahankan ?
BAGAIMANA KESALAHAN
DIAJARKAN SECARA RESMI ?
Saya sendiri pernah
menerima pengajaran salah ini ketika masih di bangku
sekolah dasar.
Namun, ketika saya memasuki dunia kerja nyata, kebiasaan
salah yang nyata-nyata
diajarkan itu harus dibuang jauh karena akan
menyesatkan.
Beberapa sekolah telah saya datangi untuk melihat sejauh mana
penyadaran akan
penggunaan sistem takar-timbang yang benar dan sah dikemas
dalam materi
pelajaran secara benar, dan bagaimana para murid (anak-anak kita)
menerapkan dalam
hidup sehari-hari. Sungguh memprihatinkan. Semua sekolah
mengajarkan bahwa 1
ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, dan anak-anak
kita pun
menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. “Racun” ini sudah
tertanam didalam
otak anak kita sejak usia dini.
Dari para guru, saya
mendapatkan penjelasan bahwa semua buku pegangan yang
diwajibkan atau
disarankan oleh Departemen Pendidikan Indonesia
mengajarkan seperti
itu. Karena itu, tidaklah mungkin bagi para guru untuk
melakukan koreksi
selama Dep. Pendidikan belum merubah atau memberi-kan
petunjuk resmi.
TANGGUNG JAWAB SIAPA
?
Maka, bila terjadi
kasus-kasus serupa diatas, Departemen Pendidikan kita
jangan lepas tangan.
Tunjukkanlah kepada masyarakat kita terutama kepada
para guru yang
mengajarkan kesalahan ini, salah satu alasannya agar tidak
menjadi beban
psikologis bagi mereka ; “acuan sistem timbang legal yang
mana yang pernah
diakui / diberlakukan secara internasional, yang
menyatakan bahwa :
1 ons adalah 100
gram, 1 pound adalah 500 gram.”?
Kalau Dep.
Pendidikan tidak bisa menunjukkan acuannya, mengapa hal ini
diajarkan secara
resmi di sekolah sampai sekarang ? Pernahkan Dep.
Pendidikan
menelusuri, dinegara mana saja selain Indonesia berlaku
konversi 1 ons = 100
gram dan 1 pound = 500 gram ? Patut dipertanyakan
pula, bagaimana
tanggung jawab para penerbit buku pegangan sekolah yng
melestarikan
kesalahan ini ?
Kalau Dep.
Pendidikan mau mempertahankan satuan ons yang keliru ini,
sementara pemerintah
sendiri melalui Direktorat Metrologi melarang
pemakaian satuan
“ons” dalam transaksi legal, maka konsekwensinya ialah
harus dibuat sistem
baru timbangan Indonesia (versi Depdiknas). Sistem
baru inipun harus
diakui lebih dulu oleh dunia internasional sebelum
diajarkan kepada anak-anak.
Perlukah adanya sistem timbangan Indonesia
yang konversinya
adalah 1 ons (Depdiknas) = 100 gram dan 1 pound
(Depdiknas) = 500
gram. ? Bagaimana “Ons dan Pound (Depdiknas)” ini
dimasukkan dalam
sistem metrik yang sudah baku diseluruh dunia ? Siapa
yang mau pakai ?.
HENTIKAN SEGERA
KESALAHAN INI
Contoh kasus diatas
hanyalah satu diantara sekian banyak problema yang
merupakan akibat
atau korban kesalahan pendidikan. Saya yakin masih banyak
kasus-kasus senada
yang terjadi, tetapi tidak kita dengar. Salah satu
contoh kecil ialah,
banyak sekali ibu-ibu yang mempraktekkan resep kue
dari buku luar
negeri tidak berhasil tanpa diketahui dimana kesalahannya.
Karena ini kesalahan
pendidikan, masalah ini sebenarnya merupakan masalah
nasional pendidikan
kita yang mau tidak mau harus segera dihentikan.
Departemen
Pendidikan tidak perlu malu dan basa-basi diplomatis mengenai
hal ini. Mari kita
pikirkan dampaknya bagi masa depan anak-anak Indonesia.
Berikan teladan
kepada bangsa ini untuk tidak malu memperbaiki kesalahan.
Sekalipun hanya
untuk pelajaran di sekolah, dalam hal Takar-Timbang-Ukur,
Dep. Pendidikan
tidak memiliki supremasi sedikitpun terhadap Direktorat
Metrologi sebagai
lembaga yang paling berwenang di Indonesia. Mari kita
ikuti satu acuan
saja, yaitu Direktorat Metrologi.
Era Globalisasi
tidak mungkin kita hindari, dan karena itu anak-anak kita
harus dipersiapkan
dengan benar. Benar dalam arti landasannya, prosesnya,
materinya maupun
arah pendidikannya. Mengejar ketertinggalan dalam hal
kualitas SDM negara
tetangga saja sudah merupakan upaya yang sangat
berat. Janganlah
malah diperberat dengan pelajaran sampah yang justru
bakal menyesatkan.
Didiklah anak-anak kita untuk mengenal dan mengikuti
aturan dan standar
yang berlaku SAH dan DIAKUI secara internasional, bukan
hanya yang rekayasa
lokal saja. Jangan ada lagi korban akibat pendidikan
yang salah. Kita
lihat yang nyata saja, berapa banyak TKI diluar negeri
yang berarti harus
mengikuti acuan yang berlaku secara internasional.
Anak-anak kita
memiliki HAK untuk mendapatkan pendidikan yang benar
sebagai upaya
mempersiapkan diri menyongsong masa depannya yang akan penuh
dengantantangan
berat.
ACUAN MANA YANG
BENAR ?
Banyak sekali
literatur, khususnya yang dipakai dalam dunia tehnik, dan
juga ensiklopedi
ternama seperti Britannica, Oxford, dll. (maaf, ini bukan
promosi) menyajikan
tabel-tabel konversi yang tidak perlu diragukan lagi.
Selain pada buku
literatur, tabel-tabel konversi semacam itu dapat
dijumpai dengan
mudah di-dalam buku harian / diary/agenda yang biasanya
diberikan oleh toko
atau produsen suatu produk sebagai sarana promosi.
Salah satu konversi
untuk satuan berat yang umum dipakai SAH secara
internasional adalah
sistem avoirdupois / avdp. (baca : averdupoiz).
1 ounce/ons/onza =
28,35 gram (bukan 100 g.)
1 pound = 453 gram
(bukan 500 g.)
1 pound = 16 ounce
(bukan 5 ons)
Bayangkan saja,
bagaimana jadinya kalau seorang apoteker meracik resep
obat yang seharusnya
hanya diberi 28 gram, namun diberi 100 gram. Apakah
kesalahan semacam
ini bisa di kategorikan sebagai malapraktek ?
Pelajarannya memang
begitu, kalau murid tidak mengerti, dihukum !!!
Jadi, kalau
malapraktik, logikanya adalah tanggung jawab yang mengajarkan.
(ini hanya gambaran
/ ilustrasi salah satu akibat yang bisa ditimbulkan,
bukan kejadian
sebenarnya, tetapi dalam bidang lain banyak sekali terjadi)
KALAU BUKAN KITA
YANG MENYELAMATKAN – LALU SIAPA ?
Melalui tulisan ini
saya ingin mengajak semua kalangan, baik kalangan
pemerintah,
akademis, profesi, bisnis / pedagang, sekolah dan orang tua
dan juga yang
lainnya untuk ikut serta mendukung penghapusan satuan “ons
dan pound yang
keliru” dari kegiatan kita sehari-hari. Pengajaran system
timbang dgn. satuan
Ounce dan Pound seharusnya diberikan sebagai
pengetahuan disertai
kejelasan asal-usul serta rumus konversi yang benar.
Hal ini untuk
membuang kebiasaan salah yang telah melekat dalam kebiasaan
kita, yang bisa
mencelakakan / menyesatkan anak-anak kita, generasi
penerus bangsa ini.
# # # # #
Tulisan ini akan
dikirimkan kepada media masa, baik cetak maupun
elektronik yang mau
menyiarkannya demi kepentingan bangsa. Dipersilahkan
mengubah formatnya
sesuai dengan ketentuan penyiaran masing-masing.
Juga kepada
sekolah-sekolah, pabrik-pabrik serta LSM dan masyarakat umum,
untuk diketahui
secara luas.
Bila anda merasa
sependapat dengan saya, setuju untuk menghentikan
kesalahan ini demi
masa depan anak bangsa Indonesia, silahkan diperbanyak
/ difoto copy dan
disebar-luaskan sendiri.
Bila anda ragu-ragu
terhadap kebenaran tulisan ini, silahkan menanyakannya
langsung kepada
Direktorat Metrologi atau Balai Metrologi setempat dikota
anda berada.
Terima kasih saya
ucapkan kepada anda yang peduli dan mau berpar-tisipasi
menyelamatkan masa
depan anak-anak Indonesia. Semoga Tuhan memberkati
upaya ini, yang kita
lakukan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih sedikitpun.
# # # # #
Ditengah orang-orang
waras, dia yang lain sendiri dianggap gila. Ditengah
orang-orang gila,
dia yang waras justru dianggap gila. Memang banyak orang
yang benar, tetapi
jangan diartikan bahwa yang diikuti banyak orang itulah
yang pasti dan
selalu benar.
LEMBAR PELENGKAP
TAKAR – UKUR – TIMBANG MENGIKUTI SISTEM METRIK YANG BERLAKU SEJAK THN 1799
Kuantitas Satuan
Simbol Keterangan
Panjang meter
m Bukan mtr
Luas meter persegi
m2
Isi meter kubik m3
Berat gram
g Bukan gr
Takaran liter
l 1 l = 1.000 cm3
(cc)
Suhu derajad Celcius
º C
BEBERAPA SEBUTAN /
AWALAN UNTUK FAKTOR PENGALI DALAM SISTEM METRIK
Awalan Faktor Pengal
Simbol / Singkatan
Contoh Pemakaian
Giga 1.000.000.000 G
GHz
mega 1.000.000 M MW
kilo 1000 k km
hecto 100
h ha
deka 10 da dam
deci 0,1 d dm
centi 0,01 c cm
mili 0,001 m ml
micro 0,000.001 μ
μF
dan seterusnya.
Dalam sistem metrik
memang dikenal 1 are = 100 m2 khusus untuk ukuran
tanah yang diakui
sah secara internasional.
Untuk satuan ONS
yang mengartikan kelipatan 100 g., apalagi POUND yang
mengartikan
kelipatan 500 g., tidak pernah ada didalam sistem metrik
maupun non-metrik /
imperial yang pernah diberlakukan sah secara
internasional.
# # # # #
RANGKUMAN
SARAN-SARAN, KRITIK DAN KOMENTAR
1. Banyak orang
berpendapat bahwa ONS kita ini tidak ada kaitannya sama
sekali dengan OUNCE.
a. Kalau kita baca
kamus-kamus Inggris-Indonesia dan sebaliknya, jelas
bahwa terjemahan
“ounce adalah ons” dan “pound adalah pon” begitu pula
sebaliknya dari
Indonesia-Inggris. Bahkan ada beberapa kamus yang
menterjemahkan
“ounce menjadi ons, berat 100 gram.” Tetapi ada juga yang
menterjemahkan “ons,
28,3 gram”.
Nara sumber : Jumlah
: 2 orang
Profesi : Guru dan
Dosen Bahasa Inggris.
b. Beberapa guru
berpendapat bahwa kata “ons” jelas bukan asli bahasa
Indonesia, karena
bahasa Indonesia hanya mengenal 2 konsonan rangkap,
yaitu “ng” dan “ny”.
Tidak ada konsonan rangkap “ns”. Contoh : “Helm”
kalau di
Indonesiakan menjadi “helem”. Kalau “ons” tidak bisa dijadikan
“ones” tentu karena
menyangkut suatu acuan yang harus dilafalkan secara
benar, sama seperti
“gram” yang tidak boleh ditulis menjadi “geram”.
Nara sumber : Jumlah
: 2 orang
Profesi : Guru
Bahasa Indonesia.
c. Beberapa orang
lanjut usia yang cukup terpelajar membenarkan bahwa “ons
dan pound” itu
bawaan Belanda, bukan asli Indonesia, karena sudah dipakai
sebelum Indonesia
merdeka dan diajarkan juga disekolah HIS maupun HCS
(masih jaman
penjajahan).
Beberapa diantara
mereka ingat bahwa acuan konversi yang diterapkan di
Indonesia tidak sama
dengan yang diterapkan di Belanda.
Nara sumber : Jumlah
: 7 orang. Usia : 77 s/d. 87 tahun.
Pendidikan terendah
: HCS / HIS.
Pendidikan tertinggi
: Sarjana
Profesi terakhir :
Guru, Kontraktor, Dokter, Pendeta, PN.
2. Acuan
internasional yang menyatakan 1 ons = 100 gram , 1 pound = 500
gram jelas-jelas
tidak pernah ada. Bahkan Acuan nasional (kalaupun ada
dulu-dulunya) tidak
bisa / tidak boleh dipergunakan lagi semenjak
diundangkannya UU
no.2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal, yang mencabut
dan membatalkan
Ijkordonnantie 1.049 Staatsblad nomor 175.
Nara sumber : Jumlah
: 1 orang.
Profesi : tidak
dikenal.
3. Penerbit tidak
seharusnya dimintai pertanggung-jawaban karena semua
materi kurikulum
yang harus dibukukan telah mendapat persetujuan terlebih
dulu dari Dep.
Pendidikan.
Nara sumber : Jumlah
: 1 orang.
Profesi : Pengusaha.
4. Tidak perlu
memperlebar masalah / mendramatisir dengan timbangan versi
depdiknas dan
sebagainya. Yang penting bagaimana kesalahan ini bisa segera
diakhiri.
Nara Sumber : Jumlah
: 1 orang.
Profesi : tidak
dikenal.
5. Terkejut dan syok
berat tapi Setuju bahwa kita harus menghentikan
kebiasaan salah
selama ini dan membiasakan diri menggunakan Sistem
Internasional yang
berlaku. Perlu pengumuman resmi dari pemerintah dan
penyuluhan
masyarakat melalui instansi yang berwenang.
Nara sumber : Jumlah
: lebih dari 100 orang.
Profesi : Guru,
Dosen, Karyawan, Mahasiswa, Dokter.
6. Para guru tidak
bisa dipersalahkan karena mereka hanya melaksanakan apa
yang telah menjadi
kebijakan nasional pendidikan yang dikeluarkan oleh
Dep. Pendidikan.
Nara sumber : Jumlah
14 orang.
Profesi : Guru, Ibu
Rmh.Tangga,
Karyawan.
7. Di dalam Dep.
Pendidikan ada bagian yang khusus melakukan Penelitian,
Pengkajian dan
Pengembangan. Kalau ini benar-benar suatu kesalahan, ..
..(hanya
geleng-geleng kepala)
Nara sumber : Jumlah
: 1 orang
Profesi : Dosen.
8. Bukankah semua
pegawai Dir. Metrologi memiliki anak yang juga sekolah
di Indonesia ?
Mengapa diam saja ?
Nara sumber : Jumlah
: 1 orang.
Profesi : Kep.
Sekolah
9. Sejauh
pengetahuan saya, hanya Indonesia yang menerapkan konversi 1 ons
= 100 gram. Mungkin
karena itulah banyak yang menganggap ons itu khusus
Indonesia. Kita
memang dianjurkan untuk mencintai produk-produk Indonesia,
tetapi yang satu ini
jangan. Mari dihentikan bersama-sama.
Nara sumber : Jumlah
: 1 orang.
Profesi : GM Hotel
10. Bisa-bisa ini
produk akal-akalan penjajah (VOC) dulu untuk menipu
raja-raja kita. Beli
rempah-rempah di Indonesia 1 ons dapat 100 gram,
tetapi dijual di
Eropa 1 ons hanya 28 gram.
Mengapa bisa
keterusan sampai sekarang ? Harus dihentikan.
Nara sumber : jumlah
: 1 orang.
Profesi :
Instalatir.
11. Pantas saja,
anak saya selalu frustrasi kalau menghitung berat badan
petinju yang
ditayangkan di TV. Selalu tidak cocok dengan hitungannya.
Harus segera
dihentikan.
Nara sumber : Jumlah
: 1 pasutri
Profesi : Anggota
Polri & guru SD.
12. Dep. Pendidikan
harus mengeluarkan pernyataan resmi, baik kepada
sekolah maupun
masyarakat, agar diketahui secara luas.
“Bahwa pelajaran 1
ons = 100 g. adalah pengetahuan tentang timbangan yang
sifatnya NORMATIF,
yang merupakan kebiasaan beberapa daerah di Indonesia.
Karena itu, tidak
boleh dijadikan acuan ilmiah, tidak boleh dipakai dalam
transaksi legal,
tidak boleh dipakai untuk acuan konversi formal / legal,
misalnya dalam
pekerjaan, pembuatan surat-surat resmi dll.”
Nara sumber : Jumlah
: 2 orang.
Profesi : Manager
Personalia, Manager
Engineering.
# # # # #
(kritik, saran dan
komentar diatas selain saya terima dalam bentuk
surat, email, juga
pernyataan lisan dari wawancara dengan kepala sekolah,
guru, karyawan
pabrik, praktisi, dokter, teknisi, dan warga masyarakat.
Terakhir diterima
tgl. 16-04-05)
Sumber:
sdmenteng01.com
0 comments:
Post a Comment