Masyarakat Solusi : Bukan Beban dan Bukan Korban…
Monday, February 3, 2014
0
comments
Oleh
: Muhaimin Iqbal
Kelompok
masyarakat paling bawah di system ekonomi kapitalisme dunia saat ini mewakili
lebih dari separuh penduduk bumi. Saat artikel ini saya tulis penduduk bumi ini
sudah mencapai lebih dari 7.2 milyar orang, 4 milyar diantaranya berada di
Bottom of the Pyramid (BOP) – yaitu kelompok masyarakat baling bawah yang daya
belinya tidak lebih dari US$ 2 per hari. Kelompok inilah yang sering dianggap
sebagai beban oleh pemerintah-pemerintah dan institusi dunia, pada saat yang
bersamaan juga dijadikan korban. Waktunya kini untuk menyikapinya secara
berbeda.
Sikap
sebagai beban itu nampak betul misalnya ketika pemerintah lagi membahas subsidi
bahan bakar, subsidi biaya kesehatan dlsb. Benarkah mereka ini beban ? apa
bukan sebaliknya sesungguhnya mereka ini hanyalah korban atau dikorbankan ?
Ambil
contoh kasus di Indonesia, jumlah orang yang berada di BOP tersebut menurut
survey-nya McKinsey yang saya kutip tahun lalu
mencapi sekitar separuh dari penduduk negeri ini. Artinya ini berarti
sekarang sekitar 125 juta orang.
Dengan
daya beli yang US$ 2/hari; berarti nilai ekonomi yang digerakkan oleh mereka
ini setara sekitar US$ 250 juta/hari atau US$ 91.25 Milyar per tahun atau
sekitar US$ Rp 1, 095 trilyun/tahun.
Pertanyaannya
adalah apa benar pasar yang nilainya lebih dari seribu trilyun Rupiah pertahun
tersebut disubsidi atau menjadi beban ? Pastinya bukan ! malah sebaliknya pasar
BOP yang lebih dari seribu trilyun Rupiah tersebutlah yang merupakan
kontributor keuntungan yang sangat besar bagi institutsi-institusi komersial
yang selama ini menggarapnya.
Mulai
dari seluk beluk kebutuhan pangan dan kebutuhan sehari-hari lainnya – porsi
terbesar dari pembelanjaan kelompok ini, kebutuhan energi mulai dari listrik
untuk penerangan sampai bahan bakar untuk memasak, kebutuhan transportasi dan
bahkan di jaman ini juga kebutuhan telekomunikasi.
Bila
kelompok ini meningkat pendapatan dan otomatis daya belinya, maka siapa yang
diuntungkan ? ya tentu para pelaku ekonomi tersebut di atas yang selama inipun
sudah diuntungkan oleh pasar yang sangat masif ini.
Sebaliknya
segala tindakan, kebijakan publik, kebijakan harga, kebijakan pasar dlsb. yang
berdampak pada menurunkan pendapatan dan otomatis juga daya beli mereka – pada
gilirannya juga akan memukul ekonomi secara keseluruhan, dan tentu saja
menurunkan (potensi) pendapatan usaha-usaha besar yang selama ini menjadikan
mereka pasarnya.
Jadi
kini waktunya memandang separuh penduduk negeri ini yang berada di BOP tersebut
sebagai potensi pertumbuhan negeri ini, potensi solusi bagi masalah-masalah
yang ada di negeri ini – bukan beban dari siapapun, dan tidak boleh juga
dikorbankan untuk kepentingan siapapun atau apapun.
Ketika
separuh penduduk ini harus mengurangi konsumsi karena daya beli yang menurun
oleh inflasi bahan bakar dan makanan misalnya, maka ekonomi secara keseluruhan
akan tersendat. Tetapi sebaliknya, bila separuh dari penduduk ini meningkatkan
konsumsinya karena daya beli yang meningkat – maka ekonomi secara keseluruhan
juga pasti akan meningkat dengan pesat.
Maka
menjadi kepentingan semua pihak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
bawah ini. Dengan menolong mereka, insyaAllah kita semua juga akan mendapatkan
pertolongan dari Allah :
“Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS 47:7)
Aplikasi
dari ayat tersebut bisa kita rame-rame menolong Agama Allah ini dengan
mengentaskan kemiskinan – karena kemiskinan itu dekat dengan kekufuran, maka
bila kita mengentaskannya sekuat tenaga kemiskinan itu – insyaAllah berarti kita juga ikut menjauhkan sekuat
tenaga kekufuran dari umat ini.
Kemungkinan
besarnya kelompok yang miskin itu tetap ada sebagaimana juga kelompok yang
kaya, tetapi struktur yang seharusnya bisa dicapai bukan struktur pyramid
dimana yang kaya sedikit yang miskin sangat banyak. Struktur idealnya adalah
seperti pada ilustrasi di bawah. Yang
kaya dengan yang miskin berimbang, ditengahnya adalah kelompok menengah.
Transformasi
Struktur Kemakmuran Masyarakat
Bagaimana
struktur ideal ini bisa dicapai ?, salah satu caranya adalah dengan apa yang
saya sebut transformasi spiral seperti pada illustrasi dibawah.
Transformasi
Spiral Untuk Kemakmuran
Ketika
masyarakat dibuka akses pasarnya, maka mereka akan tergerak untuk berproduksi.
Ketika ada pasar dan ada produksi, maka modal-pun akan mengalir ke masyarakat
tersebut.
Itulah
sebabnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi contoh langsung
membuka pasar bagi kaum muslimin – masih di era awal dari pemerintahan Islam di
Madinah, karena pasar inilah lokomotif dari produksi dan modal – yang berarti
juga lokomotif bagi kemakmuran.
Setelah
pasar dan produksi meningkat aktifitasnya, otomatis pendapatan masyarakat juga
meningkat, daya beli meningkat – meningkatkan pendapatan pula bagi kelompok di
atasnya.
Ketika
kelompok menengah meningkat jumlahnya, meningkat pula kemampuan orang untuk
berinvestasi menggerakkan sektor-sektor pasar dan produksi lainnya. Lebih
banyak lagi kelompok masyarakat yang bisa mengejar aspirasi-aspirasinya untuk
lebih maju di segala bidang.
Hasil
berikutnya adalah kelompok yang paling atas
akan terus bertambah dari keberhasilan kelompok menengah yang mengejar
aspirasi dan cita-citanya. Kelompok inilah yang bersama dua pendukung
dibawahnya akhirnya akan membentuk masyarakat solusi, masyarakat yang mampu
mengatasi perbagai permasalahannya sendiri dan mampu mengaktualisasikan dirinya
dalam mengelola dan memakmurkan bumi ini.
Kapan
ini akan terjadi ? sebelum kiamat akan terjadi dengan atau tanpa keterlibatan
kita. Tetapi kita bisa berusaha dan bermohon kepadaNya agar Dia - Allah
menjadikan kita tentara-tentaraNya yang memakmurkan bumi ini dan bukan
sebaliknya malah memiskinkan bumi dengan berbagai kebijakan yang menyulitkan
ekonomi masyarakat bawah.
Masa
kemakmuran yang meningkat dan kemiskinan yang menurun drastis bukan hanya
utopia, tetapi kabar nubuwah yang sahih. Tinggal pilihannya ada di kita, yaitu
kitakah para pelaku yang akan mengawali arahNya ? InsyaAllah.
“Tidak
akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah
ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya
tetapi dia tidak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu.
Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang
rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).
*)
Penulis adalah pemilik geraidinar.com
Alumni
SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Sumber:
geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment