Menghindari Fitnah Pangan dan Air
Wednesday, February 12, 2014
0
comments
Oleh:
Muhaimin Iqbal
Sejak
Allah menciptakan Anak cucu Adam tidak ada fitnah (cobaan) yang lebih dahsyat
dari fitnah Dajjal, sehingga tidak ada satu nabi-pun yang diutus Allah
melainkan telah mengingatkan umatnya atas fitnah yang satu ini. Bahkan secara lebih
detil, berbagai bentuk fitnah Dajjal itupun sudah sampai ke kita kabarnya
melalui hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam agar kita bisa
mewaspadainya. Di antara fitnahnya itu adalah yang menyangkut kebutuhan pokok
kita sehari-hari yaitu khususnya fitnah pangan dan air.
Tiga
tahun sebelum kemunculan Dajjal, bumi mengalamai kelaparan yang sangat. Pada
tahun pertama, Allah memerintahkan langit untuk menahan 1/3 airnya (agar tidak
turun) dan memerintahkan bumi untuk menahan 1/3 hasilnya. Pada tahun kedua,
Allah memerintahkan langit untuk menahan 2/3 airnya dan memerintahkan bumi
untuk menahan 2/3 hasilnya. Pada tahun ketiga, Allah memerintahkan langit untuk
menahan seluruh airnya sehingga tidak turun setetes air hujan-pun dan
memerintahkan bumi untuk menahan produksinya sehingga tidak ada satu
tanaman-pun yang tumbuh.
Dalam
puncak kelaparan dan kehausan inilah Dajjal datang untuk mengguncang iman
siapapun. Situasi ini tergambar melalui penuturan Mughirah bin Syu’bah dia
berkata: “Tidak ada orang yang lebih banyak bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam tentang Dajjal daripadaku, dan beliau bersabda
kepadaku: “Hai anakku! Engkau tidak usah terlalu risau memikirkannya. Dia tidak
akan mencelakakanmu!“ Kataku: “Orang-orang menganggap bahwa Dajjal itu
mempunyai sungai mengalir dan bukit roti”. Beliau bersabda : “Itu sangat mudah
bagi Allah Ta’ala untuk menciptakannya.” (Shahih Muslim no 4005 dan Shahih Bukhari no 6589 dengan teks
yang sedikit berbeda).
Situasi
ekstrim ini untuk menggambarkan betapa mudahnya saat itu orang terkena fitnah
Dajjal ini. Di puncak kelaparan ada yang bisa memberi makan dan minum dari
bukit roti dan sungai yang dimilikinya.
Tetapi
mengapa sebelum kemunculan Dajjal tersebut Allah menciptakan kekeringan yang
sangat ? Jawabannya ada di ayat berikut:
وَأَرْسَلْنَا
السَّمَاء عَلَيْهِم مِّدْرَاراً وَجَعَلْنَا الأَنْهَارَ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمْ
“…dan
Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai
mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka
sendiri…” (QS al-an’am [6]:6).
Jadi
turun tidaknya hujan, itu terkait langsung dengan dosa-dosa kita sendiri.
Hal
senada juga dijelaskan melalui ayat lain yaitu:
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً
يُرْسِلِ
السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً
وَيُمْدِدْكُمْ
بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً
“Maka
aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” (QS: Nuh [71]: 10-12)
Dari
hadits dan ayat-ayat tersebut kini tergambar jelas hubungannya antara urusan
ketersediaan kebutuhan pokok kita yaitu pangan dan air, dengan keimanan dan
dosa-dosa kita. Makanan dan air bisa menghilang dari permukaan bumi karena
dosa-dosa kita.
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم
بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Rum [30]:
41)
Ketika
Allah mengerem ketersediaan pangan dan air, makanan dan minuman yang tersisa
adalah fitnah atau cobaan dari Dajjal yang menguasai gudang (bukit) makanan dan
stok air (sungai).
Bagaimana
relevansinya dengan kondisi yang kita hadapi saat ini?
Dajjal
yang sesungguhnya memang belum muncul karena hari-hari inipun masih turun
hujan. Tetapi ‘Dajjal-Dajjal’ kecil atau ‘pasukan’ Dajjal bisa jadi sudah
bergerak mem-‘prakondisikan’ dunia untuk kemunculan Dajjal besar.
Persiapan
atau prakondisi tersebut misalnya bisa kita lihat dari konsentrasi penguasaan
sumber makanan – dalam bentuk patent benih/bibit oleh segelintir konglomerasi
dunia. Demikian pula sumber-sumber air minum yang kini diburu oleh ‘pasukan
Dajjal’ – berupa perusahaan-perusahaan global yang menguasai air dunia – untuk
dikuasai dan disedot sampai habis!
Setelah
sumber-sumber pangan dan air dikuasai mereka, kita tidak lagi kini mengetahui
dengan persis apa isi yang kita makan dan kita minum – itulah fitnahnya saat
ini. Wajar bila saja berbagai penyakit degenerative yang dahulu tidak (banyak)
ada, kini menjadi mewabah – lha wong makan minumnya yang menguasai ‘Dajjal’!
Lantas
apa yang bisa kita lakukan untuk melawan ‘Dajjal-Dajjal’ kecil yang kini mulai
menguasai dunia dengan penguasaan makanan (perdagangan kebutuhan pokok) dan air
(sumber kehidupan) ini?
Jawabannya
satu yaitu kembali mengikuti segala petunjukNya langsung melalui Al-Qur’an
maupun melalui sunnah-sunnah nabiNya.
Membaca
surat Al-Kahfi dari Jum’at ke Jum’at akan membuat kita diterangi cahaya
sepanjang pekan. Kalau tidak sempat membaca seluruh surat, 10 ayat pertama-pun
sudah akan melindungi kita dari fitnah Dajjal sebagaimana disebutkan dalam
hadits:
“Barangsiapa
menghafal sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah
Ad-Dajjal.” (HR. Muslim).
Ada
apa di sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi ? Bagaimana bisa menjadi jalan untuk
perlindungan kita dari ‘Dajjal-Dajjal’ kecil jaman ini?
Ayat-ayat
awal surat Al-Kahfi berisi berita tentang adanya petunjuk yang lurus, balasan
untuk yang beriman dan beramal shaleh, peringatan bagi yang mensekutukan Allah
– yang menggap Allah punya anak, dan berita tentang gua perlindungan tempat
menyempurnakan petunjuk dan menyerahkan segala urusan kepadaNya.
Maka
kurang lebih ini pulalah solusi kita untuk saat ini dalam melawan
“Dajjal-Dajjal” kecil jaman ini. Kita kembali pada petunjuk yang telah sampai
ke kita, petunjukNya untuk seluruh urusan kehidupan kita dari yang kecil maupun
yang besar – pastinya juga petunjuk untuk menyelesaikan urusan pangan dan air
yang menjadi kebutuhan pokok manusia di jaman ini.
Solusi
ini juga menuntut kita untuk beramal shaleh yang nyata, bekerja keras untuk
diri kita dan keluarga kita, untuk umat ini secara keseluruhan agar bisa
mandiri mencukupi kebutuhan pokok makan minumnya sendiri. Mandiri dalam ‘gua’
swasembada pangan dan air sehingga kita tahu persis apa yang kita makan dan
yang kita minum, sampai tidak ada fitnah dalam makanan dan minuman kita.
Pasti
bukan kebetulan kalau Allah memilih Nabi Isa ‘Alaihi Salam sebagai orang yang
akan bisa mengalahkan Dajjal, untuk ini di dalam rangkain surat Al-Kahfi
tersebut juga tersirat agar kita mengimani Isa putra Maryam ini sebagai nabi –
bukan Anak Allah.
Isa
adalah nabi yang pernah dikabulkan do’anya untuk diturunkanNya langsung
hidangan dari langit untuk memenuhi permintaan kaumnya (QS 5 : 112-114). Bisa
jadi tugas spesifik melawan fitnah Dajjal ini memang melekat pada diri Isa,
termasuk fitnah di bidang makanan dan minuman ini.
Maka
inipula yang dikabarkan dalam suatu hadits tentang kondisi pasca terbunuhnya
Dajjal oleh Isa ‘Alaihi Salam. Hujan lebat akan membersihkan bumi sampai
seperti cermin, bumi akan kembali menghadirkan buah-buahan dan keberkahannya,
satu buah delima akan cukup dimakan oleh sejumlah orang, satu sapi perah akan
menghasilkan susu yang cukup untuk suguhan sekelompok orang yang berpesta, satu
unta akan menghasilkan susu yang cukup untuk satu suku, satu kambing akan
menghasilkan susu yang cukup untuk satu keluarga!
Ayat-ayat
dan hadits-hadits tersebut di atas jelas memberi pelajaran ke kita bagaimana
menghadapi fitnah Dajjal itu. Maka ‘Dajjal-Dajjal’ kecil yang kini berusaha
mengusai dunia melalui penguasaan kebutuhan pokoknya yaitu pangan dan air, juga
harus dilawan dengan cara yang sama.
Dengan
petunjukNya, kita harus bisa menghadirkan ‘solusi dari langit’ itu. Solusi dari
langit untuk jaman ini ya yang kini sudah ada di depan mata kita untuk
dielaborasi – yaitu petunjuk-petunjukNya dalam al-Qur’an yang diperjelas dengan
sunnah-sunnah nabiNya.
Karena
ternyata dalam urusan makan dan minum-pun kita bisa terjebak dalam fitnah
Dajjal – baik yang kecil maupun yang besar, maka seluruh aspek kebutuhan makan
dan minum kita harus merujuk pada dua petunjuk baku tersebut di atas.
Maka
setelah mengembangkan teknik berkebun dengan petunjuk al-Qur’an, langkah
berikutnya yang kami sedang kembangkan dengan team multi-discipline kami adalah
membumikan urusan makan dan minum ini atau yang kita sebut kuliner yang sesuai
dengan al-Qur’an dan Sunnah.
Saat
ini yang sudah ada adalah ahli tafsir al-Qur’annya, ada ahli makanan/obat, ada
tempat untuk mulai merealisasikannya, ada hampir seratusan menu dari luar
negeri yang ditulis oleh saudara-saudara kita chef muslim berdasarkan petunjuk
al-Qur’an dan hadits, dan kita telah hampir lengkap dengan segala resources
untuk bener-bener membumikan kuliner al-Qur’an dan Sunnah ini.
Hanya
satu yang belum ada dan siapa tahu itu adalah Anda, yaitu chef lokal yang
sangat menguasai cita rasa kuliner lokal kita yang hidup di negeri tropis ini.
Kuliner al-Qur’an tidak harus identik dengan makanan Arab, bisa saja ini nanti
menyangkut masakan lokal kita – yang sangat enak di lidah kita – tetapi
resepnya ditulis mengikuti petunjuk al-Qur’an dan Sunnah.
Bahkan
bukan hanya terbatas pada cita rasanya, tetapi termasuk ukuran porsinya, urutan
penyajiannya dan jam-jam pelayanan masing-masing menu-pun semua ada aturannya
di al-Qur’an ataupun hadits.
Bila
Anda chef atau calon chef yang memiliki passion untuk belajar membangun konsep
kuliner yang mengkiuti petunjuk ini, silahkan menghubungi kami di nemu kontak
ini. Agar secara bersama-sama kita bisa melawan fitnah ‘Dajjal-Dajjal’ kecil
yang kini sudah terlalu jauh menguasai menu makanan dan minuman kita.
InsyaAllah.*
*) Penulis
adalah Direktur Gerai Dinar
Sumber:
hidayatullah.com
0 comments:
Post a Comment