Jenderal Sudirman: Kisah Seorang Perokok Berat
Wednesday, November 28, 2012
0
comments
Soedirman adalah seorang
perokok kelas berat. Ia merokok sejak remaja. Rokok kreteknya tak bermerek,
tingwe alias nglinthing deweartinya meramu sendiri. Sepulang bergerilya,
kondisi kesehatan Soedirman memburuk. Ia masuk Rumah Sakit Panti Rapih,
Yogyakarta.Mohamad Teguh Bambang Tjahjadi, 63 tahun, putra bungsu Soedirman,
ingat cerita ibunya, Siti Alfiah, bagaimana saat sakit bapaknya tetap ingin
merokok.”Bapak dipaksa berhenti merokok oleh dokter. Karena perokok berat,
Bapak tak bisa benar-benar meninggalkan rokok. Bapak meminta Ibu merokok dan
meniupkan asap ke mukanya.”
Menurut Teguh, belakangan
ibunya menjadi perokok. “Barangkali terdengar konyol, tapi Ibu berprinsip
menaati perintah Bapak,” katanya.
Pada Ahad pagi, 29 Januari
1950, setelah lama terkulai lemas sejak Oktober di rumah peristirahatan tentara
di Magelang, mendadak wajah Soedirman tampak cerah. Pagi itu, Ahmad Yani, Gatot
Soebroto, serta beberapa petinggi militer dan sipil hadir. Tidak diketahui apa
yang dibicarakan.
“Waktu itu, menurut Ibu,
tiba-tiba terdengar suara kaleng dan botol pecah mendadak. Bersamaan dengan
itu, bendera di halaman melorot setengah tiang. Sampai Ibu bilang ke beberapa
pengawal, ’Ah, itu hanya angin’.”
Setelah
salat magrib, sebagaimana didengar dari Alfiah, Soedirman memanggil istrinya ke
kamar. Di dalam, dia berkata, “Bu, aku sudah tidak kuat. Titip anak-anak.
Tolong aku dibimbing tahlil.” Alfiah menuntunnya mengucap Laa Ilaha Illallah,
dan Soedirman mengembuskan napas terakhir.
sumber: majalah tempo
0 comments:
Post a Comment