MANHAJ DAKWAH MUHAMMADIYAH
Monday, November 26, 2012
0
comments
(Kembali kepada Al Qur’an
dan Sunnah)
Dakwah Kyai Ahmad Dahlan
Rahimahullah
Satu abad sudah, Harakah
Islamiyah Muhammadiyah berdiri tegak diatas bumi Indonesia kita tercinta ini.
Salah satu agenda Dakwah Muhammadiyah yang diusung oleh Syaikh Ahmad Dahlan
Rahimahullah adalah dakwah ar ruju’ illa Qur’an wa Sunnah. Beliau rahimahullahu
ta’ala adalah salah satu tokoh Islam di Indonesia yang mengibarkan bendera
dakwah Salafiyah Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Dalam sejarah dakwah Islam
di Indonesia, KH. Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh penting dari gerakan
salafiyah, yakni gerakan pemurnian Islam seperti dirintis oleh Imam Ahmad ibn
Hanbal, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Muhammad ibn Abdul Wahhab,
Muhammad Rasyid Ridha dan seterusnya. Di Indonesia sendiri dakwah salafiyyah
dipelopori oleh tokoh yang dikenal dengan pemimpin kaum Paderi, yakni Imam
Bonjol, yang selanjutnya diteruskan oleh gerakan Sumatera Tawalib. Itulah
sebabnya, ketika Dakwah Muhammadiyah merambah ke Sumatera Barat, sambutannya
begitu dahsyat, dan banyak tokoh Tawalib yang bergabung dengan Muhammadiyah,
dan Muhammadiyah Sumatera Barat menjadi daerah kantong Muhammadiyah dengan
kualitas dan kuantitas anggota yang sangat spektakuler, bahkan melebihi
Yogyakarta tempat kelahirannya.
”Ideologi Salafiyah” yang
menjadi manhaj KH. Ahmad Dahlan memang benar-benar merujuk kepada para ulama
yang dikenal memiliki kommitmen terhadap manhaj salaf. Beliau membaca buku-buku
Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim, seperti kitab ”al-Tawassul wal Wasilah, Madarij
al-Salikin, Al-Aqidah al-Wasitiyyah, juga membaca Kitab Tauhid Ibnu Wahhab, serta
buku-buku Rasyid Ridha. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan bahwa Ahmad Dahlan
sempat berjumpa dengan Syaikh Rasyid Ridha tersebut di Mekkah saat beliau
bermukim di sana.
Kalau kita baca buku
”Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Quran” yang
dihimpun oleh KHR. Hajid, sangat terasa sentuhan manhaj salaf, yang sangat
tegas dan dalam memurnikan aqidah, ibadah dan penguatan akan tazkiyatun nafs,
sebagaimana banyak diajarkan oleh ulama-ulama salaf.
Untuk itu, sangat tidak
berlebihan, kalau warga Muhammadiyah kembali mengkaji falsafah dan ajaran KH
Ahmad Dahlan, yang benar-benar menanamkan jiwa berjuang yang tinggi untuk
menegakkan syari’at agama Islam secara kaffah dan murni. Bersih dari takhayyul,
bid’ah, churafat (TBC) dan kemusyrikan, baik syirik asghar maupun syirik akbar.
Sangat aneh apabila ada
Pimpinan atau anggota Muhammadiyah yang ingin menghidupkan amalan bid’ah dan
khurafat, seperti Yasinan, Maulid Nabi, Istighosah Bighoirillah, Tahlilan untuk
orang mati pada hari ke 3, 7, 40, 100, Tabarruk kepada orang-orang mati dan
seterusnya. Juga getol menghidupkan ruwatan, dan sejenisnya, yang semuanya itu
dilakukan dengan mengatasnamakan dakwah kultural. Sementara banyak kita jumpai,
para santri dan beberapa kyai yang selama ini getol menghidupkan TBC, dan
menggunakannya sebagai media dakwah, justru telah menyadari kekeliruannya,
kemudian diteruskan dengan menulis buku-buku yang menguraikan kebid’ahan dan
penyimpangan ritual-ritual seperti tahlilan, manakiban, yasinan dan istighasahan
dan seterusnya.
Kita bersyukur atas
kembalinya para kyai dan santri kepada dakwah salafiyah, dakwah pemurnian
aqidah, ibadah dan akhlak, dengan pengendalian muamalah agar sesuai dengan
prinsip muamalah Islam dengan mengikuti perkembangan jaman. Kita berharap
mereka bisa gayung bersambut membantu Muhammadiyah dalam menguatkan dan
menyebarkan dakwah salafiyah, dakwah yang bijak dan santun kepada setiap mad’u.
Dakwah yang membimbing umat kepada jalan yang benar sesuai pesan-pesan al-Quran
dan al-Sunnah, sejalan dengan manhaj salafush shalih.
Kewajiban untuk menuntut
‘Ilmu Syar’i bagi setiap warga Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai ormas
islam keagamaan diakui secara nyata tidak banyak memiliki pondok pesantren
sebanyak pendidikan formal non pesantren yang dimiliki. Sehingga akhir-akhir
ini di Muhammadiyah terasa kekurangan tenaga da’i atau dan mubaligh pesantren
untuk kepentingan dakwah di persyarikatan. Di Muhammadiyah sekarang yang banyak
adalah da’i atau mubaligh kampus bukan da’i atau mubaligh pesantren hal ini
dikatakan oleh KH.MS. Ibnu Juraimi Rahimahullah.
Selaras dengan hal itu apa
yang diungkapkan KH. Ahmad Azhar Basyir kepada Bpk. Zaini Munir Fadhali (saat
itu ketua Majelis Tarjih PWM DIY) bahwa kalau Muhammadiyah tidak mengembangkan
basis pendidikan keagamaan seperti pesantren, maka 20 tahun kedepan
Muhammadiyah tidak layak lagi menyandang titel ormas keagamaan. Bahkan
Muhammadiyah tidak ada bedanya dengan organisasi umum seperti KOSGORO, KNPI
dll.
Warga Muhammadiyah juga
wajib mengapresiasi putusan-putusan para ulamanya yang terhimpun dalam Majelis
Tarjih dan Tajdid, terutama HPT (Himpunan Putusan Tarjih), tetapi tetap harus
membuka wawasan bahwa diluar HPT, masih banyak yang harus dikaji dan diamalkan.
Artinya warga Muhammadiyah tidak boleh berhenti belajar dengan menganggap HPT
adalah segala-galanya. Insya Allah dengan beginilah kita meneguhkan identitas
dan ideologi persyarikatan. Istilahnya Pak Amien Rais, kader dan anggota
Muhammadiyah haruslah memiliki komitmen dan wawasan dalam bermuhammadiyah. KH.
Ahmad Dahlan pun pernah aktif dalam Sarekat Islam dan Budi Utomo, juga bergaul
akrab dengan tokoh Al-Irsyad, seperti Ahmad Syurkati. Beliau belajar kepada
para ulama yang bermanhaj Salaf, seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim lewat
kitab-kitabnya, juga Muhammad bin Abdul Wahhab, Rahmatullah al-Hind, dan Rasyid
Ridha. Dan kita sebagai warga Muhammadiyah dan khususnya para Pimpinannya harus
terus mempelajari kitab-kitab Ulama’ yang dahulu juga dikaji dan dipelajari oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah
generasi awal, bukan malah meninggalkannya dengan menganggap sudah kuno, lapuk
dan tidak sesuai dengan zamannya lagi.
Dari sini dapat dimengerti
bahwa teguhnya ideologi Muhammadiyah tidak dengan menutup diri dan fanatik buta
(terhadap tokoh-tokohnya dan siapa saja), Tetapi justru harus membuka diri
untuk menerima kebenaran dari siapa pun selama sejalan dengan Al-Quran dan
Al-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.
Semoga Allah Ta’ala
senantiasa menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh
oleh orang-orang yang diberikan ni’mat, bukan jalannya orang-orang yang
dimurkai dan orang-orang tersesat. Nasrun minallah wa fathun qarib.
Maraji’
:
Manhaj Dakwah Muhammadiyah,
DR.Syamsul Hidayat, M.A., Wakil Ketua MTDK Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan
Dosen UMS.
Ahlusunnah wal Jama’ah,
Bid’ah dan Khurofat, Djarnawi Hadikusumo (Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tempo
Doeloe, Anaknye Ki Bagus HK yang ga’ mau nyembah Matahari Pas lagi Jaman Jepun,
mungkin karena bliau memiliki kemurnian Aqidah Ahlusunnah+Baca Kitab Tauhid).
Muqodimah Profil Ponpes
Muhammadiyah Al Manar Kulonprogo.
Buletin At Tashfiyah Edisi
Perdana (7 Juli 2010)
Ma’had Ki Bagus Hadikusumo
Sekolah Kader Muhammadiyah
Abu Umar Al Jawi
sumber: aslibumiayu.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment