Merapuh Tanpa Ruh
Monday, November 12, 2012
5
comments
Jika dulu KH. Ahmad Dahlan
berpesan jangan mencari hidup di
Muhammadiyah, itu karena memang KH. Ahmad Dahlan adalah seorang saudagar yang
tidak menjadikan Muhammadiyah sebagai lapangan kerja melainkan sarana dalam
berdakwah. Sekarang seiring keberhasilan Muhammadiyah mendirikan Amal Usaha
Muhammadiyah (AUM) yang awalnya didirikan dengan usaha para kader dengan
urunan/patungan dan kebanyakan menempati tanah wakaf, telah berubah menjadi
banyak AUM dalam berbagai bidang, dari Sekolah, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit,
Klinik, Percetakan, Toko dan lainnya.
Ketika AUM semakin maju dan
berkembang, sebagian justru menjadi lahan rebutan bagi para kader (karbitan),
yang tak paham tujuan Muhammadiyah. Berbagai cara pun ditempuh agar bisa
bekerja di AUM, mulai dari mencari Kartu Anggota Muhammadiyah dadakan,
mengandalkan surat rekomendasi hingga praktik KKN, memasukan sanak saudaranya
di AUM. Mereka yang punya posisi empuk pun enggan untuk bergeser dan menjadi
status quo. AUM kemudian memposisikan dirinya sebagai unit yang lepas dari
induknya. Tidak tunduk lagi kepada persyarikatan. Bahkan para pengelolanya
sering menganggap pengurus struktural Muhammadiyah di wilayahnya sebagai
‘pengganggu’.
Di balik itu, ketidak-adilan
jamak kita dapatkan di AUM, selama beberapa tahun menjadi guru honorer di
Muhammadiyah saya sering menyaksikannya sendiri. Bagaimana satu sekolah mampu
menggaji gurunya setara dengan PNS sementara sekolah lain jauh dari kata layak.
Padahal jika dipikir yang dididik sama-sama kader persyarikatan, juga generasi
bangsa. Muhammadiyah tampaknya perlu mencontoh yayasan agama sebelah dalam
mengelola sekolahan, yang segala jenis penggajiannya terpusat, sehingga lebih tertata
dan adil.
Dalam bidang AUM lainnya pun
tampaknya sama. AUM berjalan sendiri-sendiri bahkan Muhammadiyah kadang tidak
diperkenankan terlibat dalam manajemen. KKN yang terjadi di AUM, menjadikan
kader yang bagus justru kalah bersaing dengan kader karbitan yang bermodal
Kartu Muhammadiyah atau surat rekomendasi. Kemudian kader yang aktif di
ranting, cabang atau daerah justru menganggur dan tidak bisa bekerja di AUM.
Jika dibiarkan kondisi
semacam ini akan kian merapuhkan Muhammadiyah. Muhammadiyah hanya akan dikenal
dengan kemegahan AUM nya tetapi kering dari nilai dakwah dan sosial yang
melatarbelakangi gerak persyarikatan ini. Muhammadiyah hanya akan menjadi
sebentuk rutinitas dari rapat ke rapat dan show of force yang tidak membumi.
Kita rindu sosok Hamka yang menolak mobil dinasnya. Kita rindu Pak AR dengan
Yamaha bututnya dengan menolak pemberian hadiah mobil dari perusahaan mobil
ternama. Kita rindu dengan sosok yang ikhlas berjuang di Muhammadiyah tanpa tendensi
untuk menguasai AUM.
Kita berharap, agar mereka
yang mencari hidup di Muhammadiyah dengan melalaikan tujuan awal Muhammadiyah
segera tersadar dan berbenah diri. Termasuk penulis. [eko]
5 comments:
Ternyata....apa yang saya rasakan sama seperti apa yang Mas Eko Rasakan. Orang-orang ranting dan Cabang sebagai ujung tombak dakwah Muhammadiyah hampir-hampir tak ada perhatian. Bahkan untuk kegiatanpun selalu berinfaq tanpa ada sokongan dana dari pusat. Malah-malah Ranting dan Cabanglah yang terkadang menyokong dana untuk kegiatan di level di atasnya. Salut buat Mas Eko.
Yup, begitulah mas, secara pribadi saya pernah bertanya langsung ke bagian Tata Usaha PP Muhammadiyah, bagaimana caranya mengajukan proposal untuk pendanaan kegiatan. Jawabnya sungguh di luar dugaan, katanya PP pun tak punya anggaran untuk itu. Bagi saya tentu saja ini sulit dinalar, PP Muhammadiyah dengan berbagai AUM-nya ternyata tak punya dana untuk membantu kegiatan di Cabang-Ranting. Lalu kemana uang dari AUM?
Meskipun demikian, mari kita bersama terus merawat Muhammadiyah Mas, dengan kemandirian dan kemampuan Cabang-Ranting, kita ambil nilai-nilai luhur Muhammadiyah yang telah diteladankan soso-sosok semisal KH. Ahmad Dahlan, KH. AR Fachrudin, HAMKA, atau Jenderal Sudirman. Minta tolong tulisan ini bisa dishare-kan Mas. Semoga bermanfaat.
Pak, mohon dicantumkan gadget untuk memfollow blog ini. InsyaAlloh akan saya bantu menyebarkan tulisan-tulisannya. :)
Salam kenal untuk Mas Asto. Terima kasih, atas perhatiannya Mas Asto, insyaAllah akan saya tambahkan. Terima kasih atas kesediaannya untuk membantu menyebarluaskan tulisan di blog ini, semoga menjadi amal baik dan bermanfaat.
Post a Comment