Muktamar Muhammadiyah dan Gerakan Kristenisasi
Friday, November 23, 2012
0
comments
Momen usia satu abad dan Muktamar ke-46 di
Yogyakarta, 3-8 Juli 2010, warga persyarikatan jangan melupakan sejarah, bahwa
misi didirikannya Muhammadiyah adalah dalam rangka membendung gerakan
Kristenisasi.
Dalam disertasi di Temple University (1995)
berjudul The Muhammadiyah Movement and Its Controversy with Christian Mission
in Indonesia, Alwi Shihab mengungkapkan, misi awal pendirian Muhammadiyah oleh
KH Ahmad Dahlan adalah dalam rangka membendung arus gencar Kristenisasi yang
ditopang oleh kebijakan kolonial pemerintah Belanda. Tiga tahun kemudian
desertasi ini diterbitkan oleh penerbit Mizan Bandung dengan judul buku
Membendung Arus: Respons Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di
Indonesia.
Fakta-fakta kegigihan Muhammadiyah di era KH
Ahmad Dahlan dalam berdakwah kepada para tokoh Kristen dan Katolik diabadikan
dalam buku Muhammadiyah Setengah Abad: Makin Lama Makin Tjinta (1912-1962).
Pada halaman 145-151 buku dokumenter ini diceritakan aktivitas KH Ahmad Dahlan
kepada para pastor, antara lain: van Lith, van Driesse, Domine Bakker, dan Dr
Laberton.
Pertemuan dengan van Lith hanya berlangsung
sekali, karena tak lama setelah dialog, van Lith meninggal. Dialog dengan van
Driesse dilakukan di rumah M Joyo Sumarto (mertua M.M. Joyodiguno). Pertemuan
ini pun hanya berlangsung sekali, karena sikap Driesse sangat kasar sehingga
tidak bisa diajak berdialog mengenai soal-soal agama maupun ketuhanan.
Pertemuan dengan Domine Bakker diadakan di
Jetis beberapa kali. Karena pembicaraan Domine berbelit-belit dan tidak mau
mengakui kekalahannya, akhirnya Dahlan mengajukan tantangan: “Marilah kita
sama-sama keluar dari agama, kemudian mencari, menyelidiki, agama mana yang
benar. Kalau ternyata kemudian agama Protestanlah yang benar, saya bersedia
masuk agama Protestan. Akan tetapi sebaliknya, apabila Islam yang benar, Domine
pun harus mau pula masuk agama Islam.”
Tapi Domine tidak cukup nyali untuk menerima
tantangan Dahlan. Dalam beberapa kali dialog ini, Domine ditemani oleh dua
orang pengikut dari Klaten. Atas hidayah Ilahi, dua orang pengikut Domine
akhirnya masuk Islam setelah mendengar dakwah Ahmad Dahlan.
Pastor lainnya yang ditantang dialog ilmiah
oleh KH Ahmad Dahlan adalah Samuel Zwemmer yang isi khotbahnya banyak menghina
agama Islam.
Pasca Ahmad Dahlan, Muhammadiyah masih
mengamalkan prinsip asyidda`u ‘alal kuffar. KH AR Fachruddin, Ketua
Muhammadiyah terlama (1968-1990) menegaskan prinsip kemandirian beramal usaha
dan ikhlasnya berjuang. Semasa hidupnya, tokoh karismatik yang akrab dipanggil
Pak AR ini memberikan wasiat kepada kader persyarikatan agar berpantang
terhadap dana-dana yang tidak berkah. Di antara dana yang dilarang adalah dana
judi, dana dari negara asing, Kristen dan komunis. Pak AR berpesan:
“Janganlah Cabang Muhammadiyah mendirikan
bangunan-bangunan hanya mengharapkan bantuan Pemerintah. Lebih-lebih lagi
mengharapkan bantuan uang keuntungan lotre dari Yayasan Dana Bantuan. Dan lebih
tidak pantas lagi kalau mengharapkan bantuan dari negeri asing, dari
negara-negara Kristen, dari negara-negara komunis. Uang-uang yang demikian
tidak akan memberi berkah, malah akan membawa tidak baik. Dari itu
gembirakanlah anggota-anggota Muhammadiyah agar suka beramal, suka berderma,
suka beramal jariyah suka berwakaf. Insya Allah Cabang di tempat Saudara akan
diberi berkah langsung oleh Allah SWT” (Mengenal dan Menjadi Muhammadiyah, UMM
Press, Malang, hlm. 141).
Sayangnya, prinsip istiqamah dan kemandirian
agar tidak meminta-minta dana kepada pihak asing dan non Muslim itu kerap
dilanggar oleh para oknum persyarikatan. Beberapa ortom Muhammadiyah pernah
menjadi saudara sepersusuan dengan kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL),
mendapat kucuran dana dari The Asia Foundation, antara lain: Pusat Studi Agama
dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(LP3-UMY), Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Aceh, Pemuda Muhammadiyah (PM) Aceh, dll.
Mereka mengabaikan wasiat KH AR Fachruddin,
“Bantuan dari negeri asing, dari negara-negara Kristen, dari negara-negara
komunis itu tidak akan memberi berkah, malah akan membawa tidak baik.
Oknum Warga Muhammadiyah dalam Kristenisasi
Berbeda dengan keteladanan KH Ahmad Dahlan
dalam menyampaikan kebenaran Islam kepada umat Kristen, sepeninggal beliau, tak
sedikit tokoh Muhammadiyah yang justru meragukan fakta dan data gerakan
Kristenisasi, inilah beberapa contohnya:
Prof Dr HM Din Syamsuddin
Ketua Umum PP Muhammadiyah ini sangat mesra
dengan umat Kristen. Setiap tahun Din mengucapkan Selamat Natal kepada umat
kristiani. “Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman
Kristiani,” katanya di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan
Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya, Senin (10/10/2005).
Din bahkan bersedia memberikan semua
fasilitas Muhammadiyah untuk kebaktian Natal. “Kecuali Masjid, semua fasilitas
milik PP Muhammadiyah bisa dipinjam dan digunakan untuk keperluan hari Natal
oleh kaum Nasrani. Ini perintah dan instruksi ketua umum PP Muhammadiyah kepada
seluruh pengurus Muhammadiyah di daerah,” kata Din Syamsudin di dalam pertemuan
dengan tokoh lintas agama di gedung PP Muhammadiyah Jakarta, Rabu (21/12/2005).
Dawam Rahardjo, mantan Anggota PP
Muhammadiyah
Mantan anggota PP Muhammadiyah ini mendukung
buku pendeta yang menghujat Al-Qur’an. Dalam buku Tempat dan Peran Yesus di
Hari Kiamat Menurut Ajaran Islam, Pendeta Weinata Sairin MTh menuduh ayat-ayat
Al-Qur‘an itu sangat kontradiktif: “Pernyataan-pernyataan Al-Qur‘an tentang
kematian Yesus sangat kontradiktif sekali. Di satu pihak dinyatakan bahwa Yesus
tidak mati di salib, tetapi diangkat ke hadirat Allah, sementara yang disalib
adalah orang yang serupa dengan dia” (hlm. 45-46).
Tuduhan keji terhadap Al-Qur’an ini diaminkan
oleh Dawam Rahardjo dengan selangit pujian dalam pada Kata Pengantar: “Buku
kecil karya Weinata Sairin yang berjudul ‘Tempat dan Peran Yesus di Hari Kiamat
Menurut Ajaran Islam’ ini sangat menarik untuk dibaca” (hal 9). “Buku ini cukup
mewakili pandangan Islam” (hal. 13). “Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
apa yang ditulis oleh Wienata Sairin cukup fair bagi orang Islam. Memang
begitulah persepsi tentang Yesus dalam eskatologi Islam, sebagaimana yang
ditulis dalam buku ini” (hal. 15).
Piet Haidir Hasbullah
Piet Haidir Hasbullah adalah aktivis Jaringan
Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) dan mantan Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) periode 2001-2003. Profil dan pengalaman rohaninya
diberitakan Majalah Syir’ah edisi nomor 27 tahun IV dengan headline “Pindah
Agama Karena Hidayah.” Pengalaman rohani Piet dibeberkan dalam judul “Sempat
Menjadi Ateis setelah Memeluk Tiga Agama” (hlm. 34-35). Disebutkan pengalaman
rohani Piet yang sarat dengan pengalaman pindah-pindah agama dari Islam,
kemudian memeluk agama Katolik, Budha, lalu pindah lagi ke Islam.
Menjelaskan kenapa berulangkali murtad, Piet
berdalih: “Saya mencari agama yang pro-kaum tertindas.” Ketika menjelaskan
kenapa pindah ke Katolik, Piet berdalih, “Aku berpaling ke Katolik secara
diam-diam tanpa mendeklarasikannya secara formal,” katanya. Ia mengaku keluar
dari Islam karena muak melihat perilaku ulama yang munafik. “Di masjid-masjid,
ulama berceramah tentang neraka, dan menunjuk pelacur sebagai penghuni neraka.
Padahal, mereka sendiri hidup glamour,” tuturnya. Maka dengan rasa kecewa, Piet
sering berkunjung ke Gereja Katedral Jakarta Pusat. Dalam hatinya ia menyatakan
sebagai umat Nasrani.
Piet memilih pindah ke Katolik karena
tertarik dengan penampakan umat kristiani yang peduli pada masyarakat tidak
mampu. “Pada acara kebaktian umat Kristen memberikan sumbangan dengan jumlah
yang luar biasa kepada fakir miskin, misal anak-anak jalanan atau orang-orang yang
terkena musibah banjir,” ujarnya.
Sebelumnya, sewaktu kuliah semester tiga IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN), Piet sudah sering meninggalkan
shalat. “Selain bosan shalat, artikulasi ibadah bisa lewat jalan lain, bukan
hanya shalat, bisa lewat baca buku.”
Murtadin Saifuddin Ibrahim
Setamat dari SMA Muhammadiyah Bima tahun
1983, pria asal Bima-NTB ini mendapat beasiswa dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah
untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah di Jawa Tengah dan mengikuti
pendidikan pondok pesantren Muhammadiyah. Usai kuliah, Saifuddin mengajar di
SMA Muhammadiyah daerah Jepara, lalu pada tahun 1993-1996 mengajar di pesantren
Muhammadiyah di Depok, Jawa Barat. Setelah mengalami pergulatan iman di
Pesantren Az-Zaitun pada tahun 1999, akhirnya pria kelahiran 26 Oktober 1965
ini pindah agama ke Kristen bahkan menjadi seorang penginjil.
Melalui Muktamar nanti, warga persyarikatan
harus merevitalisasi diri agar konsisten beramal sesuai dengan Muqaddimah
Anggaran Dasar, Kepribadian, Khittah Perjuangan, Matan Keyakinan dan Cita-cita
Hidup (MKCH), Pedoman Hidup Islami (PHI) Warga Muhammadiyah, dan Himpunan
Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah.
Jangan lagi tergiur gelar profesor dan
kemahiran retorika seseorang dalam menentukan kepengurusan. Hidup-hidupilah Muhammadiyah,
jangan cari hidup di Muhammadiyah dan jangan kecolongan tokoh yang pro
Kristenisasi.
Sumber: kabarmuslim.com
0 comments:
Post a Comment