Gurita Kristenisasi di Indonesia
Monday, December 10, 2012
0
comments
Jika umat Islam tidak
bersatu dan partai Islam sibuk mengurusi kepentingan kelompoknya saja, maka
bukan hal mustahil gurita Kristenisasi itu akan kembali menguasai birokrasi,
tentara, dan penguasa.
Oleh: Artawijaya
Pada sekitar tahun 1980-an,
sebuah buku berjudul "Hadhir Al-'Alam Al-Islami" karya Dr. Ali
Garishah, dosen Universitas Madinah, yang kemudian diterjemahkan oleh Pustaka
Al-Kautsar dengan judul "Wajah Dunia Islam Kontemporer" menjadi buku
yang banyak diburu para aktivis Islam. Buku tersebut menggambarkan tentang
kondisi umat Islam di dunia, yang oleh Dr Ali Garishah dikategorikan menjadi
tiga bagian: Pertama, negeri-negeri Islam yang dirampas. Kedua, negeri yang
sedang berjihad. Ketiga, negeri yang terancam bahaya. Tiga kategori yang
menggambarkan kondisi negeri-negeri muslim pada saat itu, menurut Dr Ali
Garishah, berada dalam ancaman penguasa diktator, rongrongan minoritas
non-muslim, dan intervensi asing yang didalangi oleh tiga kekuatan besar:
Zionis, Kapitalis, dan Komunis.
Faktanya, apa yang ditulis
oleh Dr. Ali Garishah semuanya sudah menjadi kenyataan. Negeri-negeri Muslim
pada masa itu mengalami dilema yang luar bisa; kalau tidak dipimpin diktator,
ya di tindas oleh penjajah asing dan para komprador. Saat ini, arus demokrasi
yang dipaksakan oleh Barat sedang menerjang negara-negara Timur Tengah. Kalau
arus demokrasi itu mandek, maka kekuatan militer akan digunakan, sebagaimana
terjadi di Irak dan Libya.
Hal yang menarik dari buku
"Wajah Dunia Islam Kontemporer" adalah, Dr Ali Garishah memasukkan
Indonesia dalam kategori negeri yang terancam bahaya. Ancaman tersebut,
menurutnya berasal dari dua kekuatan, yaitu Komunisme dan Kristenisasi. Dr Ali
Garishah menyatakan, pada masa pemerintahan Soekarno, umat Islam berjuang
melawan Komunisme, dan pada masa rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan
Soeharto, umat Islam berjuang melawan gerakan Kristenisasi yang mendompleng
kekuasaan. Pada masa lalu, birokrasi, tentara, dan pengusaha dikuasai oleh
kekuatan Kristen dan kelompok kebatinan. Mereka menumpang gerbong Orde Baru
dengan kebijakan-kebijakan yang memarjinalkan umat Islam. Penguasa, pengusaha,
dan tentara ketika itu dijadikan alat untuk menindas umat Islam, baik menindas
kekuatan ekonomi, sosial, maupun politik.
Selain itu, Dr. Garishah
juga menyoroti tentang pengerukan kekayaan alam Indonesia dengan nama
"Penanaman Modal Asing", yang pada masa itu didominasi oleh
perusahaan-perusahaan asal Amerika. Dr Ali Garishah menulis,"Produksi
minyak yang merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia, yaitu 70% dari seluruh
hasil ekspornya dan merupakan 70% dari anggaran belanja negara, hampir semuanya
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan minyak Amerika, dengan perbandingan antara
11 dari 16 perusahaan yang ada. Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara
terkaya akan sumber alam di Asia Tenggara, namun rakyatnya tetap miskin yang
kekayaannya itu hanya dinikmati oleh perusahaan asing dan golongan elit, serta
para pejabat yang berkuasa."
Selanjutnya, terkait dengan
Kristenisasi, Dr Ali Garishah menulis beberapa poin penting yang ia sebut
sebagai usaha-usaha ke arah Kristenisasi besar-besaran di Indonesia. Poin-poin
tersebut adalah:
1. Golongan
Kristen telah berhasil menyusup ke dalam jajaran pemerintahan dengan
mendominasi partai penguasa baik pada badan eksekutif ataupun legislatif.
Disamping juga mendominasi beberapa daerah dan propinsi.
2. Dengan
bekerjasama dengan kalangan etnis Cina, golongan Kristen telah mendominasi
bidang ekonomi, walaupun jumlah mereka kurang dari 10% dari jumlah penduduk.
3. Jumlah
gereja yang ada sudah melebihi 8000 buah, dengan 3500 pendeta, dan 8000
penginjil yang mendominasi media massa. Di tambah 50 lapangan terbang untuk
kepentingan gerakan Kristenisasi dan sejumlah besar lembaga pendidikan Rumah
Sakit dan poliklinik.
4. Telah
berhasil mengkristenkan tiga juta Muslim dalam jangka dua tahun.
Demikian poin-poin yang
disampaikan oleh Dr Ali Garishah mengenai kondisi negeri Muslim Indonesia pada
tahun 80-an. Tulisan ini kemudian membuat merah wajah pemerintah Orde Baru,
sehingga memerintahkan Kejaksaan Agung untuk melarang buku tersebut dan menarik
peredarannya dari masyarakat. Penerbit yang menerjemahkan buku itu pun tak
lepas dari ancaman pemerintah.
Sekarang, hampir 30 tahun
setelah tulisan itu beredar, Kristenisasi di Indonesia bukannya meredup, malah
semakin menggila. Basis-basis Muslim menjadi sasaran, termasuk juga
lembaga-lembaga sekolah Islam. Aksi mereka makin nekad dan berani. Jika umat
Islam bertindak, maka mereka akan berkoar-koar di media massa, bahwa kaum
Muslimin tidak toleran, anti keragaman, dan propaganda-propaganda lain yang
menjadi jualan mereka agar mendapat dukungan baik dari dalam maupun luar
negeri.
Jualan inilah yang sekarang
dilakukan oleh GKI Yasmin di Bogor, Jawa Barat. Dengan dukungan media massa,
LSM liberal lokal dan asing, bahkan dari Dewan Gereja Dunia, mereka melakukan
propaganda hitam kepada kaum Muslimin di Bogor. Ironisnya, seolah mencari
kambing hitam yang sedang tren, mereka menyebut ada kelompok "Salafi Wahabi"
di balik aksi penolakan tempat ibadah ilegal mereka.
Karena itu, sudah saatnya
umat Islam waspada terhadap upaya-upaya para "teroris akidah" yang
berusaha unjuk kekuatan dan melakukan Kristenisasi di tengah-tengah kaum
Muslimin. Jika umat Islam tidak bersatu dan partai Islamnya sibuk mengurusi
kepentingan kelompoknya saja, maka bukan hal mustahil gurita Kristenisasi itu
akan kembali menguasai birokrasi, tentara, dan penguasa....
Sumber:
eramuslim
0 comments:
Post a Comment