Tahun Baru Masehi : Sejarah Kelam Penghapusan Jejak Islam
Monday, December 24, 2012
0
comments
Dalam beberapa hari ke
depan, tahun 2012 akan segera berganti, dan tahun 2013 akan menjelang. Ini
tahun baru Masehi, tentu saja, karena tahun baru Hijriyah telah terjadi satu
pekan yang lalu. Bagi kita orang Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?
Sejarah Tahun Baru Masehi
Tahun Baru pertama kali
dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar
dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan
tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain
kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi
dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan
mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan
baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari
pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga
memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan
Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender
baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama
bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan
Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi
bulan Agustus.
Perayaan Tahun Baru
Saat ini, tahun baru 1
Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun
kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya
sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini
dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir
September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada
tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun
1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.
Perayaan Tahun Baru Zaman
Dulu
Seperti kita ketahu, tradisi
perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau
kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya
di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil
berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan
bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai
tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam
legenda negara Brazil.
Seperti halnya di Brazil,
orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk
merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau
koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut
sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap
ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Sedangkan menurut
kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New
Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan
selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua
Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa
al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum
Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir
disebut tahun Masehi.
Pada tanggal 1 Januari
orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton
televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose
Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di
Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan
dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana
orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di
jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah
malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang
menerikkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara
lain, termasuk Indonesia? Sama saja!
Bagi kita, orang Islam,
merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan semakin ikut andil dalam menghapus
jejak-jejak sejarah Islam yang hebat. Sementara beberapa pekan yang lalu, kita
semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.
(sa/berbagaisumber)
Sumber:
eramuslim.com
0 comments:
Post a Comment