Golongan Kanan Yang Memberi Makan …
Friday, March 29, 2013
0
comments
Oleh : Muhaimin Iqbal
Di situs resminya Food and Agricultural Organization
(FAO), ada dimuat sebuah dokumen yang berjudul “Feeding The World” – memberi
makan bagi dunia. Yang menarik dalam dokumen tersebut terungkap bahwa, bila
produksi makanan di seluruh dunia didistribusikan merata – maka setiap orang di
dunia akan mendapatkan jatah 5,359 kcal/
hari. Padahal kebutuhan calorie rata-rata menurut UK Health Department misalnya
bagi wanita hanya 1,940 kcal/hari dan 2,550 kcal/hari untuk pria. Jadi produksi
makanan di dunia sebenarnya cukup untuk memberi makan lebih dari dua kali
penduduk dunia saat ini !
Tetapi mengapa kenyataannya sekarang ada sekitar 1 milyar
penduduk dunia kelaparan ? Rupanya bukan pada masalah kekurangan produksi
sebenarnya, tetapi lebih kepada masalah distribusi. Bahan makanan diproduksi
secara berlebih di daerah yang mampu, kurang tersalurkan secara efektif ke
daerah yang tidak mampu – karena perbedaan daya beli.
Bahan makanan yang diproduksi berlebih di Australia dan
Amerika Utara misalnya, tidak bisa dibeli oleh penduduk di negara-negara yang
produksinya sangat rendah di sebagian Afrika Utara dan Afrika Tengah.
Yang ironi adalah negeri kita Indonesia, perhatikan pada peta di samping.
Di sisi produksi calorie per capita per hari – Indonesia sejajar dengan Eropa,
Australia dan Amerika Utara – yaitu wilayah-wilayah yang memproduksi calorie
tertinggi di dunia. Kok kita mengimpor gandum 100%, kedelai, susu, daging dlsb
? Kok masih ada kelaparan di negeri ini ?
Apa yang terjadi ?
Kelebihan produksi calorie tersebut antara lain karena
kita memproduksi calorie lebih dari minyak goreng misalnya (minyak sawit), dan
juga dari protein hewani berupa sumber-sumber dari laut – yang utamanya untuk
pasar ekspor.
Tidak ada masalah sebenarnya bila transaksi ekspor
kelebihan produksi kita ini bisa berjalan efisien untuk membeli bahan makanan
yang kita masih harus impor. Masalah baru timbul bila terjadi in-efisiensi atau
kebocoran selama proses ekspor –impor ini.
Salah satu sumber in-efisiensi perdagangan ekspor impor
itu di jaman modern ini terjadi selain oleh penyebab yang jelas seperti biaya
pengangkutan dan sejenisnya, juga disebabkan oleh sesuatu yang tersembunyi
(hidden) yaitu kebocoran daya beli uang yang digunakan untuk transaksi
tersebut.
Kita menjual ikan misalnya ke Jepang, dibayar dengan
Dollar. Dollar ini kemudian tersimpan di Cadangan Devisa kita untuk waktu
tertentu. Di tengah kita menyimpan Dollar – pihak yang mengelola mata uang
Dollar tersebut (yaitu the Fednya Amerika) mengkutak-katik secara kreatif uang
Dollar-nya dengan istilah yang keren Quantitative Easing, tahap I, II sampai ke III. Melalui proses inilah daya
beli uang Dollar menurun drastis terhadap kebutuhan riil – meskipun terhadap
sesama mata uang kertas nampak masih perkasa.
Yang timbul kemudian adalah barang-barang bahan pangan
impor melonjak harganya. Kita mengira karena keterbatasan supply-lah yang
membuat harga pangan dunia melonjak, padahal berdasarkan datanya FAO di awal
tulisan ini – nampak jelas bahwa produksi pangan dunia sebenarnya lebih dari
cukup – bahkan cukup untuk menghidupi lebih dari dua kali penduduk bumi !.
Jadi sebenarnya sangat ironis apa yang dilakukan oleh
FAO, bahwa mereka punya data yang begitu jelas masalah supply produksi pangan
ini – mereka juga punya data daya beli di masing-masing negara dengan akurat –
tetapi lembaga yang kehadirannya dibutuhkan untuk memberi solusi bagi pangan
dunia ini nampaknya belum efektif menjalankan misinya sehingga 1 Milyar orang di
dunia kini kelaparan.
Kita memang tidak bisa berharap pada lembaga-lembaga
internasional seperti FAO ini untuk mengatasi masalah-masalah pangan kita, kita
mungkin juga tidak bisa berharap terlalu banyak pada departemen pertanian kita
sendiri (ingat masalah kedelai, daging, bawang dan kini cabe !). Tinggal
urusannya untuk memberi makan ini, nampaknya memang harus kita emban sendiri.
Yang diperlukan bagi masyarakat adalah bagaimana sedapat
mungkin bisa memproduksi bahan-bahan makanan di wilayahnya masing-masing.
Dengan cara ini pertama akan diminimalisir inefisiensi perdagangan karena
masalah transportasi dan penurunan daya beli selama proses perdagangan, dan
yang kedua adalah penciptaan lapangan kerja.
Ketika bahan pangan diproduksi secara cukup dan masyarakatnya
memiliki pekerjaan – maka dari kombinasi inilah kecukupan pangan yang
sesungguhnya itu bisa dicapai. Saat itulah bahan pangan tersedia (available)
dan terjangkau (affordable) oleh seluruh penduduk yang membutuhkannya.
Mudahkah ini ?, tentu tidak mudah. Perjalanan kesana –
perjalanan memberi makan di hari kelaparan itu adalah perjalanan mendaki lagi
sukar. Hanya bila kita memiliki niat yang sangat kuat, niat untuk mencapai
derajat golongan kanan – yang akan bisa membuat kita ikhlas menempuh perjalanan
mendaki lagi sukar itu. Insyaallah.
“Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki
lagi sukar ?....Memberi makan di hari kelaparan…Mereka adalah golongan kanan”
(QS 90 : 11-14-18)
---------------------------------------
Penulis
merupakan alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Sumber:
geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment