Ghalabati Al - Dain : Penyebab Musibah Finansial Global
Friday, March 29, 2013
0
comments
Oleh: Muhaimin Iqbal
Yang mengerikan sebenarnya bukan ukuran dari hutang
tersebut, melainkan trend kenaikannya. Karena AS sebagai gurunya juga terus
menerus manambah hutang – nilai hutang mereka ‘baru’ mencapai US$ 8.0 trilyun
tiga tahun lalu; demikian pula Indonesia, pada saat yang sama tiga tahun lalu
hutang kita ‘baru’ Rp 1,282 trilyun.
Inilah musibah itu; lilitan hutang diatas hutang yang
membuat seluruh dunia kalang kabut didera krisis finansial yang seperti sumur
tanpa dasar - belum kelihatan ujungnya sampai saat ini.
Dalam dunia finansial; ada dua jenis hutang yaitu yang
disebut Self-Liquidating Debt saya sebut saja SLD dan yang satunya tentu
sebaliknya yaitu Non-Self-Liquidating-Debt atau N-SLD.
SLD adalah hutang yang produktif yang bisa membayar
dirinya sendiri. Contoh kita berhutang 100 untuk kegiatan produksi barang atau
jasa yang hasilnya bisa kita jual 130. Dari penjualan ini, 10 kita pakai untuk
biaya, 20 kita bagi 50%-nya ke pemberi hutang. Kita bisa berproduksi dan
pemberi hutang juga mendapatkan hasil dari dananya. Hutang semacam ini
banyak-banyak tidak masalah karena akan mendorong produktifitas.
Sebaliknya N-SLD adalah hutang yang tidak bisa membayar
dirinya sendiri. Contoh pegawai dengan penghasilan Rp 10 juta/bulan mengambil
kredit Kijang baru dengan cicilan Rp 5 juta/bulan. Maka setiap bulan dia akan
kesulitan mencicilnya karena penghasilannya nggak cukup; untuk menutupi ketidak
cukupannya dia berbelanja bulanan dengan credit card. Maka menumpuklah hutang
tersebut dari waktu ke waktu semakin besar. Inilah Ghalabati Al-Dain itu …yang
kita diajarkan untuk berlindung terhadapnya.
Negara juga demikian; mereka berhutang bukan hanya untuk
kegiatan produktif tetapi lebih banyak untuk kegiatan konsumtif. Di Amerika
kegiatan konsumtif yang sangat besar adalah untuk membiayai perang Irak dan
aksi-aksi yang tidak membawa manfaat bagi penduduk mereka sendiri seperti
kegiatan mereka di Afganistan dslb.
Di negeri seperti Indonesia, hutang-hutang kita tersebut
dipakai untuk nambal APBN, untuk ‘hidup sehari-hari’- nya negeri ini.
Jadi negeri-negeri seperti Amerika, Indonesia dan seluruh
negara di dunia saat ini – sama dengan rakyatnya – hidup rutinnya ditambal dari
kartu kredit. Ketika beban kartu kredit terus membengkak – maka bangkrutlah
negera-negara tersebut.
Untuk sementara kebangkrutan ini tidak nampak karena
berbeda dengan individu, negara bisa mencetak uang. Anak cucu kitalah nantinya
yang harus membayari kartu-kartu kredit yang dipakai negara-negara ini sampai
sekian generasi yang akan datang.
Mari sekarang kita rajin-rajinlah lafadzkan do’a pelepas
hutang ini…
Allahumma innii a’udzubika minal hammi wal khazan, wa
a’udzubika minal ‘adzji wal kasal, wa a’udzubika minal jubni wal bukhl, wa
a’udzubika min ghalabati al-daini wa khohri al rijaal.
“Ya Allah saya bersungguh-sungguh berlindung kepadaMu
dari rasa susah dan sedih, dan aku berlindung kepadaMu dari rasa lemah dan
malas, dan aku berlindung kepadamu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku
berlindung kepadamu dari lilitan hutang dan tekanan orang lain.”
---------------------------------------
Penulis
merupakan alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Sumber:
geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment