Keajaiban di Balik Perintah Iqra’

Posted by KahfiMedia Saturday, March 16, 2013 0 comments




Apakah ada kaitannya membaca dengan mengubah nasib? Anda bisa saja menyangkalnya. Tapi saya berharap tulisan ini akan memberi warna dalam pandangan Anda.

Bulan Ramadhan tanggal 17, tiga 13 tahun sebelum Hijrah. Atau sekitar tahun 610 Masehi. Perintah pertama turun kepada Nabi akhir zaman, Iqra’. Bacalah! Perintah yang tak lazim dan membingungkan. Peristiwa itu diabadikan dalam surat Al ‘Alaq. Di saat dunia Arab terkungkung dalam kegelapan budaya di satu sisi. Sementara pada sisi lain mereka sedang berada pada puncak kehebatan sastra.

Maka kota Makkah pun menjadi gempar, kala seorang Muhammad yang ummi tiba-tiba datang dengan kalimat-kalimatnya yang begitu menggetarkan, Al Quran. Sampai-sampai para ahli sastra pun dengan jujur mengakui keunggulan Al Quran.

Al Mughirah yang mengetahui itu kemudian bertemu Abu Jahal dan mendiskusikan tentang julukan apa yang akan diberikan kepada Muhammad. Mulai dari tukang sihir, dukun atau orang yang dianggap gila. Meskipun mereka kemudian sadar, semua itu tak pantas untuk Muhammad. Mereka pun akhirnya sepakat mengatakan Muhammad sebagai seorang ahli sihir yang memisahkan antara orang tua dengan anaknya. Memisahkan antara istri dengan suaminya.

Iqra’... Iqra’... Kita sangat berharap getar suara Jibril sewaktu menemui Rasulullah di Gua Hira itu tak pernah sirna. Terus meresapi setiap jiwa kaum Muslim untuk senantiasa membaca kalam Allah yang termaktub dalam Al Quran maupun yang terhampar di alam semesta. Kita sangat berharap lantunan perintah Iqra’ itu menjadi amunisi yang siap membangkitkan semangat kepada seluruh umat untuk tiada henti belajar demi kemanfaatan dunia dan akhirat.

Ya, kalimat Iqra’ itu semoga tetap menggema sepanjang masa. Memotivasi untuk terus mereguk kesegaran ilmu. Karena dengannya hidup menjadi mudah. Mudah untuk dihadapi, mudah untuk dijalani. Dengan ilmu dunia bisa didapat, akhirat bisa selamat. Setan pun sangat hati-hati menghadapi orang yang berilmu.

Seperti kata Imam Syafi’i rahimahullah, siapa yang ingin meraih bahagia dunia mesti dengan ilmu. Siapa yang ingin meraih bahagia akhirat mesti dengan ilmu.
“Barangsiapa menginginkan dunia, hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa menghendaki keduanya maka hendaklah dengan ilmu.” (Al Majmu’, Imam Nawawi)

Membaca akan membuka banyak kemungkinan. Mengayakan pikir dengan inspirasi. Menutrisi jiwa dengan motivasi. Lihat saja bagaimana tingkat kesadaran membaca di negara yang maju, mereka begitu gigih. Harusnya itu kita!

Sumber: bukanturunankedelapan.com

0 comments:

Post a Comment

Terbanyak Dibaca

Sosok

Risalah

Catatan

Kabar

Halaman Dilihat