Sang Pemimpin ...
Wednesday, March 20, 2013
1
comments
Suatu saat ada pohon besar rubuh menghalangi jalan,
seorang komandan mengerahkan prajuritnya untuk menyingkirkan pohon tersebut.
Sekuat tenaga prajurit tersebut berusaha mengangkat, pohon tersebut tetap tidak
bergerak. Seorang penunggang kuda yang hendak lewat bertanya kepada sang
komandan : “ mengapa kamu tidak ikut mengangkatnya ?” jawab komandan : “itu
tugas mereka, bukan tugasku !”.
Lantas si penunggang kuda turun, berusaha sekuat tenaga
membantu para prajurit mengangkat pohon yang menghalangi jalan. Pohon besar
tersebut berhasil disingkirkan. Si penunggang kuda ini kemudian berkata kepada
sang komandan : “Lain kali kalau ada beban berat untuk diangkat, panggil Sang
Panglima !”.
Sang panglima ini bila di Amerika disebutnya Commander in
Chief – yaitu presiden Amerika sendiri, dan sang penunggang kuda tersebut
ternyata adalah George Washington – president AS pertama – yaitu Commander in
Chief tentara Continental pada perang
revolusi AS.
Contoh yang lebih baik dari ini dan pasti benarnya ada di
kisah Zulkarnain, ketika rakyatnya terancam oleh Ya’juz dan Majuz : “Zulkarnain
berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya
adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat),
agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku
potongan-potongan besi" Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan
kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api itu)".
Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata:
"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas
itu"”. (QS 18 : 95-96)
Lihat pemimpin besar sekaliber Zulkarnin yang menjadi
penguasa negeri dari tempat terbitnya matahari sampai tempat terbenamnya,
ketika ada masalah besar yang dihadapi rakyatnya – dia tidak hanya turunkan
instruksi ini – intruski itu, tidak hanya menyalahkan dan mengeluhkan ini dan
itu. Dia turun langsung menyelesaikan masalah itu bersama rakyatnya.
Negeri besar ini punya segudang masalah – itu wajar saja,
karena banyaknya rakyat, luasnya wilayah, keberagaman sukunya dlsb. Ketika satu
masalah berhasil diatasi sekalipun, sangat besar peluang munculnya
masalah-masalah baru.
Jadi kemajuan dan kemakmuran suatu negeri bukan diukur
oleh ada atau tidaknya segudang masalah. Tetapi tergantung pada bagaimana
masalah tersebut disikapi dan diatasi. Pemimpin negeri punya peran utama dan
tanggung jawab untuk memimpin langsung –
bersama rakyat – mengatasi segala persoalan yang ada.
Sekitar setahun dari sekarang, kita akan punya kesempatan
untuk memilih pemimpin negeri ini baik yang di eksekutif maupun yang
legislatif. Gunakan kesempatan ini untuk memilih yang terbaik yang bisa me-lead langsung rakyat dalam mengatasi berbagai
persoalannya.
Meskipun pemimpin itu jauh dari kesempurnaan, meskipun
proses pemilihannya juga tidak sesuai dengan keyakinan kita sekalipun – tetap
diperlukan pemimpin di masyarakat. Seburuk-buruk pemimpin, tetap lebih baik
dari ketiadaan pemimpin.
Bisa kita bayangkan bila karena kita menunggu lahirnya
pemimpin yang ideal, yang dipilih melalui proses yang ideal dan sesuai
keyakinan kita – lantas kita putuskan sekarang tidak usah dahulu ikut
memilihnya – apa yang akan terjadi ? setidaknya dua kemungkinan yang terjadi.
Pertama pemimpin itu akan dipilih dan ditentukan justru
oleh orang-orang lain yang bisa jadi punya agenda yang bertentangan dengan
kepentingan kita semua. Kedua adalah the worst case scenario, negeri chaos
tanpa pemimpin !.
Bila negeri tanpa pemimpin, lantas siapa yang akan
menangkap dan menghukum pencuri, pemerkosa dan pelaku kejahatan lainnya ?,
siapa yang akan bekerja keras mengatur lalu lintas, mencegah banjir, mencegah
pencurian kekayaan alam dlsb ?.
Seandainya toh belum memungkinkan kita memiliki pemimpin
yang ideal, bukan berarti tidak memiliki pemimpin sama sekali akan lebih baik.
Maka ayo kita pilih para pemimpin kita – mungkin masih lengkap dengan segala
kelemahannya, karena bila tidak maka orang lainlah yang akan memilih pemimpin
untuk kita – dan saat itu mau nggak mau kita harus terima.
Sebagian orang mungkin beranggapan – biarlah mereka
memilih pemimpinnya, bukan pemimpin kita yang mereka pilih kok. Lantas
bagaimana kalau mereka memilih walikota kita, memilih gubernur kita, sampai presiden kita ?. Realitasnya kan
masih mereka-mereka inilah yang mengendalikan negeri ini ?
Dari urusan KTP, ketertiban umum, pengatasan bencana,
pengendalian peraturan perdagangan, pertanian, ketenaga kerjaan, industry dlsb.
semua ada di tanangan-tangan mereka ini – bisa dibayangkan bila orang lain yang
memiliki agenda sendiri yang memilih mereka, bukan kita !
Bayangkan pula bila di negeri ini nantinya dihadirkan
pemimpin yang menekan dan mengancam rakyatnya sendiri, menghalangi rakyat dari
mengamalkan syariat agamanya, menjual
segala kekayaan alam yang ada, tidak peduli dengan segala penderitaan rakyat
dlsb. dlsb – apakah ini bukan salah kita juga bila pemimpin seperti ini
terpilih karena kita memilih untuk tidak menggunakan hak kita ketika ada
kesempatan untuk memilih yang lebih baik ?
Maka inilah kampanye saya jauh hari sebelum pemilu
legislatif dan eksekutif 2014 nanti. Ini karena keprihatinan saya atas
rendahnya kwalitas para pemimpin yang ada di Legislatif maupun Eksekutif saat
ini – sebagaimana kita baca riuh rendahnya sehari-hari di media masa.
Bukan salah siapa-siapa, tetapi bisa jadi salah kita
semua karena kita tidak memilih yang terbaik pada tahun 2009 lalu atau bahkan
kita tidak memilih sama sekali !. Meskipun saya ikut mengkampanyekan gerakan untuk
memilih ini, saya tidak akan menyebut nama atau partai – dan saya tidak akan
mencalonkan diri untuk posisi apapun.
Saya hanya ingin mengajak agar kita bisa mewarnai para
pemimpin yang kita pilih, bukan warna orang lain diluar sana yang sudah sangat siap
dengan berbagai agendanya sendiri. Agar kita tetap punya pemimpin – yang bisa
menyingkirkan ‘pohon rubuh yang menghalangi jalan’ kita, dan pemimpin yang bisa
'membuat benteng antara kita dengan Ya'juz dan Makjuz' !
Perjalanan tiga orang saja butuh amir perjalanan, apalagi
perjalanan bangsa dengan 250 juta orang ini – pasti butuh pemimpin, meskipun
jauh dari kesempurnaan, meskipun hanya yang terbaik dari yang terburuk
sekalipun ! Bisa dibayangkan sebaliknya bila 250 juta orang ini dibiarkan tanpa
pemimpin, Wa Allahu A’lam.
----------------------------------------
Muhaimin Iqbal adalah alumni SMA Muhammadiyah 1
Yogyakarta
Sumber: geraidinar.com
1 comments:
PEMIMPIN SEKARABNG LEBIH BANYAK MEMIKIRKAN ANAK CUCUNYA, KRONINYA SAJA
Post a Comment