Peranan Pemuda Dalam Dakwah Islamiyah
Friday, July 26, 2013
0
comments
H. Adi Mansah, Lc.
(Sekretaris Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan, Imam Masjid At-Taqwa Universitas Muhammadiyah Jakarta)
Sudah menjadi sunnatullah jika di setiap
masa akan tumbuh pemuda-pemuda yang kelak dibimbing seorang ulama pembaharu
(mujaddid). Senantiasa melakukan berbagai bentuk pembaharuan dalam mencairkan
kebekuan yang ada pada masa tersebut. Berbagai bentuk kebekuan itu antara lain:
kebekuan pemikiran, kebekuan pergerakan, kebekuan kepemimpinan dan lain-lain.
Karena pemuda yang sejati itu bukan hanya berumur dua puluh tahun tetapi pemuda
sejati ialah pemuda yang rela berjuang demi agamanya.
Sepanjang gerakan pembaharuan yang
dilakukan berada pada koridor atau rambu-rambu syariat dan untuk kemuliaan
islam (izzatul islam), hal tersebut perlu mendapat dukungan kaum muslimin.
Tetapi sebaliknya, jika gerakan tersebut telah keluar dari koridor syariat
serta bertentangan dengan ajaran Al Qur’an dan As-Sunnah, seluruh kaum muslimin
hendaknya berdiri dalam satu barisan menentang arus gerakan tersebut, jadi satu
elemen pendukung pembaharuan yang sangat potensial adalah para pemuda. Selain
usia muda merupakan fase berkumpulnya kekuatan (potensi) yang maksimal, mereka
juga merupakan orang-orang yang dikenal memiliki idealisme tinggi, tidak
memiliki beban dan sangat objektif dalam menyuarakan setiap aspirasi, meski
harus diakui adanya kelemahan terutama kematangan berpikir dan minimnya
pengalaman. Islam menempatkan pemuda pada tatanan yang sangat strategis dalam
melakukan berbagai perubahan menuju kejayaan umat.
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu
(Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Q.S.
Al Kahfi [18] : 13)
Ayat ini mengisahkan para pemuda ashabul
kahfi (penghuni gua) yang lari menjauhi kaumnya untuk menyelamatkan aqidahnya
dan tidak mau mengikuti arus kesesatan karena mereka tegar memegang prinsip
kebenaran.
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan
melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi
meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur
berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain;
agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, “Siapakah yang
melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang lalim.” Mereka berkata:
“Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama
Ibrahim.” (Q.S. Al Anbiyaa [21] : 57-60)
Kisah Nabiyullah Ibrahim a.s. adalah
kisah yang sangat agung karena dapat dipetik begitu banyak pelajaran
(ibrah). Seorang pemuda dengan kecerdasan
dan keberaniannya menghancurkan seluruh berhala yang ada pada saat itu.
Yang menjadi pertanyaan, apakah
berhala-berhala tersebut masih ada di zaman modern sekarang ini? Bagaimana jika
seseorang yang terlalu membanggakan kemampuan logika akalnya sampai
mengkultuskan hingga mempertuhankan hasil buatan pemikiran logika akalnya? Apakah
itu berhala juga? Apakah jahiliyah hanya terjadi pada masa Rasulullah Saw?
Jahiliyah kaum Quraisy bukan karena
mereka tidak percaya kepada Allah Swt, tapi karena mereka telalu mengkultuskan
Latta dan ‘Uzza yang merupakan orang saleh pada masa itu, yang setelah
meninggal dunia dibuat patungnya. Pada
masa Nabi Nuh juga diketahui bahwa Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq, dan Nasr adalah
nama-nama orang saleh. Ketika mereka meninggal, syaitan memberikan ilham kepada
masyarakat setempat agar mereka membuat patung-patung dengan nama-nama itu.
Pada mulanya tidak disembah tapi lama-kelamaan akhirnya menjadi sembahan. Lalu,
bagaimana hukum hasil buatan manusia melalui akal pikirannya yang terbatas,
apakah ada persamaannya dengan berhala?
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki? dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”
(Q.S. Al Ma’idah [5] : 50)
Islam memang memberikan perhatian yang
begitu besar kepada pemuda. Para sahabat usianya lebih muda, bahkan ada yang
jauh lebih muda dari Nabi Muhammad Saw, tetapi Beliau tidak segan-segan memberi
tugas atau kepercayaan kepada sahabatnya. Usamah bin Zaid diberikan kepercayaan
menjadi Panglima Perang di usianya yang baru sekitar 16 tahun. Ia merupakan
satu-satunya Panglima Perang termuda sampai saat ini. Realita yang terjadi saat ini, di Palestina,
peranan pemuda menjadi sangat penting sebagai penggerak perjuangan melawan
penjajah zionis Israel demi mempertahankan Al-Aqsha yang merupakan simbol
eksistensi umat Islam di seluruh dunia. Pemuda jualah yang menjadi salah satu
pilar penopang aktivitas dan kemakmuran sebuah masjid. Bisa dibayangkan,
bagaimana kondisi dan nasib sebuah masjid tanpa aktivitas pemudanya.
Masa depan masjid itu menjadi suram,
karena salah satu tolok ukur bagaimana keadaan masjid pada lima, sepuluh, dua
puluh atau tiga puluh tahun mendatang tergantung pada kondisi pemuda masjidnya
di masa sekarang. Tentunya sebagian kecil dari banyak kisah peranan pemuda yang
tangguh dalam Islam memberikan hikmah dan ibrah bagi kita semua, serta
menggugah semangat para pemuda untuk bekerja keras lagi menuju perbaikan umat
demi tercapainya kejayaan dan kemuliaan islam. Pimpinan Ikhwanul Muslimin Syekh
Hasan Al-Bana pernah berkata, “Bahwa umat Islam akan bangkit dan aset yang
terbesar dalam umat ini adalah peranan pemuda”. Semoga segala kesempatan dan
waktu kita mampu berdakwah mengajak umat ini ke jalan yang benar dan harus kita
mulai dari diri sendiri (Ibda’ Binnafsik) seperti dakwah yang telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam Bish-showwab… [ ] *Majalah Tabligh Edisi
20/X/2013
Sumber: http://tabligh.or.id/
0 comments:
Post a Comment