Matematika Berkah
Sunday, August 18, 2013
0
comments
Oleh : Muhaimin Iqbal
Pasti ada maksudnya ketika Allah
memberikan contoh perhitungan pada sesuatu yang sangat istimewa seperti Malam
Lailatul Qadar - malam yang lebih baik
dari 1000 x bulan atau lebih baik dari 29,000 x malam (QS 97 : 1-3; QS 44 :3).
Sesuatu yang terhitung atau terkwantifisir akan lebih memungkinkan untuk
direalisir, maka dengan contoh perhitungan pula insyaAllah kita akan bisa
menghadirkan keberkahan untuk negeri in
Negeri ini akan diberkahi jika
penduduknya beriman dan bertakwa (QS 7:96). Sekarang kita bisa mecoba untuk
berhitung keberkahan apa yang sekiranya bisa kita hadirkan ke negeri ini bila
salah satu saja indikator iman dan takwa itu bisa kita penuhi. Indikator yang saya maksud tersebut
adalah ada di ayat berikut :
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS 2:278)
Ayat tersebut mirip kalimat ‘jika dan
hanya jika’ dalam bahasa matematika logika. Orang yang beriman dan bertakwa dia
akan meninggalkan riba, orang yang meninggalkan riba adalah orang yang beriman.
Dengan kalimat ini yang sebaliknya-pun berlaku yaitu orang yang tidak beriman
dan tidak bertakwa dia tidak meninggalkan riba, dan orang yang tidak
meninggalkan riba dia juga tidak beriman.
Kita semua sudah tahu bahwa bunga bank
konvensional (juga asuransi dan lembaga keuangan non bank konvensional lainnya)
adalah riba dalam pengertian ayat tersebut di atas – yang kemudian MUI juga
membenarkan tafsir ini berdasarkan fatwanya no 1 tahun 2004.
Tetapi realitanya saat ini berdasarkan
data terakhir (Mei 2013 untuk bank konvensional, dan April 2013 untuk bank
syariah), dana pihak ke 3 yang dihimpun perbankan konvensional di negeri yang
mayoritasnya muslim ini masih mewakili lebih dari 95% (mendekati Rp 3,350 trilyun). Yang sudah
berusaha menjauhi riba – terlepas dari beberapa kekurangannya – di bank syariah
hanya mewakili kurang dari 5 %-nya (hanya kurang dari 159 trilyun).
Apa hubungannya angka-angka ini dengan
keberkahan ?, Seandainya saja ayat ‘jika dan hanya jika’ tersebut diatas
didakwahkan rame-rame, sampai ayat ini bener-benar bukan hanya dipahami –
menjadi penjelasan (bayaan), tetapi juga menjadi petunjuk (huda) – untuk
berbuat sesuatu – dan nasihat/peringatan (mau’idhah) yaitu antara lain menjauhi
riba, maka setiap pengurangan riba insyaAllah akan menjadi jalan menuju iman
dan takwa yang berarti juga menuju berkah (QS 7:96).
Seandainya dana pihak ke 3 yang ribawi
(di bank konvensional) tersebut berkurang 5 % saja berarti Rp 167 trilyun, maka
bila ini ditambahkan ke perbankan syariah – bank-bank syariah ukurannya akan
menjadi lebih dari dua kali lebih besar dari kondisi rata-rata mereka saat ini.
Dana Rp 167 trilyun tersebut milik siapa
sesungguhnya ?, sama dengan dana induknya yang 3,350 trilyun adalah dana pihak
ke 3 dari perbankan – artinya ya dana masyarakat seperti kita-kita ini. Maka
seperti induknya pula dana yang Rp 167 trilyun – adalah juga dana kita-kita -
yang mewakili 5% saja dari kita-kita yang selama ini masih menggunakan bank-bank
konvensional !.
Dengan kata lain bila 5% saja dari
kita-kita yang selama ini menggunakan bank konvensional, memutuskan untuk tidak
lagi menabung di bank konvensional dalam berbagai bentuknya – maka akan
terkumpul dana yang kurang lebih sebesar Rp 167 trilyun ini.
Lantas untuk apa dana ini ?, agar legal
formalnya terpenuhi – bisa saja dana ini
dikelola oleh bank-bank syariah sehingga ukuran mereka menjadi dua kali lipat
dari sekarang. Tetapi kali ini bank syariah tidak boleh menyalurkan dana ini sendirian,
mereka dapat kita (masyarakat yang menjadi pasar mereka) arahkan agar dana ini
untuk menggerakkan sektor riil yang spesifik.
Misalnya untuk membiayai masyarakat yang
ingin berkebun kurma (sekedar contoh), maka dana tersebut cukup untuk membuka
sekitar 1,675,000 hektar kebun kurma di Jawa maupun luar Jawa. Seberapa luaskah
kebun kurma 1,675,000 hektar ini ?, ini kurang dari ¼ luas kebun sawit yang
kini sudah ada di Indonesia. Tidak seberapa bukan ?
Tetapi lihat dampaknya, dengan luasan ini
kita bisa menanam sekitar 268 juta pohon kurma. Bila dengan hasil rata-rata
pertahun 80 kg per pohon saja, ini cukup
untuk menutupi kebutuhan karbohidrat bagi seluruh 250 juta penduduk negeri ini
secara terus menerus setiap tahun.
Tetapi kan kita hidup tidak hanya butuh
karbohidrat, kita butuh lemak, protein dan berbagi kebutuhan lainnya? Ini betul
adanya, justru inilah maka di kebun-kebun kurma tersebut juga akan bisa
ditanami zaitun (sumber lemak/minyak yang penuh berkah), rumput-rumputan untuk
pakan ternak kita (sumber protein) – dan tentu saja bila tidak semua kita
butuhkan sendiri bisa kita pertukarkan dalam perdagangan untuk membiayai
kebutuhan kita lainnya.
Poinnya adalah bahwa, insyaAllah
keberkahan ini bisa dinalar dengan perhitungan yang dicontohkan langsung
olehNya. Keberkahan yang terkwantifisir lebih memungkinkan untuk direalisir.
Dengan hijrahnya 5 % penduduk yang menggunakan perbakan dan system keuangan
ribawi ke sektor riil seperti bidang pangan saja, insyaallah urusan pangan
negeri ini selesai. Persentase demi persentase berikutnya bisa untuk memecahkan
banyak hal lain di negeri ini seperti urusan kesehatan, pendidikan, perumahan
dlsb.
Tetapi apakah ide semacam ini benar-benar
doable ? apakah bukan mimpi ? apa mungkin menjadi visi ?. Semuanya bisa dimulai
bila yang 5 % masyarakat pengguna system riba tersebut bisa bergerak dari
manusia kebanyakan – menjadi manusia yang bertakwa.
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS 3:138-139)
Perhatikan kembali logika matematika di
dua ayat tersebut di atas. Manusia kebanyakan (seluruh manusia) hanya
menjadikan Al-Qur’an sebagai penjelasan (bayaan) – inipun bagi yang mau saja.
Tetapi orang-orang yang bertakwa menjadikan Al-Qur’an itu petunjuk (huda) dan
nasihat/pelajaran (mau’idhah).
Orang yang bertakwa – pastinya juga dia
beriman, orang yang beriman dia tidak akan lemah (tergantung pada orang lain),
tidak pula sedih karena dialah yang
paling tinggi derajatnya.
Konkritnya seperti apa ?, setelah
memahami ayat-ayat tersebut di atas dan ayat-ayat lainnya – misalnya ayat-ayat
tentang riba - sebagai penjelasan (bayaan), orang yang beriman dan bertakwa
tidak berhenti disini. Dia akan menjadikan ayat-ayat tersebut petunjuk (huda)
untuk berbuat sesuatu, dan menjadi peringatan (mau’idhah) untuk meninggalkan sesuatu
– apalagi yang sangat dilarang seperti riba – dan orang-orang inilah yang
insyaAllah akan ditinggikan oleh Allah derajatnya.
Bila ada 5 % saja ‘market share’
orang-orang seperti ini, insyaAllah kita akan mulai bisa melihat keberkahan
seperti dalam hitung-hitungan matematika di atas, apalagi bila bisa lebih. 5 %
inilah yang diharapkan akan rame-rame mencari bentuk investasi sektor riil yang
sesungguhnya, dan 5 % inipula yang akan bisa menggelembungkan ukuran bank
syariah sekarang menjadi lebih dari dua kali lipat pangsa pasarnya – bila saja
mereka mau bekerja dengan petunjuk(huda) dan peringatan(mau’idah), dan tidak
merasa puas dengan hanya penjelasaan (bayaan).
Maka bila semua ini bisa dimulai,
insyaAllah akan ada jalan untuk ‘jika dan hanya jika’ berikutnya : “Jika
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS 7:96)
Lihat, yang disuruh beriman dan bertakwa
di sini adalah penduduk – yakni kita-kita semua, bukan hanya pemimpin kita,
bukan hanya para wakil kita, bukan hanya orang-orang yang kaya , penguasa atau
pengusaha (meskipun mereka semua tentu juga bagian dari penduduk seperti
kita-kita), tetapi kita semuanya penduduk negeri ini, kita semua-lah yang
insyaAllah bisa menghadirkan keberkahan ke negeri ini dan sudah bukan waktunya
untuk menoleh atau berharap ke orang lain !
Jika kita beriman dan bertakwa maka
keberkahan akan melimpah dari langit dan dari bumi kita. Jika kita tidak
beriman dan tidak bertakwa ?
na’udzubillahi min dzalik !.
Sumber: geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment