Bulutangkisisasi untuk Kaderisasi
Wednesday, October 30, 2013
0
comments
Seorang kawan bercerita, sebut saja Melati
(bukan nama sebenarnya), ia merasa dijebak masuk dalam organisasi Pemuda
Muhammadiyah. Kisahnya sekira begini, sebuah ranting Pemuda Muhammadiyah (PM)
di bagian barat Kabupaten Sleman mengadakan kegiatan rutin berupa olah raga bulu tangkis di gedung serba guna balai desa
setempat. Awalnya sempat kegiatan ini dilangsungkan di rumah salah seorang
kader, namun akhirnya dipindahkan dengan pertimbangan kemudahan akses. Dan benar
setelah dipindah di balai desa, peserta yang ikut latihan bertambah jumlah dan
semakin variatif. Tak hanya pengurus ranting PM, namun juga para pemuda dari
beberapa dusun.
Dari olah raga inilah kemudian obrolan
demi obrolan mengalir deras dari lidah (sedikit hiperbolis_red). Keakraban pun
terjalin, setelah saling mengenal. Suatu saat ranting PM akan mengadakan acara,
maka para peserta latihan rutin badminton menjadi salah satu sasaran tembak
untuk diundang ke acara PM. Hasilnya, beberapa teman bersedia datang dan ikut
aktif dalam kegiatan PM. Bahkan menjadi kader inti. Semuanya berawal dari bulu
tangkis. Meski sebagian merasa dijebak, dijebak dalam kebaikan. Seperti yang
dialami Melati (bukan nama sebenarnya), nama akun facebooknya Putu Dikoro
Suryadi.
Olah raga memang menjadi salah satu
strategi kaderisasi yang digunakan oleh ranting PM Sendangagung Minggir. Olah raga
bulu tangkis yang digelar setiap selasa malam rabu itu bukanlah sebuah cerita
singkat. Proses panjangnya dimulai sejak terbentuk bidang olah raga dan seni. Dari
bidang ini muncul ide kaderisasi via olah raga. Pertama yang dipilih adalah
sepakbola, sebagai olah raga rakyat dan populer. Terbentuklah klub sepakbola
asy-syabab. Hasil evaluasi, ternyata cukup berat mengumpulkan 22 orang dalam
satu waktu. Belum lagi, tidak ada waktu untuk mengobrol karena semuanya
terlibat permainan di lapangan. Mengenal pun hanya sekilas.
Maka diubahlah menjadi latihan rutin
Futsal, hingga terbentuk klub Futsal asy-asyabab. Ternyata perubahan ini pun
belum memberikan hasil yang sesuai harapan. Meski sudah berjalan sekian bulan. Belum
lagi biaya yang dikeluarkan cukup tinggi untuk sewa lapangan dan lainnya. Sampai
tercetus ide bulu tangkis!
Dari bulutangkis inilah muncul
kader-kader baru PM Sendangagung, yang hingga kini masih bertahan. Seorang kawan
pengurus wilayah pernah berkomentar, masing-masing ranting punya potensi sendiri
dan belum tentu cocok menerapkan kaderisasi via bulu tangkis. Hanya saja saya menduga dia belum pernah
mencoba sebelumnya sampai dia berkomentar. Penyakit lama yang masih bertahan
hingga kini ialah susah memberikan apresiasi positif kepada sebuah ide dan
gagasan. Kemudian menutupnya dengan rasa pesimis. Masih melekat dalam ingatan
penulis hingga kini, bergabung dengan PM sejak lulus SMA karena diajak kawan
sepermainan di olah raga sepakbola. M. Ariansyah namanya. Sejak itu penulis
aktif di PM hingga kini dan nanti, insyaAllah. [esp]
0 comments:
Post a Comment