Ekonomi Ibadah…
Tuesday, October 15, 2013
0
comments
Oleh : Muhaimin Iqbal
Hari-hari ini kita dapat menyaksikan
aktifitas ekonomi yang subhanallah, yang ditimbulkan oleh aktifitas umat
Islam dalam melaksanakan sebagian dari
ibadah-ibadah khususnya. Perusahaan raksasa penerbangan negeri ini bisa tetap
eksis karena umat Islam melaksanakan ibadah haji, tidak terhitung banyaknya
orang yang mendapatkan rezekinya – mulai dari penjual kambing, pedagang rumput,
perusahaan transportasi dlsb. – dari
umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah qurban.
Musim haji dan qurban yang setahun sekali-pun
dapat begitu besar kontribusinya dalam perputaran ekonomi. Apalagi yang terkait
dengan peribadatan rutin seperti shalat misalnya. Tidak terhitung jumlah masjid
dibangun – yang otomatis menghadirkan peluang ekonomi tersendiri terkait dengan
pembangunannya.
Betapa banyak pedagang-pedagang ‘pasar
Jum’at – pasar yang timbul setelah shalat Jum’at di sekitar masijid-masjid
besar – yang memperoleh rezekinya melalui umat Islam yang berbondong-bondong ke
Masjid untuk melaksanakan ibadahnya.
Ketika kita memotong hewan qurban, pergi
berhaji atau berangkat sholat Jum’at sebenarnya tidak ada niatan di hati ini
untuk memutar ekonomi, niat kita beribadah kepadaNya semata – namun itulah yang
dijanjikan oleh Allah. Bila kita berharap dunia, kita mendapatkan dunia. Bila
kita berharap Akhirat , maka insyaAllah akhirat dapat dan dunia-pun datang
kepada kita dengan merunduk.
Bila ibadah-ibadah khusus umat ini telah
menggerakkan begitu besar roda ekonomi yang manfaatnya bukan hanya pada umat
ini tetapi juga umat lain di dunia ( bayangkan perusahaan raksasa Boeing dan Airbus – yang secara tidak langsung
mendapatkan rezeki dari umat Islam yang pergi berhaji), maka bisa dibayangkan
dampaknya bila umat ini juga rajin beribadah yang sifatnya umum.
Masalah-masalah besar dunia seperti
urusan pangan, energi dan air (Food, Energy and Water – FEW) – pun insyaAllah
dapat di selesaikan bila umat ini rajin beribadah yang sifatnya umum – sebagai
tambahan atas ibadah-ibadah khusus kita.
Dunia kini sedang panik karena tiga
kebutuhan dasarnya – FEW - terancam kelangsungan ketersediaannya. Sampai
seluruh negeri-negeri di dunia bersepakat untuk mendirikan bersama apa yang
disebut International Institute for Sustainable Development (IISD).
Badan dunia yang bermarkas di Kanada ini
tugasnya antara lain adalah mensinkronkan upaya pemerintah-pemerintah dunia
dalam menjaga keseimbangan supply tiga kebutuhan pokok manusia yaitu pangan,
energi dan air.
Dalam pikiran mereka, krisis pada salah
satu saja dari ketiga kebutuhan pokok ini – sudah akan cukup untuk menimbulkan
kekacauan sosial sampai konflik geopolitik dunia. Ilustrasi disamping adalah
pemikiran yang mereka sampaikan pada
World Economic Forum dua tahun lalu (2011).
Meskipun mereka memilik konsep yang
canggih yang dipersiapkan oleh sejumlah ahli pada bidangnya – mengapa dunia
tetap begitu cemas terhadap tiga kebutuhan pokok tersebut ?
Karena dalam tata kelola dunia sekarang,
masing-masing negara hanya akan berbuat untuk negerinya sendiri. Bahkan di
dalam negeri-pun masing-masing kelompok, perusahaan sampai individu-pun hanya
akan berbuat untuk kelompok, perusahaan atau dirinya sendiri-sendiri.
Negeri-negeri dan manusia-manusianya
menjadi kikir karena kawatir akan kekurangan tiga kebutuhan pokok tersebut,
perusahaan-perusahaan-pun menjadi rakus untuk mengambil keuntungan yang
sebesar-besarnya melalui apa yang mereka sebut scarcity – kelangkaan.
Perilaku ekonomi dunia yang seolah mulia,
tetapi di-trigger oleh ketakutan akan kemiskinan – sehingga orang bisa berbuat
jahat karenanya – tentu bukan solusi bagi sustainability dunia yang diharapkan.
Kita-pun telah diingatkan Allah akan
perilaku ini dalam ayat berikut : “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu
dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah
menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 2 :268)
Bukti nyata dari perilaku ini antara lain
dapat dilihat dari pengelolaan urusan pangan dunia. Di satu sisi negeri-negeri
berkumpul untuk menucapkan niat yang sama yaitu menjaga kelangsungan
ketersediaan pangan, energi dan air. Tetapi pada saat yang bersamaan
negeri-negeri maju mengijinkan perusahaan perusahaan dengan kapital besar
merusak tanaman-tanaman dan keturunannya – agar mereka dapat menmonopoli
industri benihnya.
Inilah bentuk kerusakan di bumi yang
sudah dikabarkan juga oleh Allah pula dalam ayat : “Dan apabila ia berpaling
(dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan
merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS
2:205).
Sustainability ekonomi dunia tidak bisa
dijaga oleh katakutan akan kemiskinan sehingga orang berbuat kikir yang bahkan
kemudian justru juga berbuat kerusakan di muka bumi dengan merusak tanaman dan
hewan – agar mereka bisa memonopoli industri benihnya dslb. Lantas dengan apa
sustainability ekonomi dunia bisa dijaga ?
Lagi-lagi dengan ibadah umat ini, yang
didorong bukan oleh karena ketakutan akan kemiskinan – tetapi didorong oleh
keinginan untuk memperoleh ampunan dan karunia dari Yang Maha Kuasa semata.
Masalah tiga kebutuhan pokok manusia
seperti pada FEW tersebut di atas misalnya, solusinya sederhana bila umat ini
melaksanakan satu bentuk peribadatan secara umum – yang perintahnya ada pada
kita untuk kita laksanakan sampai peristiwa kiamat sudah mulai sekalipun –
yaitu perintah untuk menanam.
Ketika umat ini ramai-ramai menanam pohon
dengan berharap ampunan dan karunia dariNya semata, maka pohon yang kita tanam
ini menjadi sedekah bagi dunia sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam berikut : “…Tidaklah seorang muslim yang menanam pohon atau menanam
tanaman lalu tanaman tersebut dimakan oleh manusia, binatang melata atau
sesuatu yang lain kecuali itu bernilai sedekah untuknya” (HR. Bukhari dan Muslim dengan narasi yang sedikit
berbeda).
Melalui pohon-pohon yang kita tanam
dengan berharap ampunan dan karuniaNya inipula tiga kebutuhan pokok FEW
tersebut insyaAllah teratasi secara berkelanjutan. Pohon dan tanaman yang kita
tanam akan men-supply kebutuhan pangan (QS 80 : 24-32 ; 36 : 33-35 ; 6 : 99
dlsb.) , dari pohon-pohon ini pula nantinya mata air akan memancar (QS 36 : 34)
dan bahkan anak sungai akan mengalir (QS 19 : 23-25).
Begitu pula dengan energi, sustainability
energi adalah bila energi itu dihasilkan oleh sumber yang senantiasa
terbarukan. Sumber yang senantiasa terbarukan ini yang langsung adalah tanaman,
dan sumber ini pasti benarnya karena dikabarkan langsung di Al-Qur’an ( QS 36 :
80 dan 56 : 71-72) selain dapat juga dibuktikan secara empiris di lapangan
sekarang dengan energi fosil (tanaman jutaan tahun lalu), bioethanol dan
biodiesel.
Secara tidak langsung, tanaman yang
memancarkan mata air dan kemudian mengalirkan anak sungai – juga menjadi sumber
energi berikutnya yaitu energi hydro. Bahkan perkembangan teknologi mutakhir
yang dikenal dengan teknologi hydrokinetic , akan memungkinakan kita membuat
pembangkit-pembangkit listrik tenaga air tanpa harus membuat dam-dam dan
waduk-waduk besar.
Dengan teknologi baru tersebut nantinya,
dimana ada air mengalir – meskipun itu sungai yang dangkal sekalipun – energi
hydrokinetic dapat dihasilkan. Dari sini semakin jelas keseimbangan pemenuhan
kebutuhan pokok manusia – yang sustainable,
dapat dihasilkan bila umat ini rame-rame beribadah melaksanakan
perintahNya. Perintah untuk ibadah-ibadah yang khusus, juga ibadah yang umum
seperti menanam pohon ini.
Dari ibadah-ibadah ini pula, semoga
ampunan Allah dan karuniaNya hadir untuk
kita semua. Amin.
*) Penulis adalah alumni SMA Muhammadiyah
1 Yogyakarta
Sumber: geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment