Inspirasi dari Kajian Rutin Ranting
Wednesday, October 9, 2013
0
comments
Sendangagung,
letaknya paling barat dari Kabupaten Sleman. Berbatasan langsung dengan sungai
Progo dan Kabupaten Kulon Progo. Desa yang membujur di sebelah aliran sungai
progo ini merupakan desa dengan komposisi penduduk yang heterogen. Daerahnya berupa
areal pertanian yang mengandalkan irigasi dari aliran selokan van der wijk. Meski
demikian, banyak penduduknya yang enggan berprofesi sebagai petani, sebab
bertani dianggap kurang menjanjikan.
Dari
segi penganut agama, Sendangagung memiliki kompleksitas hamper sama dengan desa
lain di Kecamatan Minggir, dimana pernah terjadi konversi agama yang signifikan
dari Islam ke Katolik. Sekarang di Desa Sendangagung saja berdiri megah tiga
gereja. Satu gereja Kristen Protestan, satu gereja Kristen Jawa dan satu gereja
Katolik. Dari segi komposisi penduduk berdasar agama, Islam mencapai sekitar
7.000 penduduk, sedang Kritsen-Katolik hampir sepertiganya.
Muhammadiyah
memiliki peran penting dalam syiar Islam di Sendangagung. Pun sampai saat ini.
Pemuda Muhammadiyah Sendangagung, terus bergerak melawan arus perubahan yang
menjauhkan generasi muda dari sentuhan Islam. Mencoba bertahan dari kelumpuhan
dakwah Islam yang terancam. Teringat sebuah pesan berkesan, bahwa kader militant
hanya akan lahir dari kajian rutin. Senafas dengan adagium itu, sampai saat ini
Pemuda Muhammadiyah Ranting Sendangagung tetap mempertahankan kajian rutin malam
sabtu yang dihelat dua pekan sekali.
Seingat
saya, kajian ini telah bertahan lebih dari enam tahun. Secara ruting diadakan
dari rumah ke rumah kader. Dulunya pernah dicoba dari masjid ke masjid, tetapi
ternyata banyak kendala yang dihadapi sehingga sempat mandeg. Saat ini di
Ranting Sendangagung ada dua kajian rutin bagi kader Pemuda Muhammadiyah, satu
untuk pengurus aktif dan satu kajian lagi untuk eks pengurus yang diharapkan
tetap aktif mendukung kegiatan pengurus aktif. Kajian ini digelar setiap malam
ahad, dua pekan sekali.
Beberapa
inspirasi dari ranting Sendangagung.
1. Kaderisasi
dengan jalur olah raga. Awalnya sepakbola dipilih menjadi jalur kaderisasi
(penulis sendiri bisa ikut aktif karena diajak kawan sewaktu aktif di kegiatan
sepakbola). Sampai terbentuk kesebelasan Asy-Syabab. Hanya saja, kegiatan ini
kurang efektif karena tidak ada waktu luang untuk berbincang dan harus mencari
personel yang banyak. Maka digeserlah ke kegiatan Futsal rutin, kegiatan ini
pun ternyata kurang mampu mengakrabkan karena kurangnya waktu berbincang. Maka sekarang
diganti dengan kegiatan badminton di komplek balai desa setiap malam rabu. Kegiatan
ini nampaknya cukup efektif, sebab yang bermain maksimal empat orang, sedang
yang lainnya bisa berbincang-bincang dan saling mengenal dengan akrab.
2. Kajian
malam sabtu. Ini untuk kader aktif, biasa dihadiri 10-15 orang, diadakan dua
pekan sekali dengan lokasi berpindah dari satu rumah ke rumah kader lain.
3. Kajian
malam ahad. Ini untuk kader yang tidak lagi aktif di pengurusan. Tujuannya agar
tetap bisa saling bersilaturahim dan mengetahui perkembangan PM.
Kajian
ini agak berbeda sebab,
a. Kajian
menggunakan bahasa daerah (bahasa jawa) agar kader siap terjun ke masyarakat.
b. Peserta
tidak diperbolehkan merokok, saat kajian maupun selama di lokasi kajian.
c. Peserta
yang menjadi tuan rumah wajib mengisi kajian iftitah dengan bahasa jawa,
d. Minuman
dan makanan yang disajikan tidak boleh terlalu mewah, cukup sederhana saja. Agar
tidak memberatkan tuan rumah. Maka tidak heran jika mencari tempat untuk kajian
di Sendangagung tidak terlalu susah.
Inilah beberapa inspirasi dari ranting.
0 comments:
Post a Comment