Pemimpin Itu Peduli

Posted by KahfiMedia Monday, October 28, 2013 0 comments




Banyak orang berfikir bahwa seorang pemimpin itu diikuti tindakannya dan ditunggu ucapannya karena dia punya kharisma atau wibawa.   Ada juga yang berpendapat bahwa seseorang diikuti karena harta,  jabatan  atau ilmunya.   Paling tidak itulah yang tergambar dari jawaban para  Ambassador di Puspitek, Serpong, Banten, Sabtu sore.   Apakah sosok seperti Nelson Mandela itu seorang yang berkharisma sehingga banyak orang ingin mendengar apa yang diucapkan oleh mantan Presiden Afrika Selatan itu.  Atau orang seperti Sukarno diikuti karena dia memiliki daya linuwih yang bisa meluluhkan hati semua orang?  Dan jika kharisma yang menjadi sebab para pemimpin besar dalam sejarah memiliki banyak pengikut,  lantas dari mana asal kharisma itu? Dibawa sejak lahir atau karena proses belajar?

Pemimpin adalah predikat yang diberikan  kepada semua orang.  Karena itu setiap orang bisa menjadi pemimpin, tergantung pada yang bersangkutan memilih jadi pemimpin atau tidak.  Dan bila kharisma itu hanya milik orang-orang tertentu sebagai satu anugerah yang dibawanya sejak lahir maka pernyataaan bahwa setiap orang itu pemimpin, tidak berlaku.  “Seseorang itu diikuti tindakan dan dinanti ucapannya karena dia peduli atau care,” kata Heppy.  Sikap peduli atau care ini tidak bisa dibuat-buat tetapi harus menjadi karakter original.  Orang lain bisa merasakan  peduli itu sebagai karakter sungguhan atau karena ada pamrih dan tujuan sesaat.  Itulah sebabanya para kyai atau tokoh-tokoh tradisonal itu banyak didatangi orang bukan karena dia berpangkat atau memiliki jabatan  tetapi  karena semua orang tahu jika dia peduli.  Nelson Mandela sampai hari ini masih didengar oleh seluruh orang di dunia karena kepeduliannya kepada sesama.  Sukarno tetap dikenang sosok, ucapan dan  tulisannya karena semua orang tahu orang ini memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib bangsanya.  Bahkan bangsa-bangsa di dunia mengenalnya kepedulian Putra Sang Fajar ini.

“Bapak ibu adalah  ambassador. Ambassador itu ada karena kepedulian kita terhadap  sesama dan  terhadap bangsa kita,” tegas Heppy.  Ambassador itu artinya duta atau utusan yang akan memperbaiki keadaan orang lain menjadi lebih baik.  Di wilayahnya  setiap Ambassador ini adalah leader yang akan memimpin orang-orang yang membutuhkan arahan dan petunjuk untuk menuju kehidupan dan bisnis yang lebih baik.  “Sekali lagi seorang pemimpin itu diikuti bukan karena jabatan atau kekayaannya tetapi karena dia peduli,” jelas Heppy.  Peduli itu bukan brand atau merek yang dipasang ketika kita punya kepentingan atau keinginan melalui kegiatan yang dilakukan  dengan ujug-ujug. Peduli juga bukan tulisan di atas baliho atau papan reklame.  Bukan !  peduli itu karakter asli yang terbangun karena ada keyakinan, jati diri dan nilai yang dibela.

Pemimpin juga harus menunjukkan karakter yang asli,  bukan dibuat-buat.  Bersikap apa adanya di depan semua orang jauh akan dihargai daripada berusaha kelihatan hebat dan wah. “Mana yang lebih anda hargai tentara kita yang menggunakan atribut tentara Indonesia,  atau tentara kita yang menggunakan atribut tentara Amerika?” tanya Heppy memberi contoh.  “Yang menggunakan atribut Indonesia!” jawab peserta serentak. Mengapa? Karena tentara yang menggunakan atribut Indonesia itu  dia menunjukkan karakternya.  Maka pemimpin  yang diikuti adalah pemimpin yang  menunjukkan karakternya bukan  ambigu dengan diri sendiri.  Sukarno kemana-mana menggunakan kopiah hitam dengan baju yang didesainnya sendiri .

Ambassador adalah mereka yang dididik khusus untuk menangani Debt Free Center (DFC) di daerah-daerah di seluruh pelosok tanah air.  DFC adalah sentra aktifitas yang disediakan untuk masyarakat yang memiliki komitmen untuk membangun bisnis dan kehidupan yang lebih baik.   DFC adalah semacam posko pengaduan masyarakat yang  ingin memahami tentang banyak hal, terutama kehidupan dan ekonomi.  Contoh yang paling mudah, bagaimana cara menghadapi hutang dan tawaran uang mudah yang ditawarkan oleh para rentenir di pasar-pasar.  Rayuan seperti  “hanya dengan BPKB, uang segera cair dalam 3 jam”.  Jika tidak memiliki self leadership dan pemahaman utuh tentang  hutang tawaran itu seolah jalan mudah untuk keluar dari masalah.  Namun ternyata itulah awal dari malapetaka yang membuat orang kehilangan kehidupan dan bisnisnya.  Namun inti dari semua kegiatan DFC ini adalah membangun karakter orang yang ada di dalamnya.  Jika orang per orang sudah terbangun karakternya, maka itu akan membentuk karakter bangsa secara keseluruhan.


Sumber:  www.beliindonesia.com

0 comments:

Post a Comment

Terbanyak Dibaca

Sosok

Risalah

Catatan

Kabar

Halaman Dilihat