Jelas Ada yang Mau Menjual Indonesia
Monday, October 28, 2013
0
comments
“Untuk
menjadi kaya bapak- ibu bisa
menjual Indonesia. Caranya bapak ibu mengundang perusahaan asing
yang ada di luar negeri untuk masuk ke Indonesia. Bapak ibu katakan
kepada perusahaan itu bahwa Indonesia
adalah pasar besar dengan 250 juta manusia yang ada di dalamnya, Nanti
bapak ibu bisa mendapatkan marketing fee
atau bapa- ibu bisa buka franchise nya di Indonesia,”
Pernah mendengar ungkapan atau ajakan
seperti kalimat di atas? Itulah salah
satu contoh kalimat ajakan untuk menjual Indonesia ke orang asing. Ajakan
yang kerap muncul di workshop atau
training bisnis tertentu tentang
cara cepat menjadi kaya. “Kalimat seperti itu hanya muncul dari orang yang
hanya mementingkan dirinya sendiri dan tak perduli dengan Indonesia,” kata
anggota Tim Beli Indonesia Aswandi
As’an di depan 102 pengusaha
di rumah makan Bakso Kadipolo, Solo, Jawa Tengah, Minggu siang. Kalimat sejenis itu, lanjut Aswandi, hanya
lahir dari mereka yang berorientasi keuntungan an sich. Dengan modus yang berbeda, import sapi dan import produk-produk lain ke
Indonesia juga di-drive oleh semangat
pengejar keuntungan itu.
Bisnis memang berorintasi pada
keuntungan. Dan bisnis adalah cara untuk
membangun kekayaan. Tetapi tidak
semua bisnis dibutuhkan oleh Indonesia
terutama jika bisnis itu merusak atau menghancurkan kehidupan rakyat dan
bangsa Indonesia. Indonesia juga tidak
butuh dengan bisnis yang semata mengejar untung yang tidak memperdulikan cara
mendapatkannya. Ada pengusaha yang
berhutang kepada negara tanpa berniat untuk membayar. Alih-alih membayar malah lari dan memilih mati di luar negeri, atau
pindah ke negara yang enggan membuat perjanjian ekstradisi dengan
Indonesia. Ada juga yang main
goreng-goreng asset. Aset
senilai satu miliar dijadikan jaminan pinjaman 5 miliar lalu dimacetkan dan bank mengambil asset itu sebagai ganti
uang pinjaman yang dimacetkan itu. “Kita
tidak butuh pengusaha jenis ini. Yang ingin kita bangun adalah pengusaha
pejuang yang tidak hanya membangun dirinya tetapi juga membangun bangsanya,”
tegas Aswandi.
Kejahatan moneter, menyelundup, mark up
dengan memanipulasi angka-angka sama jahatnya dengan gerakan menjual Indonesia itu. Bahkan daya rusaknya jauh lebih dahsyat karena menyangkut kelangsungan kehidupan bangsa dan negara. Sayangnya, kejahatan jenis ini belum menjadi
perhatian serius dan tidak dianggap
sebagai kejahatan luar biasa. Sehingga
pelakunya banyak yang masih melanggang bebas dan jika tertangkap hanya diganjar
hukuman ringan. “Apakah dalam
proses peradilannya ada transaksi dan jual beli juga, wallahu a’lam ,“ kata Aswandi yang disambut gerrr para
peserta. Yang pasti kisah tentang
putusan bebas dan hukuman ringan untuk
pelaku kejahatan ekonomi ini kerap kali
terdengar. Bahkan kasus yang menyangkut figur-figur tertentu justru
banyak yang tidak tersentuh.
Menjual
Indonesia ini baru menghebohkan jika ada lelang pulau di internet seperti yang terjadi beberapa waktu
lalu. Padahal Orang Bali, Lombok dan
mereka yang tinggal di daerah tujuan
wisata lain di Indonesia banyak yang kehilangan tanah karena dijual
kepada perusahaan asing. Padahal semula dengan mengolah tanah itu dia
mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Namun begitu dijual, dia mendapatkan uang
banyak dalam sekejap. Dua tahun kemudian
dia menjadi orang yang lebih miskin dari sebelumnya tanpa dia tahu kapan dia
akan keluar dari kemiskinan itu. Dalam
skala lebih besar, modus seperti yang
dialami orang Bali dan Lombok itu terjadi juga di negara.
Untuk memperoleh uang mudah dan
cepat kita lakukan impor berbagai produk
yang sesungguhnya barang itu kita punya
dan rakyat kita bisa mengerjakannya.
Investor asing kita undang masuk ke sektor-sektor yang sesungguhnya
terlarang secara bisnis dan
kehidupan. Karena di sektor itu banyak
rakyat kita yang bergantung hidup dan nafkahnya. Namun kita tutup mata dan hati karena ingin mendapatkan uang mudah dan cepat
untuk kepentingan yang sesaat. Lalu kita
korbankan orang lain yang sesungguhnya mereka itu saudara kita sendiri dan bagian dari bangsa kita sendiri.
Apakah Indonesia tidak boleh dijual? Boleh! Tapi yang dijual itu produknya. Kita bangun industri sebanyak-banyaknya untuk
membuat produk yang akan kita jual ke negara lain. “Yang harus banyak keluar itu produk jadi
bukan bahan baku. Sebaliknya yang harus banyak masuk bahan baku bukan barang
jadi. Begitu aturan mainnya,” tegas
Aswandi. Indonesia terbalik, produk dari
luar dibiarkan masuk bebas, produk di
dalam susah keluar.
Demikian juga bahan baku seperti
kayu gelondongan dan rotan dibiarkan keluar sementara bahan baku
dari luar dipersulit. Akibatnya kita kerap
membeli produk jadi dari bahan baku yang kita kirim dengan harga yang berlipat-lipat. Asset strategis seperti BUMN tidak boleh dijual karena itu bukan
hanya alat untuk membangun ekonomi
negara tetapi juga untuk menjamin layanan publik terlayani. Demikian juga pasar kita yang besar dengan
250 juta jiwa ini jangan diserahkan ke orang lain tapi harus kita kuasai karena pasar itu
jantungnya ekonomi. Menyerahkan jantung
kita kepada orang lain sama dengan menyerahkan kehidupan kita kepada orang itu.
Sumber: www.beliindonesia.com
0 comments:
Post a Comment