Foto di Balik Sampul Buku Iqro, Siapakah Dia?
Saturday, December 7, 2013
0
comments
Seingat
saya, saya belum pernah bertemu langsung dengan beliau. Sampai beliau meninggal
di tahun 1996. Hanya mendengar cerita dari paman, beliau sempat datang ke rumah
kakek di wilayah Minggir Sleman yang jaraknya lumayan jauh dari kediaman
beliau, Kota Gede. Satu hal yang tampaknya berkesan bagi beliau adalah siwur,
gayung untuk mengambil air yang terbuat dari batok kelapa dengan gagang bilahan
bambu. Hingga bila bertemu dengan anggota keluarga kami beliau kadang bertanya,
sekira ini, “Apakah siwurnya masih digunakan?”
Buku
iqro sewaktu Anda kecil, ada cover pengarangnya, siapakah dia? Semoga pahala
terus mengalir untuknya, karena berkat buku iqro itu Anda sekarang sudah lancar
mengaji. Tahukah siapa Ia? Dia adalah K.H. As’ad Humam.
Memang
tak banyak orang yang mengenal As’ad Humam.
Seperti
dikutip blog majelis ribaathulmuhibbiin, As’ad Humam lahir 1933. Ia mengalami
cacat fisik sejak remaja karena terkena penyakit pengapuran tulang belakang,
dan harus menjalani perawatan di sebuah Rumah Sakit di Yogyakarta selama satu setengah
tahun.
Penyakit
inilah yang dikemudian hari membuat As’ad Humam tak mampu bergerak secara
leluasa sepanjang hidupnya.
Hal
ini dikarenakan sekujur tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Dalam
keseharian, sholatnya pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa
melakukan posisi ruku’ ataupun sujud.
Bahkan
untuk menengok pun harus membalikkan seluruh tubuhnya. Human juga bukan seorang
akademisi atau kalangan terdidik lulusan Pesantren atau Sekolah Tinggi Islam,
namun hanya lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta
(Setingkat SMP).
Nama
asli dari KH As’ad Humam hanyalah As’ad saja, sedangkan nama Humam yang
diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, H Humam Siradj. KH As’ad Humam (alm)
tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta.
Ia
adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan benar oleh
orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai
Negeri Sipil. Asad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar
Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta.
Profesi
ini mengantarnya berkenalan dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi. Berawal dari
silaturahim ini kemudian As’ad Humam mengenal metode Qiroati.
Dari
Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan As’ad Humam untuk
mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri
yang belajar Al Quran. Mulailah As’ad Humam bereksperimen, dan hasilnya
kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada
Dachlan Zarkasyi.
Namun
gagasan-gagasan tersebut seringkali ditolak oleh KH Dachlan Salim Zarkasyi,
terutama untuk dimasukkan dalam Qiroati, karena menurutnya Qiroati adalah
inayah dari Allah sehingga tidak perlu ada perubahan. Hal inilah yang pada
akhirnya menjadikan kedua tokoh “tidak akur”.
Sehingga
pada akhirnya muncullah gagasan As’ad Humam dan Team Tadarus Angkatan Muda
Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”) Yogyakarta untuk menyusun sendiri
dengan pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur’an melalui
metode Iqro.
Sekarang
buku Iqro itu masih beredar luas. Mungkin juga dirumah Anda masih terimpan buku
itu.
Sumber: nabawia.com
0 comments:
Post a Comment