Tujuh Alasan KOKAM Layak Menjadi Ortom
Tuesday, December 24, 2013
2
comments
Oleh: Eko Triyanto
Masih
terkenang sekitar setahun yang lalu, saat KOKAM Cabang Minggir mengadakan reuni
lintas generasi. Di luar perkiraan, yang hadir lumayan, sekitar 40-an orang
dari yang biasa ketemu hingga yang saya belum kenal sama sekali. Inilah manfaat
reuni.
Dalam
seri kajiannya, Ustadz. H. Abdullah Efendi, yang merupakan KOKAM generasi awal,
menceritakan sejarah lahirnya KOKAM dan rahasia kekuatan KOKAM yakni suka
ngaji. Tanpa ngaji, kader KOKAM akan tak akan punya kualitas ruhiyah. Beliau juga
mengingatkan, “KOKAM harus gagah, tapi bukan sombong. Sebab, jika sombong Allah
justru membenci orang yang sombong.”
Saya
agak terlambat bergabung dengan KOKAM, seingat saya, baru ikut Diklatsar pada
2010 atau sembilan tahun setelah saya aktif di Pemuda Muhammadiyah (PM),
sebelum muktamar satu abad di Yogyakarta. Saya merasakan semangat yang berbeda
antara KOKAM dengan Pemuda Muhammadiyah. Karakteristik anggota pun lain. Meski semua
masih dalam nafas yang sama dalam ber-Muhammadiyah. Timbulnya pemikiran agar
KOKAM menjadi organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah saya pikir bukan hal yang
tabu. Muhammadiyah perlu melakukan kajian agar tercapai kemanfaatan yang lebih
besar.
Saya
pribadi mengajukan tujuh alasan mengapa sebaiknya KOKAM menjadi Ortom
tersendiri di Muhammadiyah.
Pertama,
melihat dari sejarah awalnya, KOKAM memang lebih banyak mengandalkan perjuangan
fisik untuk melawan gerakan komunis pada saat itu. Kondisi ini telah membentuk jika
KOKAM selalu siap-siaga. Berbeda dengan PM yang lebih banyak beraktifitas
non-fisik (diplomatis).
Kedua, karakterisitik
anggotanya yang kebanyakan orang lapangan. Tidak begitu nyaman dengan
formalitas. Tak heran jika rapat persiapan kegiatan kadang pesertanya minim
tetapi saat acara eksekusi kegiatan di lapangan anggotanya bermunculan.
Ketiga, berkaitan
dengan poin kedua, mempengaruhi komposisi kader KOKAM yang heterogen, beragam
usia, multi profesi dan minat. Dari yang berusia di atas 40 tahun hingga usia
SMA semua tergabung dalam kesatuan KOKAM.
Keempat,
saya melihat kaderisasi dan mobilisasi anggota KOKAM lebih mudah dan menarik
minat para pemuda. Mungkin karena materi dan gerak KOKAM yang lebih banyak
praktek dan aktivitas fisik.
Kelima, struktur KOKAM yang
menjadi salah satu bidang PM nampaknya membuat gerak KOKAM kurang nyaman. Bisa dibayangkan
jika KOKAM ternyata lebih aktif ketimbang PM?
Keenam, menurut pengamatan
saya kader-kader yang telah bergabung via KOKAM umumnya memiliki waktu luang
yang lebih (kober) meskipun mungkin
tak selalu pintar (pinter). Seperti sebuah
adagium, dakwah tak hanya butuh orang yang pinter, tetapi juga mereka yang
kober.
Ketujuh, KOKAM
cukup terbuka, tak selalu identik dengan orang terdidik atau kuliahan. Berbeda dengan
PM.
Tentu
poin-poin di atas tak selalu semua orang setuju. Silakan bisa ditambah atau
dikurangi.
*) Penulis adalah Anggota Pemuda
Muhammadiyah dan Anggota KOKAM administratif.
2 comments:
iseng memasukkan tiga kata kunci di google, "kokam gerakan pencerahan" eh tulisan ini muncul di saran teratas. singkatnya,... ane tertarik sama alasan yg ketujuh... apa iya pEeM identik seperti itu ;D
silakan dibuat surpe mas Dik
Post a Comment