Muhammadiyah Ribut Rebutan Umat dengan MTA?
Tuesday, February 4, 2014
2
comments
oleh : eko triyanto
Belum
lama ini, seorang kawan bercerita di kampungnya akan segera dibangun gedung
MTA. Saya sedikit tahu tentang kampung itu, sebab memang dulu beberapa kali
sempat berkunjung ke sana. Penduduk di kampung yang terletak di lereng selatan
Gunung Merapi itu sebagian memang aktif sebagai kader Muhammadiyah, mereka
umumnya menjadi tokoh masyarakat yang diikuti sehingga sebagian lain yang aktif
di NU lebih cenderung pasif. Meski diam-diam mereka juga memendam hasrat ingin
mengamalkan lagi tradisi NU.
Sekian
lama berdampingan dengan NU, memang belum terlihat adanya kegelisahan, hanya
akhir-akhir ini saja, ketika mereka mulai berani untuk nyadran, mauludan dan
sejenisnya. Di sisi lain, pengajian MTA mulai menarik perhatian sebagian kader
Muhammadiyah. Tak hanya lokalan, bahkan sebagian juga rela jauh-jauh ngaji ke
Solo. Memang penulis sendiri mengakui, kajian ala MTA cukup sederhana dan
mengena, umat mendapat jawaban singkat dan cepat atas persoalan yang dihadapi,
meski mungkin tak tepat apalagi akurat.
Di desa
saya sendiri geliat MTA pelan tapi pasti terus merambat. Saya ingat beberapa
bulan lalu ingin belajar membuat radio dakwah ke Semin Gunung Kidul. Ternyata tak
lama kemudian dapat kabar, di desa penulis telah berdiri pemancar radio yang
didirikan kader Muhammadiyah untuk menyiarkan siaran MTA. Beliau dulu juga
sempat meminjamkan flashdisk berisi kajian MTA. Beberapa giga. Sebagian lainnya
juga rutin ngaji MTA ke Kulon Progo, sekali-dua kali ngjaji ke Solo.
Dua
cerita itu hanyalah sedikit dari sekian banyak realitas yang terjadi saat ini
di masyarakat. Dalam sebuah kajian yang diadakan oleh MPK PCM, MTA
diakategorikan sebagai salah satu ‘pesaing’ untuk Muhammadiyah. Dengan kenyataan
ini, apakah selanjutnya kita akan menyalahkan MTA? Ketika nanti aset dan umat
lebih memilih ke MTA? Seperti sebelumnya telah ‘menyalahkan' NU dan PKS.
Seperti pernah penulis obrolkan dengan seorang kawan, dengan perumpamaan warung
makan. Jika ada warung makan baru lebih ramai pembeli dengan warung makan kita,
apakah kita akan membakar warung makan yang baru itu? Atau kita memperbaiki
warung kita agar lebih menarik. Orang bergabung dengan lembaga dakwah/ormas
bukan hanya ingin mencari kebenaran tetapi mereka juga ingin merasakan
bagaimana proses itu berlangsung dengan nyaman. Maka, mari kita benahi
Muhammadiyah ini agar lebih menarik dan nyaman.
*) Penulis adalah anggota PRPM
Sendangagung, bergabung dengan PM sejak tahun 2001
2 comments:
numpang comment mas eko,...
upaya dakwah muhammdiyah kurang sampai ke akar rumput dan kurang greget bahkan terkesan ekslusif ... terkesan muhammadiyah hanya untuk kalangan strata sosial ekonomi tertentu....
Dalam realisasi kehidupan banyak tidak sesuai dgn panduan muhammadiyah... dan banyak skr yang mencari hidup di muhammadiyah bukan untuk menghidupi muhammadiyah... jauh dari pesan yg disampaikan sang pencerah... dalam pendiriannya kiai ahmad dahlan selalu menekankan sodaqoh dan menyantuni fakir miskin dan amaliyah sosial yg lain.... serta mengajak umat untuk kembali ke al qur'an dan hadist sprti yg di syariatkan oleh rasulullah.....
maaf bila kurang berkenan, tp dalam kenyataannya memang bgt....
saya senada dengan yang Anda rasakan, sebetulnya sebagai sebuah organisasi dakwah, Muhammadiyah telah memiliki peralatan yang lengkap dan memadai. tinggal bagaimana SDM yang ada mengelolanya. Dakwah dengan bahasa orang awam sangat penting, karena mereka bagian terbesar dalam Muhammadiyah
Post a Comment