Delapan Yang Berpasangan (Bukan) Untuk Kita?
Tuesday, April 1, 2014
0
comments
Tahun
lalu badan pangan dunia FAO mengeluarkan statistiknya yang sangat menyedihkan
untuk kita, tetapi mungkin tidak ada pihak yang berwenang di negeri ini yang
mendalami data tersebut – sehingga kita cuek bebek. Data tersebut adalah
tentang konsumsi daging per kapita per tahun untuk dekade pertama di millennium
ke 3 (2000-2009). Dimana menyedihkannya ? Menurut data itu kita hanya
mengkonsumsi daging 10 kg per tahun per kapita, sementara tetangga-tetangga
kita seperti Timor 36.51 kg; Malaysia 48.93 kg; Brunei 63.87 kg dan Australia
111.72 kg !
Karena
konsumsi daging ini terkait langsung dengan protein yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan kecerdasan (keturunan) kita, maka sudah seharusnya rakyat dan
pemerintah negeri ini punya perhatian serius terhadap tingkat konsumsi daging
tersebut.
Bisa
saja data tersebut keliru, tidak akurat, misleading dlsb. tetapi punyakah kita
data pembanding yang lebih akurat ?, bila tidak – maka sudah seharusnya kita
berinstrospeksi diri rame-rame – agar kita tidak meninggalkan generasi yang
lemah di belakang kita (QS 4 : 9) !
Asumsinya,
bila data tersebut sedikit mendekati kebenaran saja – betapa memprihatinkannya
kita dalam hal kemampuan untuk mengkonsumsi daging ini. Bisa saja kita
beralasan karena penduduk kita yang sangat banyak, tetapi bukankah kita juga
dikarunia bumi yang subur yang sangat luas ?
Bahkan
ada janji Allah bahwa bersamaan dengan diciptakannya diri kita, diturunkan pula
delapan hewan yang berpasangan untuk kita !
“Dia
menciptakan kamu dari diri yang satu kemudian Dia jadikan daripadanya istri dan
Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor hewan yang berpasangan dari binatang
ternak…” (QS 39 :6).
Dalam
ayat lain (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang)
tersebut adalah dua ekor ( sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan
sepasang sapi.
Dari
ayat-ayat tersebut saya menangkap satu pesan yang sangat jelas bahwa
sesungguhnya disediakan sumber-sumber daging yang sangat cukup untuk kehidupan
kita di bumi ini. Disediakan olehNya dalam pasangan-pasangan untuk menjamin
kelangsungan keturunannya, untuk sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan manusia
yang menjadi sangat banyak.
Jadi
jumlah penduduk yang banyak tidak bisa kita jadikan alasan terus kita tidak bisa
makan daging yang cukup. Lantas mengapa kita tidak atau belum mampu mengkonsumi
daging yang cukup seperti negeri-negeri yang lain ?
Barangkali
kita belum melaksanakan perintahNya untuk memakmurkan bumi ini ! (QS 11:61).
Padahal semua resources-nya ada di kita dan petunjuk cara-cara memakmurkan bumi
ini juga begitu jelas dan detil.
3
Input untuk memakmurkan bumi
Illustrasi
di atas menggambarkan bahwa tiga
komponen untuk memakmurkan bumi – bahkan dari kondisi ekstremnya (bumi yang
matipun) – semua ada di kita. Biji-bijian, hujan dan ternak – semuanya ada.
Bahkan dari empat pasang hewan ternak yang disebutkan di Al-Qur’an tersebut di
atas tiga diantaranya yaitu domba, kambing dan sapi sudah sangat familiar di
kita. Sedangkan untuk unta hanya karena kita belum mencobanya saja sehingga
terasa asing.
Terpadunya
petunjuk untuk menggunakan ketiga unsur tersebut dalam memakmurkan bumi dapat
kita lihat di ayat berikut :
“Dia-lah,
Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi
minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat
tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (Qs 16:10)
Sangat
bisa jadi kita tidak bisa makan daging secara cukup tersebut karena kita
meninggalkan petunjuk yang sangat jelas tersebut. Kita punya hujan banyak,
tanaman hijauan-pun juga masih sangat banyak. Tetapi siapa di antara kita yang
masih menggembala ternaknya ?
Dari
pengalaman kami berternak kambing dan domba lima tahun terakhir ini, kami
belajar bahwa ternyata ‘menggembala’ inilah kata kuncinya. Tidak heran mengapa
seluruh nabi juga menggembala kambing !. Dengan menggembala bukan hanya kita
bisa memberi makan ternak kita secara murah, tetapi juga mempertahankan
kesuburan lahan melalui kotoran ternak yang menyebar.
Barangkali
kita beralasan kini tidak ada lagi lahan gembalaan yang cukup. Tetapi alasan
ini-pun sulit diterima. Lahan gembalaan bisa diantara tanaman-tanaman produktif
yang ada (QS 80 : 24-32) seperti tanah-tanah perkebunan dan kehutanan. Bila
dilakukan pengaturan yang baik malah bisa dilakukan di pinggir-pinggir jalan
tol dan bahkan juga di padang golf yang banyak di Jabodetabek ini !
Dengan
menggunakan hewan gembalaan maka pengelola jalan tidak perlu repot-repot
memotong rumput, rumput sudah ada pemotongnya yang alami sekaligus
menyuburkannya. Demikian pula para pengelola lapangan golf.
Intinya
adalah tinggal faktor kemauan kita untuk berfikir serius dalam mengatasi
ketimpangan dalam konsumsi daging yang bisa melemahkan generasi tersebut di
atas.
Sosialisasi
konsep menggembala ini harus kembali menjadi ‘pelajaran’ bagi generasi kini dan
nanti, ini sunnah para nabi – mengapa kita tidak berusaha mengikutinya ? Empat
pasang hewan ternak tersebut memang diturunkan Allah untuk kita, mengapa kita nyaris tidak kebagian ?
Sumber: geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment