1 Jam Ekstra, Agar Allah Tertawa…
Wednesday, May 14, 2014
0
comments
Oleh : Muhaimin Iqbal
Para pekerja di Jakarta dan
sekitarnya rela menambah jam kerja mereka beberapa jam di pagi hari dan
beberapa jam di malam hari, sekedar untuk pergi dan pulang kerja. Jutaan orang
melakukan ini dan tanpa disadari sudah berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun
terakhir, mereka terpaksa melakukannya karena
harus mencapai tempat kerjanya tepat waktu - di tengah kemacetan jalan
yang terus memburuk. Seandainya saja mereka sukarela meluangkan waktunya 1 jam
ekstra di jam yang lain, akan bisa jadi berbeda hasilnya bagi umat ini.
Satu jam ekstra ini adalah
waktu sahur untuk sholat malam, waktu terbaik untuk berdo’a dan waktu terbaik
untuk mendekatkan diri kepadaNya. Bila kita rela membuang waktu kita beberapa
jam setiap hari di jalan raya, mengapa tidak melakukannya secara sukarela
menggunakan 1 jam saja di waktu sahur untuk bangun , sholat dan berdo’a ?
Satu jam untuk sholat malam
adalah waktu yang cukup untuk bisa menikmati raka’at-raka’at dan sujud-sujud
panjang dalam 11 raka’at shalat malam kita. Waktu yang cukup untuk
mengungkapkan segala kegalauan hati kita kepadaNya, memohon pertolongan dan
solusi atas segala permasalahan hidup kita hanya kepadaNya.
Pada umumnya kita rela
bangun lebih pagi dan pulang lebih malam untuk bisa memenuhi disiplin kerja
kita di kantor, sebagai imbalannya kantor kita menjanjikan gaji bulanan bagi
kita dan karir untuk masa depan kita. Tetapi kantor kita bisa saja tidak
memenuhi janji tersebut – tergantung kondisi perusahaan atau instansi tempat
kita bekerja.
Di lain sisi ada yang
menjanjikan satu jam ekstra kita dengan janji yang pasti dipenuhi, dan bukan
hanya janji untuk kepentingan dunia tetapi bahkan sampai akhirat kita – jaminan
karir dunia akhirat ! Karena yang berjanji adalah Dia Yang Maha Menepati Janji.
Janji ini dikabarkan antara
lain melalui hadits berikut :
"Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang
muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu,
maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap
malam." (HR. Muslim)
Dalam sejarah banyak
contoh-contoh fenomenal yang menunjukkan telah dipenuhi janjiNya kepada
orang-orang yang secara konsisten melakukan sholat malam. Salahuddin Al-Ayyubi
berani berangkat menaklukkan (kembali) Jerusalem dan berhasil – setelah dia dapati pasukannya melakukan
shalat malam di tenda-tendanya.
Muhammad Al-Fatih tidak
pernah meninggalkan sholat malamnya sejak dia baligh, sekitar separuh dari
pasukannya-pun melakukan hal yang sama. Hasilnya adalah penaklukkan
Constantinople dengan strategi perang yang tidak terbayangkan sebelumnya –
bahkan sulit diulangi untuk jaman modern ini sekalipun.
Kita memang tidak sedang
berperang secara fisik melawan siapapun kini, tetapi justru itulah umat ini
sedang ‘kalah’ dalam berbagai ‘medan peperangan’ yang bersifat systematis. Kita
sedang ‘kalah’ dalam peperangan pemikiran dan budaya, sehingga sebagian kita
harus bekerja dengan irama yang membuatnya sulit untuk bisa sholat lima waktu
dengan khusu’ dan tepat waktu. Bagaimana bisa sholat tepat waktu dengan khusu’
bila waktu adzan magrib dan isya’ masih di tengah kemacetan lalu lintas ?
Kita ‘kalah’ dengan system
kapitalisme ribawi yang mendominasi perekonomian kita, sehingga untuk urusan
jaminan sosial dan jaminan kesehatan para pekerja – mereka dipaksa secara hukum
untuk menerima yang riba.
Kita ‘kalah’ dalam perang
ekonomi dimana sekitar separuh penduduk negeri ini berdaya beli kurang dari US$
2 per hari, padahal ini baru sekitar 1/5 dari standar nishab zakat yang 40 ekor
domba !
Ironinya kita juga ‘kalah’
dalam system demokrasi – yang seharusnya yang banyak yang menang, tetapi umat
muslim yang banyak di negeri ini kok tidak bisa menang ? bahkan demokrasi telah
menjadi tragedi yang memecah belah umat menjadi golongan yang sekecil-kecilnya.
Umat bukan hanya dipecah antar partai, bahkan dalam satu partai-pun para
pendukung caleg A bisa berpecah dengan pendukung caleg B. Jama’ah sholat di masjid-masjid-pun menjadi
kaku hubungan antar sesamanya di musim pemilu, karena sebagian mendukung partai
A dan sebagian yang lain Golput atau mendukung partai lain.
Dalam skala pribadi-pun kita
lebih banyak ‘kalah’ dengan system yang ada, ketika kita berusaha membangun
usaha yang bebas riba, riswah dan sejenisnya. Kita sering ‘kalah’ ketika
berusaha membangun lingkungan kerja yang bersih dari apa-apa yang tidak
diridloiNya.
Maka banyak sekali
‘peperangan-peperangan’ yang masih harus kita menangkan, sedangkan kita amatlah
lemah kecuali bila kita bisa menghadirkan pertolonganNya. Sholat malam adalah
salah satu jalan yang kita semua bisa tempuh
untuk menghadirkan pertolonganNya itu.
Perencanaan kita terbatas
dan usaha kita-pun sulit untuk bisa maksimal, maka hanya kehadiran
pertolonganNya-lah yang bisa menyempurnakan segala usaha kita. Bila untuk ini
diperlukan 1 jam ekstra di waktu sahur, apakah terlalu berat ?
Apakah terlalu berat untuk
misalnya membiasakan bangun dan sholat malam sekitar jam 3 dinihari untuk satu
jam saja, sedangkan kita punya begitu banyak waktu tidur di jam-jam yang lain ?
Kita bisa tidur dalam perjalanan pergi dan pulang kantor selama berjam-jam.
Kita bisa juga membiasakan tidur satu jam lebih awal dari biasanya agar nanti
bisa bangun jam 3, dan berbagai cara lain yang bisa kita tempuh untuk
mendapatkan waktu 1 jam ekstra yang amat sangat berharga tersebut.
Bukan hanya berharga untuk
kehidupan kita di dunia tetapi juga yang lebih utama tentu untuk kehidupan kita
di waktu yang tidak terbatas – yaitu di akhirat nanti. Sholat malam kitalah yang insyaAllah bisa membuat
Allah tertawa, dan bila Allah tertawa pada kita selagi hidup di dunia –
insyaAllah kita tidak akan dihisabnya di akhirat kelak. Dalilnya adalah dua
hadits berikut :
“Ketahuilah, sesungguhnya
Allah tertawa terhadap dua orang laki-laki: Seseorang yang bangun pada malam
yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudhu’ dan melakukan shalat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada para Malaikat-Nya, 'Apa yang
mendorong hamba-Ku melakukan ini?' Mereka menjawab, 'Wahai Rabb kami, ia
melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu dan takut dari apa yang
ada di sisi-Mu pula.' Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku telah memberikan
kepadanya apa yang ia harapkan dan memberikan rasa aman dari apa yang ia
takutkan.” (HR. Ahmad).
Dari Nu’aim bin Hammaar :
“Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam : “Syuhadaa’ apa yang paling utama ?”. Beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallambersabda : “Orang yang apabila masuk di barisan perang/jihad, maka mereka
akan memfokuskan wajah-wajah mereka hingga terbunuh. Mereka itulah orang-orang
yang pergi menempati kamar-kamar di surga yang tinggi. Rabb mereka tertawa
kepada mereka. Dan apabila Rabb mu tertawa kepada seorang hamba di dunia, maka
ia kelak tidak akan dihisab.”” (HR. Ahmad).
Mari kita luangkan 1 jam di
malam hari untuk membuat Allah tertawa selagi kita hidup di dunia ini, agar
kita juga bisa terus tertawa di dunia ini sampai akhirat nanti. Kita sudah rela
membuang waktu kita berjam-jam setiap hari untuk berbagai aktivitas kita yang
lain, mengapa tidak meluangkan yang 1 jam di waktu sahur ini untuk beribadah
dan memohon pertolonganNya ? InsyaAllah kita bisa !
Sumber:
geraidinar.com
Penulis
adalah alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
0 comments:
Post a Comment