Negeri Separuh Perjalanan…
Sunday, May 11, 2014
0
comments
Oleh : Muhaimin Iqbal
Ibarat kafilah besar yang sedang
melakukan perjalanan panjang, negeri ini sedang berada di tengah perjalanannya
baik dari sisi ruhiyah maupun dari sisi jasadiyahnya. Mayoritas penduduknya
sudah ber-Islam tetapi belum sampai pada derajat keimanan dan ketakwaan yang
akan membuatnya berhak atas janji Allah, berupa keberkahan dari langit dan dari
bumi (QS 7:96). Bumi yang dikaruniakan ke kita bukan bumi yang mati (QS 36:33),
tetapi kita juga belum sampai pada posisi negeri Baldadun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafuur – yang penduduknya bisa makan dari hasil bumi negeri ini sendiri (QS
34:15).
Di tengah perjalanan ini kita perlu
memilih pemimpin (lagi), lantas siapa yang mestinya layak untuk memimpin di
sisa perjalanan yang masih sangat panjang ini ?
Logikanya ya (calon) pemimpin yang tahu
arah perjalanan yang akan ditempuh, dan tahu pula perbekalan yang diperlukan
untuk syarat bisa diselesaikannya perjalanan panjang ini.
Untuk bekal ruhiyah, pemimpin perjalanan
harus bisa meyakinkan rakyat yang dipimpinnya bahwa yang ditempuh perjalannya
adalah ke arah yang benar. Rakyat yang sudah ber-Islam ini harus diajak ke-arah
ber-Iman. Yaitu menjadikan rakyat (dan tentu saja pemimpinnya sendiri)
orang-orang yang tidak lagi ragu-ragu dengan segala petunjukNya (QS 49 : 14-15).
Untuk bekal jasadiyah, pemimpn perjalanan
juga harus tahu kondisi perbekalan yang sudah kita miliki seperti apa dan tahu
pula bagaimana melengkapinya – agar perjalanan ini bisa bener-bener sampai pada
tujuannya. Bagian perbekalan yang sudah
kita miliki adalah bagian dari janji Allah berupa negeri yang hujannya turun
secara melimpah sehingga menjadi negeri hijau royo-royo penuh pepohonan (QS
16:10).
Perbekalan yang masih harus kita penuhi
adalah tugas-tugas kita untuk memakmurkan bumiNya ini ( QS 11 : 61).
Banyak tugas-tugas detil yang masih
perlu kerja keras kita semua untuk melakukanannya, tetapi Alhamdulillah tugas-tugas tersebut sudah
dilengkapi petunjukNya yang sangat jelas – how to do it !
Kita ambilkan dua ayat berikut sebagai
contoh :
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan
dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya
(menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada di tempat itu kamu menggembalakan
ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma,
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16 :
10-11)
PeranNya sudah Dia selalu lakukan yaitu
menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman. Peran kita yang belum kita laksanakan
yaitu menggembalakan ternak di tempat turunnya hujan dan ditempat tumbuhnya
tanaman. Bahkan di -ayat lain ( QS 6:143-144) kita juga sudah diberi tahu
urut-urutan prioritas ternak yang harusnya
kita gembalakan ini. Lebih jauh lagi contoh soal terapannya juga sudah
diberikan oleh seluruh para Nabi.
Maka tugas spesifik kita inilah yang
harus kita lakukan, dan bila kita sudah benar-benar melakukan nantinya – Allah
akan meneruskannya dengan dengan lanjutan peranNya di ayat 16 :11 tersebut di
atas. Bagaimana kalau tugas yang bagian
kita tersebut tidak kita lakukan ?, ya seperti kondisi kita sekarang inilah
jadinya.
Sudah 69 tahun kita melakukan perjalanan,
mendekati tujuan-pun kita belum. Di bumi yang hujannya melimpah dan semua tumbuh-tumbuhan
hidup, kita masih belum bisa mencukupi kebutuhan pangan kita sendiri. Bahkan
konsumsi daging kita baru mencapai sekitar ¼ dari rata-rata konsumsi daging
dunia !
Nah mumpung sekarang pemimpin kafilah
perjalanan ini akan berganti (lagi), mustinya menjadi kesempatan bagi kita
semua untuk memperoleh pemimpin yang tahu betul tentang arah perjalanan ini
yang seharusnya, tahu betul tentang perbekalan ruhiyah maupun jasadiyah yang
amat sangat diperlukan agar perjalanan ini sampai kepada tujuannya.
Tetapi bagaimana kalau dari calon-calon
pemimpin kafilah yang ada belum nampak ada tanda-tanda bahwa dia tahu arah
perjalanan ini, bahwa dia tahu perbekalan yang dibutuhkan ? ya sebenarnya
mereka belum layak memimpin. Yang layak memimpin sesungguhnya juga sudah jelas,
dia haruslah orang yang beriman dan beramal shaleh (Qs 24 :55). Iman merupakan
kekuatan bekal ruhiyah, sedangkan amal shaleh merupakan kekuatan perbekalan
jasadiyah.
Tetapi masalahnya di perjalanan panjang
kafilah negeri ini bukan pemimpin semacam ini yang akan hadir paling tidak
untuk sementara ini, yang akan hadir adalah yang dipilih rame-rame tanpa harus
memperhatikan keimanan maupun amal shalehnya. Artinya salah kita sendiri bila
dengan sengaja kita memilih pemimpin tanpa pertimbangan kekuatan bekal ruhiyah
dan jasadiyah !
Maka apa yang bisa kita lakukan ? mutung
tidak ikut perjalanan kafilah besar ini ? Masih banyak yang bisa kita lakukan.
Kita bisa berada dalam perjalanan kafilah besar ini, tetapi dari waktu kewaktu kita harus rajin
membaca peta perjalanan – dan teriak keras mengingatkan pemimpin perjalanan
bila dia melenceng.
Berada di dalam kafilah perjalanan tidak
berarti menerima tanpa syarat kemanapun
kafilah dibawa oleh para pemimpin perjalanan. Bila dia mau mengajak kita masuk
jurang, masak kita juga ngikut saja ? pengikut perjalanan harus berani teriak
mengingatkan dan ketika kereta pemimpin yang di depan bener-bener nyungsep ke
jurang, pengikut harus bisa melompat menyelamatkan diri.
Atau ada alternatif lain, kita tidak ikut
rombongan perjalanan kafilah tersebut. Kita menempuh perjalanan sendiri dalam
rombongan lain, membaca petunjuk jalan yang benar kemudian menempuhnya secara
sungguh-sungguh. Dari waktu kewaktu kemudian kita juga masih bisa berinteraksi
dengan kafilah yang besar tersebut, dengan memberitahu mereka bila perjalanan
yang mereka tempuh keliru. Dari waktu ke waktu ‘Pak Kyai’ akan hadir di ‘Sidang
Kabinet’ mereka insyaAllah !
Note :
Tulisan ini adalah jawaban saya atas
banyaknya pertanyaan pembaca tentang sikap politik saya, mudah-mudahan bisa
diterima.
Sumber: geraidinar.com
0 comments:
Post a Comment