Wawancara dengan Pengunggah Video Kristenisasi di Car Free Day Jakarta
Thursday, December 4, 2014
0
comments
Siapakah
pengunggah video kristenisasi di car free day Jakarta yang sempat heboh
beberapa waktu lalu? Jika Anda coba mengunjungi situs Youtube dan melihat video
yang diunggah, Anda akan mendapatkan statistik bahwa video tersebut telah
ditonton lebih dari 1,8 juta kali. Tetapi siapakah pengunggah video itu? Dia
adalah Rateka Winner Lee atau lebih akrab dipanggil Rateka. Pria keturunan Cina
telah menunjukkan kepeduliannya terhadap agamanya, meski bukan seorang ulama. Silakan
simak wawancara Rateka dengan wartawan Republika.
Bagaimana Anda dibesarkan dalam
keluarga?
Saya
anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah saya asal Palembang. Dia Cina Buddha yang
menjadi mualaf. Ibu saya Sunda dan Muslim. Ayah pengusaha onderdil mobil. Saya dilahirkan
di Surabaya kemudian pindah ke Tangerang karena ayah beli rumah di sana.
Apa latar belakang pendidikan Anda?
Saya
sempat kuliah di jurusan film Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Tapi enggak
selesai. Saya berhenti setelah dua tahun. Solanya enggak cocok sama
lingkungannya. Setelah itu, saya mulai fokus ke dunia jurnalistik dan buat
usaha sendiri.
Anda sempat sekolah di SD dan SMP
Kristen?
Awalnya
dari kakak saya. Waktu ayah saya cari SD, dia sebenarnya ingin kakak sekolah di
Al Azhar. Tapi, waktu itu bayarannya mahal sedangkan ayah saya tak punya biaya.
Terus ada juga Tarakanita mau kasih beasiswa buat kakak saya. Jadilah dia
sekolah dengan biaya yang rendah. Akhirnya saya pun ikut sekolah di sana. Karena
awalnya sekolah di Tarakanita, saya pun melanjutkan SMP di Strada. Cuma SMA
saya pilih negeri.
Sekarang masih jadi wartawan?
Ya. Saya
punya media RTK Channel di Youtube. Channel saya itu fokus pada gadget karena
dari dulu memang hobi saya. Kalau lihat background pekerjaan juga memang masih
seputar gadget.
Pernah di media mana saja?
Macam-macam.
Dari fotografer di Studio 35 Cileubut, Media Treasure, Tabloid SMS, Info
Cileubut, Tabloid Pulsa, yangcanggih.com, banyaklah.
Di mana Anda bersentuhan dengan Islam?
Saya
sempat ikut-ikutan rohis (rohani Islam) waktu masih di SMA, tapi Cuma sebentar.
Di IKJ juga saya ikutan komunitas masjid Amir Hamzah. Terus saya juga ikut
liqo-nya PKS waktu 2004. Tapi, itu motifnya politik karena saya tertarik
PKS-nya, bukan agamanya. Juga PKS dulu kan terkenal partai paling bersih dari
korupsi. Cuma saya berhenti karena labil.
Sekarang Anda berafiliasi dengan
organisasi apa?
Tidak
ada. Saya ngurus RTK Channel saja. Enggak ada organisasi apapun.
Soal video kristenisasi di Car Free Day,
apakah itu dibuat terencana?
Saya
buat spontan. 2 November itu saya liputan jofi (joget selfie)-nya Smartfren. Saya
di Bundara HI dari Subuh. Saat saya sedang di belakang panggung, muncul
sekelompok relawan mau menyumbangkan performance. Mereka ngakunya dari kelompok
kebangsaan. Di panggung, mereka nyanyi sambil joget. Tapi, liriknya khas,
seperti Indonesia diselamatkan, Indonesia diberkati.
Kemudian Anda langsung merekam?
Belum.
Saya baru sadar setelah adanya bagi-bagi kalung dengan simbol merpati dan
tulisan ‘I am saved’. Terus bagi-bagi
susu dan biskuit. Objeknya perempuan berjilbab dan anak-anak. Ada mbak-mbak
kerudung lalu mengingatkan ke orang yang menerima. Itu upaya kristenisasi. Dia bukan
tim kami. Saya pun bilang ke produser saya, gimana kalau kita balik lagi minggu
depan. Soalnya kita harus kasih peringatan.
Di mana Anda mulai reportase?
Di
Kedubes Jepang, waktu lihat banyak anak-anak main sepeda yang pakai kalung
mereka. Saya geregetan lalu spontan langsung merekam dan kasih peringatan kalau
ada misi tertentu di balik bagi-bagi kalung dan biskuit itu. Terus terbukti dengan adanya seorang nenek pengemis diajak
percaya Yesus. Itu sudah sangat jelas.
Respon soal video ini sangat keras?
Sejak
awal saya sudah bilang sama produser. Siap-siap ini bakal ramai dan urusannya
panjang. Tapi, saya harus siap. Di Youtube pun saya sudah share twitter dan
facebook dan siap dengan segala konsekuensi.
Di Youtube banyak juga yang nantang berkelahi satu lawan satu, ada yang
bilang mau nabrak saya sampai mati. Tapi alhamdulillah semua nggak terjadi.
Ada yang bilang video ini settingan dan
rekayasa?
Macam-macam
komentarnya. Ada yang bilang ini video amatir yang dibuat seprofesioal mungkin.
Ada juga yang mempertanyakan soal kualitas Dolbi video ini, padahal semua video
saya pakai standar Dolbi. Sekarang saya balik tanya, sebagus apa sih video ini
sampai dibilang settingan.
Ini bisa menimbulkan gesekan antarumat
beragama?
Harusnya
sih enggak yah. Karena yang saya kritik caranya. Saya enggak akan masalah kalau
mereka bawa Bibel dan bilang ini upaya penginjilan. Tapi, ini kan terselubung
dengan cara-cara yang tidak disadari orang.
Apakah Anda juga diajarkan kristenisasi
di sekolah?
Tidak.
Justru di Tarki dan Strada, kami diajarkan untuk bertenggang rasa. Murid-murid
itu dilarang untuk jajan di luar waktu jam istirahat saat puasa. Alasannya demi
menghormati umat Islam. Saya pun waktu shalat jumat diminta untuk mencatat
lengkap khotbah dari khatib supaya tidak sekadar ibadah.
Setelah video Anda muncul, banyak
aktivitas dakwah di Car Free Day. Apa bedanya dengan kristenisasi itu?
Saya
pernah bilang kalau akan ada aksi tandingan yang buka-bukaan setelah ini. Memang
ada dakwah Islam di sana. Tapi, kan tidak terselubung. Ceweknya juga
berkerudung. Dan organisasinya juga jelas-jelas bilang kalau dari Islam. Tapi,
bedanya kalau kita di Islam kan diajarkan tak ada paksaan dalam beragama. Jadi,
jangan takut. Enggak akan ada orang dari agama lain yang dipaksa baca syahadat.
Anda ikut serta di sana?
Tidak.
Saya Cuma ikut nge-share.
Pesan Anda untuk umat Islam?
Pertama,
Anda tidak perlu jadi orang alim untuk bisa peduli sama agama. Meskipun Anda
brengsek, kalau sudah menyangkut agama harus maju. Kedua, jangan pandang
sebelah mata pengemis. Ketidakpedulian kita sama mereka ternyata dimanfaatkan. Padahal,
potensi zakat kita kan besar dan kita sudah diajarkan untuk menyisihkan 2,5
persen harta kita. Terakhir, untuk mengingatkan ada bahaya itu, bisa share
video saya.
(diketik ulang dari Harian Republika, rubrik
Khazanah edisi Kamis (4/12/2014)
0 comments:
Post a Comment