Catatan Menuju Musywil PWPM : Muhammadiyah, Matahari untuk Kaum Miskin
Saturday, January 26, 2019
0
comments
(
“Djadi seolah-olah dasarnja pertolongan
daripada Moehammadijah b/g PKO itoe soeatoe soember (mata air) pertolongan jang
djernih lagi bersih, terletak di seboeah tempat jang bisa didatangi oleh segala
orang tidak memandang bangsa dan Agama.” (Penggalan dari asas Penolong
Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang didirikan pada 1923)
Said Tuhuleley, seorang kader
Muhammadiyah yang lama berkecimpung di bidang pemberdayaan masyarakat
menguraikan pandangannya tentang pasang surut fokus Muhammadiyah dalam
menyantuni kaum miskin. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Kyai Dahlan ingin
agar ajaran Islam yang terkandung dalam Surat Al Maun benar-benar diamalkan
secara nyata oleh para muridnya.
“1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama? 2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak mendorong
memberi makan orang miskin.”
Saat seorang murid mengungkapkan kenapa
pelajaran tentang surat Al Maun diulang-ulang padahal mereka sudah paham, Kyai
Dahlan melontarkan satu pertanyaan yang menghentak kesadaran. “Sudahkah kalian
amalkan?” Kemudian ajaran Al Maun pun diwujudkan dalam amal nyata secara
bersama-sama.
Sejak awal berdiri, Muhammadiyah dekat
dengan kaum miskin, anak yatim dan golongan kurang beruntung lainnya. Lahirnya Penolong
Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada 1923 semakin menegaskan kiprah Muhammadiyah
dalam membantu kaum miskin. PKO berawal dari inisiatif HM. Sudjak untuk
menyediakan klinik kesehatan bagi para dhuafa. Maka pada 15 Februari 1923
dibuatlah klinik di Jagang Notoprajan. Kemudian terus berkembang dan dipindahkan
ke Jalan Ngabean No.12 B Yogyakarta
(sekarang Jalan K.H. Ahmad Dahlan).
Namun menurut Said Tuhuleley, terjadi
pergeseran fokus dalam gerakan Muhammadiyah, apalagi setelah PKO diterjemahkan
ulang menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) pada era 1980-an. Perubahan ini
seolah ikut mengikis ruh kepedulian kepada kaum miskin. Sehingga gerak langkah
Muhammadiyah seolah meninggalkan akarnya sebagai pemberdaya kaum miskin,
berbelok arah menjadi pengelola amal usaha sebagai industri jasa yang lebih mengejar
profit.
Untunglah pada Muktamar ke 44 di Jakarta,
tumbuh kesadaran untuk mengembalikan Muhammadiyah ke jati diri gerakan
sebagaimana dirintis Kyai Dahlan. Dengan dimotori Dr. Moeslim Abdurrahman dan
kawan-kawan, Muhammadiyah memberikan perhatian khusus kepada buruh, tani dan
nelayan. Gerakan ini hingga kini terus digulirkan melalui Majelis Pemberdayaan
Masyarakat (MPM).
Menilik sejarah tersebut, sudah
sepatutnya pimpinan, kader dan warga persyarikatan Muhammadiyah untuk melihat
kembali apakah dalam program, langkah dan gerakan yang dijalankan saat ini
selaras dengan cita-cita luhur Kyai Dahlan: Membantu kaum miskin!
Kita bisa belajar dari kisah Drijowongso,
sekretaris Bagian PKO Muhammadiyah yang mendampingi Kyai Suja’. Sebelum aktif
di Muhammadiyah, Drijowongso yang berasal dari Sidoarjo ini dikenal sebagai
buruh tebu. Pergaulan dan lingkungan membuatnya lebih cenderung berpikiran
sekuler. Merasa tertindas oleh kekuasaan kolonial ia terlibat dalam aksi protes,
dan kemudian ditangkap Belanda. Drijowongso harus mendekam di penjara selama
satu setengah tahun di Magelang.
Ia mendengar kiprah Muhammadiyah. Ia pun
mengirimkan surat kepada Muhammadiyah agar bersedia merawat anak dan istrinya.
Muhammadiyah menyambut permintaan itu, melalui Siti Moendjijah, adik kandung
Haji Fachrodin, istri dan anak Drijowongso diajak ke Yogyakarta. Selepas dari
penjara, Drijowongso langsung menuju ke Yogyakarta dan ia pun kaget saat
menemui istri dan anaknya. Sebab keduanya berpenampilan rapi dan terdidik.
Muhammadiyah telah menunaikan permohonannya dengan baik.
Begitulah, dan kita ingin agar
Muhammadiyah tetap dekat dengan kaum miskin. Menjadikan pemberdayaan masyarakat
sebagai ruh dalam setiap aspek amal usaha yang dilakukan. Terus merawat
nilai-nilai kemanusiaan tanpa mengabaikan ajaran Islam. Semoga Muhammadiyah
mampu menjadi matahari untuk kaum miskin. [e] (Catatan menuju musyawarah
wilayah PWPM DIY Bag. 1)
0 comments:
Post a Comment