NU-Muhammadiyah Niaga (Numani) Antara Cita dan Realita
Sunday, November 11, 2012
0
comments
Kabar berdirinya Numani
terus menyebar. Bahkan harian Republika pernah menurunkan laporannya.
Keberadaan Numani memang unik. Usaha niaga yang sekarang bergerak dalam bidang
katering makanan ini berada di Sleman bagian barat. Di saat Muhammadiyah dan NU
kerap berselisih pendapat tentang beberapa hal. Utamanya masalah hisab-rukyat
ketika menjelang Idul Fitri, tetapi kemudian kompak lagi saat Idul Adha.
‘Kebencian’ sebagian kalangan antara Muhammadiyah-NU memunculkan beberapa
tindakan lucu dan di luar nalar.
Misalnya ketika,
saudara-saudara di NU lebih nyaman berobat ke rumah sakit non muslim ketimbang
ke PKU Muhammadiyah yang menerapkan perawatan secara Islami. Ketika Majelis
Tarjih Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram tentang rokok, sebagian tokoh NU
justru mendukung rokok. Dan beberapa hal lain yang memang secara fikih berbeda
pandangan.
Maka kehadirang Numani,
seperti mata air yang menyejukkan. Jika di bidang fikih susah disatukan,
setidaknya bisa bersatu dalam hal muamalah. Demikian kata seorang tokoh.
Lahirnya Numani, juga tak lepas dari usaha memberi alternatif bagi umat akan
jaminan kehalalan dalam penyediaan jamuan dalam hajatan. Selama ini memang
penyediaan katering di Sleman barat utamanya di Kecamatan Minggir banyak
dilayani oleh usaha katering non-muslim yang di rumahnya saja memelihara
anjing.
Konon, sekarang pemasaran
Numani telah menembus sampai ke DPRD Sleman. Tentu saja dengan dukungan
Muhammadiyah-NU, kepakan sayap Numani akan kian lebar. Di balik itu, ternyata
ada cerita tak sedap yang juga berkembang menyertai Numani. Seperti kualitas
makanan yang di bawah standar, dan ini dialami beberapa kali oleh pelanggan.
Resiko mengandalkan konsumen ‘fanatis’ memang terkadang menjadikan pengusaha
melalaikan segi kualitas. Padahal hanya dengan kualitas, ‘fanatisme’ akan
terjaga. Konsumen tentu akan lebih mengutamakan kualitas.
Hal lainnya adalah
benih-benih ketidaksepahaman dalam bidang fikih akan mudah menyulut kemana
saja, termasuk ke bidang muamalah. Jika hal ini tidak dikelola dengan baik. Sehingga
pengelola Numani harus bijak dan menjaling komunikasi yang efektif kepada NU-Muhammadiyah.
Cita untuk mewujudkan sebuah
usaha yang maju sekaligus menjembatani kerukunan NU-Muhammadiyah patut
diberikan apresiasi dan dukungan. Tetapi menjaga kualitas produk dan menjaga
kekompakan harus tetap menjadi prioritas. Agar tak menambah panjang daftar
usaha umat Islam yang gagal lantaran pengelolaan yang tak serius. [eko]
0 comments:
Post a Comment