“Terus Gue Harus Bilang Wow Gitu?” (Pemuda Muhammadiyah Investasi Sengon)
Monday, November 12, 2012
0
comments
UNGKAPAN ini mewabah di
kalangan anak muda Jakarta untuk menggambarkan situasi seorang yang kalah namun
berat untuk mengakui kelebihan pesaingnya. Bayangan saya orang terkaya no 3 dunia Warren Buffett yang dianggap ‘dewa’-nya
investasi Barat – juga akan bilang “Terus Gue Harus Bilang Wow Gitu?”
seandainya dia membaca tulisan saya tanggal 19/09/2012, yang mengungkapkan
bahwa ternyata sejak 6 tahun terakhir
tidak pernah sekalipun investasi yang dikelolanya bisa mengalahkan
diam-nya emas.
Bahkan bukan hanya Warren Buffett sebenarnya yang harus dengan berat hati mengakui keunggulan emas ini, tetapi juga seluruh pemain di bursa saham dunia. Perhatikan grafik Dow Jones di bawah sebagai buktinya.
Untuk bursa saham saya
ambilkan data 10 tahun terakhir Dow Jones
Industrial Average (DJIA), yaitu index yang paling banyak dirujuk di dunia.
Sepuluh tahun lalu, DJIA itu berada pada kisaran angka 7,850. Saat ini DJIA itu
berada pada kisaran 13,610 atau mengalami peningkatan 73 %.
Sebagai pembanding saya
gunakan grafik harga emas yang saya ambilkan dari datanya Kitco – juga
merupakan referensi yang paling banyak dirujuk. Kinerja emas pada periode yang
sama dapat dilihat pada grafik di bawah.
Sepuluh tahun lalu harga
emas berada di kisaran angka US$
320/Ozt, kini harga emas itu berada pada kisaran angka US$ 1,780/Ozt atau
mengalami pertumbuhan lebih dari 450 %.
Dengan perbandingan ini,
lagi-lagi saya tidak bermaksud men-discourage Anda yang berinvestasi di bursa
saham baik langsung maupun tidak langsung (melalui dana asuransi, unit link,
reksa dana dlsb). Kaidah umum dunia
investasi adalah jangan menaruh semua telur pada keranjang yang sama. Maka
sebagian tetap di saham dan produk-produk turunannya, kemudian mulai sebagian
kecil di emas terus bertambah sesuai dengan pemahaman dan pengalaman Anda.
Selain saham dan emas,
investasi di sektor riil hendaknya menjadi fokus utama. Bukan hanya sektor riil
ini memiliki dampak langsung pada penciptaan lapangan kerja dan juga
menggerakkan putaran ekonomi di sekeliling Anda – hasil investasi sektor riil
yang dikelola dengan baik umumnya juga lebih unggul, meskipun ada faktor resiko
besar dalam proses mengasah keterampilannya.
Sebagai contoh salah satu
investasi sektor riil itu saya ambilkan tanah yang ditanami tanaman sengon misalnya.
Diluar harga tanah biaya tanam sengon sampai panen ( 5 tahun) berkisar Rp
20,000 – Rp 30,000 per pohon. Setelah lima tahun dipanen harga pohon tersebut
berkisar antara Rp 200,000 s/d Rp 300,000/pohon atau memberikan hasil di
kisaran 900 % per lima tahun atau 1,800 % untuk 10 tahun. Katakanlah dikenakan
faktor resiko 50% sekalipun, maka hasil ini masih akan berada di kisaran 900 %
atau masih 12 kali lebih tinggi dari saham-saham di DJIA dan masih di kisaran
dua kali lebih tinggi dari apresiasi emas.
Bagaimana dengan faktor
biaya tanah? Selain hasil dari panenannya, tanah yang produktif akan memiliki
nilai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang terlantar. Jadi tanahnya
sendiri juga merupakan investasi yang tidak kalah menariknya bila dia bener-bener
diproduktifkan. Belum dampak lain yang tidak ternilai dengan uang seperti
mengamankan cadangan air jangka panjang, menunjang ketersediaan udara bersih,
lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, dlsb.
Kalau saja Warren Buffett
dan orang-orang sebangsanya yang terbiasa berinvestasi di dunia finansial,
saham dan sejenisnya itu adalah anak-anak muda Jakarta – kemudian mereka mau
jujur mengakui kinerja emas dan juga kinerja sektor riil seperti contoh sengon
tersebut di atas – mungkin mereka akan serentak berucap “Terus Gue Harus Bilang
Wow Gitu ?”.
______________________________
Oleh:
Muhaimin Iqbal
Direktur
Gerai Dinar dan Kolumnis Hidayatullah.com
Lulusan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Selasa,
09 Oktober 2012
dengan penambahan judul
Sumber:
Hidayatullah.com
0 comments:
Post a Comment