Mewaspadai Virus Liberal di Muhammadiyah
Tuesday, December 4, 2012
0
comments
Penganut
faham liberal di Muhammadiyah mulai menampakkan taring. Melalui berbagai
pemikiran yang dituangkan di beberapa jurnal dan buku, mereka berusaha melibas
sendi-sendi faham keagamaan Muhammadiyah.
Faham
keagamaan Muhammadiyah yang merupakan hasil kesepakatan dan musyawarah
setingkat Muktamar, Tanwir, dan persidangan lainnya itu, bagi mereka tidak ada
artinya. Bahkan semua itu dianggap kolot, literal, dogmatis, dan sederetan
penghinaan dan pelecehan lainnya.
Mereka
mengklaim diri sebagai kelompok Liberal, sementara yang menentang dan
menghalang-halangi mereka dituduh sebagai kelompok Literal. Mereka klaim
dirinya Inklusif, sementara yang tidak setuju dengan pemikiran mereka dicap
sebagai eksklusif. Mereka mengaku sebagai pemikir kontekstual, sedangkan yang
lain diberi label dogmatis, dan sederetan label, symbol, dan cap yang mereka
taburkan (baca “SM” no. 04 Februari 2004). Seakan merekalah pemilik kecerdasan,
dan orang lain dianggap bodoh, dungu, dan jumud.
Kenapa
Muhammadiyah tidak boleh melakukan interpretasi atau menafsirkan ajaran-ajaran
Islam menurut yang diyakini warga Muhammadiyah? Mengapa Muhammadiyah tidak
boleh membentuk kultur ala Muhammadiyah sendiri? dan kenapa Muhammadiyah
dipaksa untuk berfaham Liberal? Mengapa mereka rusak kedamaian dan ketenangan
yang selama ini telah dinikmati oleh warga Muhammadiyah?
Menanggapi
realitas yang memilukan ini, Dr H M Hidayat Nur Wahid, anggota MTDK PP
Muhammadiyah, di sela-sela acara International Congres of Islamic Scholars
(23/02) di Jakarta (berita ini diposting tahun 2010_red), mengatakan bahwa
menurut pandangan Barat, ada tiga tipikal umat Islam di Indonesia, yaitu
Moderat, Fundamental dan Liberal. Dan selama ini, Muhammadiyah dan NU dikenal
sebagai kelompok moderat.
Hidayat
lalu mempertanyakan kenapa kelompok liberalis memaksakan kehendaknya untuk
merubah Muhammadi-yah menjadi Liberal. “Apakah mereka menginginkan semua orang
harus berfaham liberalis? Kalau ya, berarti mereka bukanlah Liberal benaran.
Kalau mereka Liberal benaran, seharusnya membiarkan saja kalau ada orang yang ingin
menjadi seorang Moderat atau seorang fundamental, terserah masing-masing saja.
Janganlah terlalu su`uzhan pada orang lain, itu tidak baik”.
Lebih
lanjut Hidayat Nur Wahid yang juga Presiden Partai Keadilan Sejahtera ini
mengatakan, “Jika sekiranya ada warga Muhammadiyah yang merasa tidak cocok lagi
dengan faham keagamaan yang telah diputuskan oleh organisasi terbesar di dunia
ini sebagai kebijakan organisasi, ya silakan saja tidak mengobrak-abrik
sendi-sendi keorganisa-sian Muhammadiyah. Kalau ingin mengibarkan bendera
Liberalis, tentunya tidak cocok dikibarkan dalam Muhammadi-yah, ya tahu
dirilah!” tegasnya.
Pandangan
senada juga disampaikan oleh Drs H M Goodwill Zubir, Sekretaris PP
Muhammadiyah. “Mereka yang ingin berkreasi dalam pemikiran dan ingin menjadi
orang maju, boleh-boleh saja. Tapi, janganlah diganggu Akidah Tauhid umat ini,
jangan dirusak rumah kita Muhammadiyah ini, dan jangan dipersulit umat dakwah
ini dengan pikiran-pikiran yang membingungkan”.
Lebih
lanjut Goodwill mengungkapkan bahwa menurut logika berpikir, orang-orang yang
mau bergabung dengan sebuah organisasi adalah mereka yang memiliki
kesamaan-kesamaan visi dan misi. Dan biasanya orang yang tidak setuju dengan
visi dan misi sebuah organisasi, maka dia memilih tidak akan masuk ke
organisasi tersebut. Muhammadiyah Sudah jelas tujuannya, yaitu untuk menegakkan
dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. “Masyarakat Islam yang benar itu adalah benar imannya, benar
ibadahnya, benar akhlaknya dan benar cara hidupnya. Dan patokan benar menurut
Muhammadiyah ialah Al-Qur`an dan As-Sunnah”, Demikian Goodwil Zubir.
Keberadaan
kelompok liberal di Muhammadiyah nampaknya cukup memprihatinkan. Mereka
sebenarnya hanya sedikit, tapi eksis di berbagai macam lembaga. Mereka aktif di
PSAP (Pusat Studi Agama dan Peradaban) Muhammadiyah, pada waktu yang bersamaan
mereka juga mendirikan Ma’arif Institute dan membentuk JIMM (Jaringan
Intelektual Muda Muhammadiyah). Tiga lembaga ini diurus sebagian besar oleh
orang yang sama, dan membawa misi yang sama.
Untuk
sekedar mengetahui bagaimana pola pikir yang mereka kampanyekan secara
terus-menerus, di antaranya mereka menolak ‘Dakwah kepada keimanan Tauhid’.
Dalam
buku Muhammadiyah Sebagai Tenda Kultural yang diterbitkan oleh Ideo Press &
Ma’arif Institute, Moeslim Abdurrahman, Direktur Eksekutif Ma’arif Institute
dalam pengantar editornya mengatakan, “menurut saya, “dosa” gerakan-gerakan
purifikasi Islam, mungkin yang harus disesali tidak hanya karena sejarahnya
yang ganas dan apriori terhadap seni dan budaya lokal. Tapi, yang lebih parah,
kalau seperti Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid ternyata menjadi jumud,
karena tidak mampu memperbarui kesadaran Islam yang lebih substansial dan
terbuka untuk memaknai bahwa dakwah bukanlah identik dengan propaganda iman,
melainkan, dakwah sesungguhnya adalah setiap kerja religius untuk peradaban dan
kemanusiaan”.
Pemikiran
tokoh liberalis yang juga “mentor” JIMM ini diperjelas lagi oleh anggota
pasukannya sendiri, sebagaimana ditulis pada buku yang sama (hal. 3-4): “Agama
seyogianya diajarkan secara kritis, objektif dan humanis. Karena penanaman
dogma pada hakikatnya merupakan bentuk pemaksaan keyakinan yang tak sesuai
dengan hak azasi manusia (HAM). Untuk itulah kiranya, tak perlu lagi adanya
kegiatan pengajaran atau bahkan misi dogmatis agama dalam arti yang mengajak
orang lain menuju jalan Tuhan tanpa pertimbangan-pertimbangan yang objektif dan
kritis. Dengan demikian siapapun yang berusaha mengajak, menyerukan atau
memobilisasi manusia ke dalam satu keyakinan agama, pada hakikatnya ia telah
memisahkan atau mengeluarkan agama tersebut dari jiwa manusia”.
Betapa
ngawurnya pemikiran ini, karena sudah jauh menyimpang dari Muhammadiyah sebagai
gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Pikiran Liberalis ini apabila
disebarkan dalam Muhammadiyah, maka dia akan memecah belah jama’ah, merusak
persatuan dan menghancurkan identitas Muhammadiyah. Dengan kata lain, Paham
Liberalis saat ini bagaikan Virus yang mulai menggerogoti tubuh Muhammadiyah.
Coba
kita bandingkan bagaimana konsep dakwah menurut Muhammadiyah. Tentang Keimanan,
Muhammadiyah berkeyakinan: “Hendaklah iman ditablighkan, disiarkan
seluas-luasnya, diberi riwayat dan dalil buktinya, dipengaruhkan dan
digembirakan, hingga iman mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam
di hati sanubari pada anggota Muhammadiyah semuanya”. (Lihat putusan Muktamar
Muhammadiyah 1940 dalam buku Muhammadiyah Jalan Lurus, yang sampai sekarang
belum dihapuskan).
Inilah
paham Muhammadiyah yang sebenarnya dan telah disepakati oleh Warga
Muhammadiyah, melalui forum musyawarah. Jadi Insya Allah kita tidak akan
berdosa kalau mengajak orang untuk beriman Kepada Allah SWT, bahkan merupakan
suatu amalan baik yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.
(Majalah Tabligh)
Sumber tulisan: dakwahkhusus.blogspot.com
Dengan sedikit perubahan
0 comments:
Post a Comment