Sedekah Sepuluh Ribu yang Mengharukan
Friday, January 11, 2013
0
comments
Sesungguhnya
Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur. QS. Al Baqarah : 243
Menjelang
Ramadhan tahun ini ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama
Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan
rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan.
Usai mereka
membayar semua barang belanjaan. Tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik
belanjaan. Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri
seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita
pengemis itu berkata kepada istri Budiman, “Beri kami sedekah, Bu!”
Istri
Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas
berjumlah 1000 rupiah.
Wanita
pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala ia tahu jumlahnya dan ternyata itu tidak
mencukup kebutuhannya, ia kemudian menguncupkan jari-jarinya dan ia arahkan
kearah mulutnya, kemudian ia memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia
mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke arah mulutnya. Seolah ia berkata
dengan bahasa isyarat, “Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan,
tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan.”
Mendapati
isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak
tangannya seolah berkata, “Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah
untukmu!”
Ironisnya
meski ia tidak menambahkan sedekahnya malah istri dan putrinya Budiman menuju
ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama
Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu
memang adalah tanggal dimana ia menerima gajian dari perusahaannya, karenanya
Budiman ingin mengecek saldo rekeningnya.
Ia sudah
berada di depan ATM. Ia masukkan kartu ke dalam mesin tersebut. Ia tekan
langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncullah beberapa digit angka
yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang
gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman
menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan
ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang
berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet.
Kemudian uang itu ia lipat menjadi kecil dan ia berniat untuk berbagi dengan
wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.
Budiman
memberikan uang itu. Lalu saat sang wanita melihat nilai uang yang ia terima
betapa girangnya dia. Ia berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada
Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan:
“Alhamdulillah…
Alhamdulillah… Alhamdulillah… Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki
berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan
batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa
rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga
tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”
Budiman
tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman
mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa
yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan
membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri
kecilnya, “Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga….!”
Deggg…!!!
Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh
berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian
mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan,
lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.
Budiman
masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi
dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya
pun mengetahui itu. “Ada apa Pak?” Istrinya bertanya.
Dengan suara
yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan:
“Aku baru
saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!”
Awalnya
istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman menyatakan bahwa ia memberi
tambahan sedekah kepada wanita pengemis, namun Budiman melanjutkan kalimatnya:
“Bu…, aku
memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah
berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku,
mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya
menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya
bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan
ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari
10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan
tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.
Bu…, aku
malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada
Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas
masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang
luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun
sedikitpun aku tak berucap hamdalah.”
Budiman
mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air
mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama
ini kurang bersyukur sebagai hamba.
Sumber: eramuslim.com [dengan pengubahan
judul]
0 comments:
Post a Comment