Aku Ingin Bersedekah
Wednesday, March 13, 2013
0
comments
Di Bontang, Kalimantan Timur ada sebuah perusahaan kaya
raya dengan fasilitas yang luar biasa bagi karyawannya. Penghasilan para
pegawainya berlipat-lipat dibanding dengan perusahaan swasta maupun nasional
lainnya. Tunjangan berupa rumah, mobil, pendidikan anak bahkan makan pun
diberikan. Beberapa kali saya berkunjung ke sana maka saya hanya berkomentar,
“Betapa beruntungnya mereka yang tinggal dan bekerja di tempat ini!” Mereka
hidup di sebuah komplek yang terisolir dari dunia Bontang. Pagar-pagar mereka kokoh
berdiri dan lengkap dengan petugas keamanan yang membuat komplek perumahan itu
terisolir dari dunia luar.
Penghasilan besar yang mereka dapat, -mungkin sebab sulit
untuk mendapatkan mustahik-, maka kewajiban zakat dan sedekah pun barangkali
tak tersalurkan. Namun meski demikian hal yang menjadi hak Allah adalah tetap
menjadi hak-Nya. Dimana suatu saat Dia pun akan menagihnya.
***
Sore itu saya diminta bersilaturrahmi dengan sebuah majlis taklim kaum ibu di sana. Tema
yang diminta membuat saya berpikir keras untuk mencari referensinya. BEROBAT
DENGAN SEDEKAH!!! “Darimana saya harus memulai…?” saya membatin.
Alhamdulillah atas izin Allah Swt ceramah pengantar yang
saya berikan terasa nikmat. Jangankan untuk mereka kaum ibu yang
mendengarkannya, saya sendiri saja merasakan kenikmatan itu. Rupanya Allah Swt
memberi keberkahan pada majlis kami saat itu. Tanpa terasa saya dapati beberapa
‘ilmu ladunni‘ yang Allah berikan. Sehingga saya belajar saat mengajar. Menjadi
mengerti bersama orang-orang yang mencari pemahaman.
Allah mewariskan ilmu yang diketahui seseorang, asalkan
ia mengamalkan ilmu yang sudah pernah ia ketahui. (Muhammad Saw)
Usai pembicaraan kurang lebih sekitar setengah jam, maka
saya menawarkan kepada peserta majlis untuk bertanya dan berdialog. Di sana
rupanya ada seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, sebutlah namanya Reni.
Tiba-tiba ia mengacungkan tangan dan ternyata ia bukan hendak bertanya akan
tetapi ia ingin berbagi pengalaman kepada semua peserta yang hadir. Reni pun
memulai kisahnya:
Kira-kira 17 tahun yang lalu Reni hamil untuk pertama
kali. Allah Swt menakdirkan bahwa Reni keguguran. Maka dari Bontang, ia pun
diantar oleh suaminya pergi ke Balikpapan dengan pesawat untuk berobat ke
seorang dokter terkenal di sana bernama Yusfa. Akhirnya Reni dikuret rahimnya.
Sepulangnya dari Balikpapan, Reni mendapati dari qubulnya
selalu keluar darah dalam jumlah banyak. Bahkan lebih banyak dari menstruasi
rutin. Apalagi bila ia bangun tidur, ia dapati kasur dan sprei selalu bersimbah
darah. Ia panik dan kalut mengatasi hal ini. Maka ia pun kembali lagi ke
Balikpapan bersama suaminya untuk berobat ke dokter Yusfa.
Sayangnya sang dokter tidak mengerti sebab pendarahan
hebat ini. Maka yang terjadi adalah kali itu Reni dikuret lagi. Sakit dan
perih, itulah yang dirasakan Reni!
Namun pendarahan itu masih tetap saja terjadi, padahal
hampir setiap dua hari sekali Reni dan suami terbang Bontang-Balikpapan untuk
mengkonsultasikan penyebab pendarahan ini. Namun tindakan yang diambil oleh
dokter Yusfa hanyalah mengkuret rahim Reni. Reni dan suami hanya bisa pasrah
dan berharap pertolongan Allah Swt atas musibah ini.
***
Kejadian ini berlangsung cukup lama. Hingga tubuh Reni
bertambah ringkih, rumah tangga tak terurus, uang tabungan terkuras dan suami
tidak bisa bekerja tenang sebab harus sibuk mengurusi Reni. Sepertinya ada
sebuah cobaan besar yang sedang Allah Swt timpakan kepada Reni dan suaminya.
Reni & suami terus berdoa kepada Allah Swt agar
diberi jalan keluar dari masalah ini.
Hingga akhirnya Allah Swt pun mendengar dan mengijabah
doa mereka
***
Hari itu Reni dan suami hendak terbang ke Balikpapan
untuk berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Namun ada suara hati yang berbisik
pada diri Reni. Ia bawa sejumlah uang dalam jumlah besar. Uang itu bukan ia
niatkan untuk bayar biaya pengobatan, akan tetapi ada sebuah cita-cita mulia di
sana yang ingin ia wujudkan. Cita-cita itu adalah, “AKU INGIN BERSEDEKAH!”
Sejumlah uang itu pun ia masukkan ke dalam tas tangan yang Reni bawa.
***
Pesawat telah membawa Reni dan suaminya pergi menuju
Balikpapan. Setibanya di bandara Sepinggan, Balikpapan Reni berjalan tertatih
dipapah oleh sang suami. Dengan susah payah, Reni pun akhirnya tiba di dalam
ruang bandara. Di dalam hati Reni berdoa kepada Tuhannya, “Ya Allah, datangkan
untukku seorang pengemis yang bisa menerima sedekahku. Izinkan aku untuk
bersedekah di hari ini!”
Keinginan untuk bersedekah itu membuncah lagi di hati
Reni. Sungguh ia amat berharap untuk bisa bersedekah kali itu.
Pintu keluar bandara sudah dilalui oleh Reni dan suami.
Subhanallah, tiba-tiba ada seorang pria berpakaian lusuh menyapa Reni dan
menjulurkan tangan tanda minta sedekah. Reni bergembira dan yakin bahwa inilah
ijabah doa dari Allah Swt. Tanpa banyak berpikir, ia merogoh tas tangannya.
Sejumlah uang yang sudah disiapkan ia berikan ke tangan pengemis itu. Maka
pengemis dan suami Reni melongo melihat jumlah uang yang Reni sedekahkan. Reni
pun melanjutkan langkahnya bersama suami dan kemudian mereka masuk ke dalam
sebuah taksi untuk pergi ke rumah sakit tempat dokter Yusfa berpraktek.
***
“Untuk apa uang sebanyak itu kau sedekahkan?!” tanya sang
suami. Reni menjawab dengan yakin, “Boleh jadi dengan sedekah itu Allah Swt
menyembuhkan penyakitku, Pa!” Mendapati jawaban seperti itu suami Reni tidak
banyak mendebat. Memang di saat-saat seperti ini, hanya pertolongan Allah saja
yang dapat menyelamatkan mereka.
***
Seperti kali sebelumnya, tidak ada jawaban positif dari
dokter Yusfa atas penyebab pendarahan yang keluar dari qubul Reni. “Hingga saat
ini, saya belum tahu pasti apa penyebabnya” jelas dokter Yusfa.
Maka Reni dan suami pun kembali ke Bontang tanpa hasil
memuaskan.
Pendarahan hebat masih terus terjadi dari rahim Reni
setiap hari. Reni hanya bisa bersabar dan pasrah atas takdir yang telah Allah
Swt tetapkan pada dirinya. Pagi itu, Reni tengah berada di dapur untuk membuat
masakan ringan. Tiba-tiba terasa olehnya ada sesuatu yang tidak beres di
perutnya dan ia pun ingin pergi ke toilet. Rasa ingin buang air itu seperti tak
terkendali… Hingga Reni harus berlari sebab khawatir ia tak kuasa menahannya.
Atas izin Allah Swt ia kini sudah berada di kamar mandi. Namun hanya pakaian
luar saja yang sempat ia buka, sedangkan pakaian dalam tak sempat ia tanggalkan.
Rupanya ada segumpal daging penuh darah yang keluar dari qubul Reni dan
ternyata ia tidak mau buang air. Segumpal daging penuh darah itulah rupanya
yang membuat Reni terdesak untuk buang air.
Merasa aneh dengan segumpal daging itu, maka Reni mengambil
sebuah kantong plastik kecil dan memasukkannya ke dalam kantong tersebut. Reni
berpikir bahwa ia harus menanyakannya kepada dokter Yusfa tentang benda aneh
ini.
***
Pagi itu adalah jadwal Reni berkonsultasi dengan dokter
Yusfa. Ia seperti biasa pergi ke Balikpapan didampingi oleh suaminya.
Konsultasi kali itu, seperti biasa tidak memberikan perkembangan ke arah
positif sama sekali. Hampir saja Reni putus asa dengan keadaan ini. Namun
tiba-tiba ia teringat akan kejadian aneh kemarin pagi. Lalu ia pun merogohkan
tangannya ke dalam tas dan mencari-cari plastik kecil berisi segumpal daging
penuh darah. Ia keluarkan plastik kecil itu dan ia sodorkan kepada dokter
Yusfa. Kejadian aneh kemarin pagi itu diceritakan oleh Reni kepada dokter
Yusfa. Dokter Yusfa menerima plastik berisikan benda aneh itu. Dahinya berkerut
tanda bahwa ia berpikir keras tentang benda ini. Dan beliau pun berkata, “Ibu
dan bapak mohon tunggu sebentar di sini. Saya akan pergi ke laboratorium untuk
memeriksakan hal ini!”
Saat dokter Yusfa pergi meninggalkan ruangannya, Reni dan
suami hanya berharap bahwa dokter Yusfa akan datang membawa sebuah berita
gembira untuk mereka.
***
Kira-kira 20 menit kemudian dokter Yusfa datang sambil
berlari. Ya berlari, bukan berjalan! Begitu pintu terbuka dokter pun berteriak
dengan nada keras, “Alhamdulillah bu Reni…. Alhamdulillah….!!! Saya baru
mengerti rupanya pendarahan selama ini disebabkan kanker rahim yang ibu alami…
dan benda ini adalah kanker rahim tersebut. Cuma saya hanya mau bertanya
bagaimana cara kanker ini bisa gugur dengan sendirinya…?!”
Subhanalllah…. rupanya penyebab pendarahan hebat selama
ini adalah sebuah kanker yang tidak dapat terdeteksi. Pertanyaan terakhir dari
dokter Yusfa tak mampu dijawab langsung oleh Reni. Namun Reni hanya mampu
bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya pertolongan itu datang juga untuknya
setelah penantian yang cukup lama. Akhirnya pendarahan pun terhenti begitu
saja, dan rupanya pertolongan Allah Swt tiba setelah Reni bersedekah dengan
sejumlah harta yang sudah ia cita-citakan.
“Sembuhkan penyakit kalian dengan cara sedekah. Lindungi
harta yang kalian miliki dengan zakat.” HR. Baihaqi
Ustadz Bobby Herwibowo
Sedekah sungguh sebuah perkara yang mengagumkan. Apakah
anda pernah mengalaminya?!
Sumber:
eramuslim.com
0 comments:
Post a Comment